Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT OSTEOMIELITIS

Dosen pengampuh :
Vonny Y. Mewo,S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 1
Eko Triantoro 22210017
Muh.Fadli Latidi 22210042
Putu Astrid D. Angelia 22210051
Meivi O.P Lengkede 22210040
Sukma Ayu D. Abas 22210062
Putri P.K Lamalo 22210050
Jenniver Rani Lopes 22210033

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Penyakit Osteomielitis”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
pemenuhan nilai mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini tidak terlepas dari bantuan media massa,literatur buku,kerjasama
kelompok kami serta bimbingan dari dosen pembimbing makalah ini kami susun
berdasarkan materi yang kami dapat dari media massa dan liteatur buku.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
yang membutuhkan.Makalah ini tentunya terdapat kekurangan maupun kesalahan
untuk itu kritik dan saran masukan dari teman-teman sangat kami nantikan.Akhir
kata kami ucapkan terimakasih.

Manado, Mei 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….......1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………....1
C. Manfaat Penulisan………………………………………………………..2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Osteomielitis……………………………………3
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Osteomielitis……………..12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...26
B. Saran…………………………………………………………………….26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Luka
tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan
intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut
biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-
organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk
abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang,
dengan demikian, penyampaian sel-sel imundan antibiotic terbatas. Apabila
infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak
mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2021). Untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis membuat
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
Dalam pengkajian pada penyakit ini, menggunakan pola Gordon. Pola
pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon
ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek
yang beragam model pola fungsional kesehatan terbetuk dari hubungan antara
klien an lingkungan dan dapat diguakn untuk perseorangan, keluarga, dan
omunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang mmbantu
perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu penyakit
osteomielitis dan konsep asuhan keperawatannya
2. Tuuan Khusus
Mahasiswa memahami dan menerapkan konsep asuhan
keperawatan terkhususnya dengan memakai pola Gordon pada
pasien dengan penyakit osteomyelitis saat PKL

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Kampus
Menambah referensi bagi mahasiswa tentang penyakit osteomielitis
dan konsep asuhan keperawatan yang diterapkan pada penyakit tersebut
dikaitkan dengan penggunaan pengkajian pola gordon
2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan wawasan mahasiswa, memenuhi nilai tugas mata
kuliah, dan menambah referensi serta memotivasi mahasiswa untuk
berpikir kreatif dan kritis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Osteomielitis


1. Pengertian
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer,
2000). Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen)

2. Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
a) Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis
adalah Staphylococcus aureus (70 %- 80 %), selain itu juga bisa
disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
b) Virus
c) Jamur
d) Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the
free encyclopedia, 2000) yaitu:
1) Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen
(melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain
(misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi).
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian
tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan.
Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada
tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di
mana terdapat trauma.
2) Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung
melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka
tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang
tercemar yang menembus tulang.
3) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan
penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan
lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit
yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya
ulkus dekubitus yang terinfeksi). Osteomyelitis dapat
timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik
adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani
dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang
akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis
eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh
bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis
adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu,
pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat
lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko
mengalami osteomyelitis.

3. Klasifikasi Osteomielitis
Klasifikasi osteomyelitis ada 2 yaitu :
a) Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.
b) Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya
(Mansjoer, 2000).
Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a) Osteomyelitis akut
1) Nyeri daerah lesi
2) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe
regional
3) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
4) Pembengkakan lokal
5) Kemerahan
6) Suhu raba hangat
7) Gangguan fungsi
8) Lab = anemia, leukositosis
b) Osteomyelitis kronis
1) Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
2) Gejala-gejala umum tidak ada
3) Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
4) Lab = LED meningkat

4. Manifestasi Klinis
a) Infeksi dibawa oleh darah
1) Biasanya awitannya mendadak.
2) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.
Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
b) Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan.
c) Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
d) Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus.

5. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium
1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai
24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu
dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3
hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang
ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada
perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis
(Smeltzer, Suzanne C, 2022).

6. Penatalaksanaan
Pengobatan osteomielitis yang efektif melibatkan upaya kolaboratif
di antara berbagai spesialisasi medis dan bedah. Dua aspek utama terapi
adalah pembedahan untuk menahan infeksi dan antibiotik yang
berkepanjangan.
Debridemen bedah pada semua tulang yang sakit seringkali
diperlukan karena antibiotik tidak dapat menembus dengan baik ke
dalam kumpulan cairan yang terinfeksi seperti abses dan tulang yang
cedera atau nekrotik.
Dengan demikian, pengangkatan jaringan nekrotik dan tulang
biasanya diindikasikan jika memungkinkan. Pemeriksaan laporan
patologi membantu menentukan apakah debridement ulang diperlukan.
Pada osteomielitis yang berhubungan dengan sendi prostetik,
pengangkatan perangkat keras diindikasikan. Namun, jika prostesis
yang terinfeksi berada di sendi yang stabil seperti pinggul dan terinfeksi
organisme yang sangat rentan seperti streptokokus, terapi dengan
antibiotik yang diperpanjang selama beberapa bulan tanpa melepas
perangkat dilaporkan berhasil. Jika debridement bedah tidak dapat
dilakukan berdasarkan lokasi infeksi, misalnya beberapa kasus
osteomielitis panggul, maka terapi antibiotik yang diperpanjang selama
berbulan-bulan dapat digunakan.
NVO jarang memerlukan debridement bedah kecuali jika ada
komplikasi neurologis terkait yang memerlukan pengurangan kompresi
sumsum tulang belakang, kegagalan perawatan medis, atau perlunya
drainase abses epidural atau paravertebral.
Kebutuhan untuk revaskularisasi anggota tubuh yang terkena
sebelum intervensi bedah jika ada bukti penyakit pembuluh darah
perifer yang signifikan, mengontrol diabetes mellitus dan mengatasi
faktor lain yang dapat menghambat penyembuhan luka, termasuk
penggunaan tembakau, malnutrisi, hipoksia kronis, keadaan
imunodefisiensi, limfedema kronis dan neuropati perifer. Untuk terapi
antibiotik jangka panjang hasil kultur dan sensitivitas harus menjadi
panduan pengobatan antibiotik jika memungkinkan, tetapi jika tidak
adanya data ini, pengobatan dengn antibiotik empiris bisa dilakukan.
Regimen antibiotik empiris spektrum luas yang umum digunakan
terhadap organisme gram positif dan negatif, termasuk MRSA adalah
vankomisin misalnya, ceftriaxone atau kombinasi penghambat beta-
laktam/beta-laktamase seperti piperacillin/tazobactam. Setelah data
sensitivitas tersedia, maka terapi antibiotik harus dipersempit untuk
cakupan target organisme yang rentan.
Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, bekas luka atau gangguan lokal
penyembuhan luka dapat dicatat bersama dengan tanda-tanda
utama peradangan. Rentang gerak, deformitas, dan tanda-tanda
lokal dari gangguan vaskularisasi juga terjadi di ekstremitas
yang terlibat. Jika jaringan periosteal terlibat, nyeri tekan pada
area tersebut mungkin ada.
Pada anak-anak, gambaran klinis osteomielitis dapat
menjadi tantangan bagi dokter karena dapat muncul hanya
dengan tanda dan gejala yang tidak spesifik dan karena temuan
klinisnya sangat bervariasi. Anak-anak mungkin dibawa dengan
penurunan gerakan dan nyeri pada ekstremitas yang terkena dan
sendi yang berdekatan, serta edema dan eritema di area yang
terlibat. Selain itu, anak-anak juga dapat mengalami demam,
malaise, dan lekas marah.
Bayi baru lahir dengan osteomielitis dapat menunjukkan
penurunan gerakan anggota badan tanpa tanda atau gejala lain.
b) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl
disertai peningkatan laju endapan darah.
2) Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri
(50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3) Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila
terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
c) Pemeriksaan Radiologi
1) Pemeriksaan Biopsi tulang.
2) Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi
pada sendi.
3) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak
ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan
terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul dengan osteomielitis
yang tidak diobati atau tidak diobati dengan benar adalah:
a) Artritis septik
b) Fraktur patologis
c) Karsinoma sel skuamosa
d) Pembentukan saluran sinus
e) Amiloidosis (jarang)
f) Abses
g) Deformitas tulang
h) Infeksi sistemik
i) Infeksi jaringan lunak yang berdekatan
Komplikasi yang paling umum pada anak dengan osteomielitis
adalah kekambuhan infeksi tulang. Komplikasi akibat osteomielitis
hematogen akut akibat Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA) sering dikaitkan dengan penyakit yang lebih rumit Komplikasi
potensial osteomielitis meliputi:
a) Emboli paru septik
b) Trombosis vena dalam (DVT) di daerah dekat tulang yang
terinfeksi
c) Abses intraosseous dan subperiosteal
d) Fraktur patologis, Ini adalah komplikasi yang jarang terjadi dan
dapat terjadi sebagai akibat dari kerusakan tulang yang ekstrem
atau penipisan korteks
e) Gangguan pertumbuhan ketika lempeng epifisis terlibat
f) Deformitas tulang
g) Infeksi diseminata dengan kegagalan multi organ yang
mengakibatkan sepsis
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Osteomielitis
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Mengkaji data dasar pasien, berupa nama, umur, alamat,
pekerjaan, no rekam medik, dan lainnya.
b) Keluhan Utama
Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan,
eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam.
c) Riwayat Kesehatan
Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka
panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma,
luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi
radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya
infeksi.
d) Pengkajian Fungsional Pola Gordon
Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan
fungsional menurut Gordon :
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
i. Sebelum sakit
Pasien mengatakan kadang melakukan
aktivitas olahraga, paling tidak 1 minggu 1 kali, jalan
sehat.
ii. Saat sakit
Pasien mengatakan lebih banyak
menggunakan waktunya untuk beristirahat.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3 x /hari 2 x /hari
Jenis Nasi,Ikan,Sayur Bubur, ikan
Porsi Normal Normal
Total Konsumsi 1 porsi 1 porsi
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada

3) Pola istirahat tidur


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah jam tidur 1-2 jam 2-3 jam
siang
Jumlah jam tidur 7-8 jam 5-6 jam
malam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan tidur Tidak ada Nyeri pada area


tulang
Perasaan waktu Segar Gelisah
bangun

4) Pola aktiviats dan latihan


1) Alat bantu : Tidak ada
2) Kebersihan diri
i. Mandi : Pasien mandi dibantu
oleh keluarga
ii. Gosok gigi : 3 x/ hari
iii. Kebersihan rambut : Rambut pasien
tampak bersih
iv. Kebersihan kuku : Cukup bersih
3) Aktivitas sehari-hari : pasien hanya beraktivitas
ringan saja
4) Rekreasi : Berkurang karena hambatan terkait
kondisi tubuh pasien dan nyeri yang dialami pasien
5) Kemampuan perawatan diri : Pasien mengatakan
bahwa perawatan diri dilakukan dengan bantuan
keluarga
Kemampuan Perawatan Diri
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mobilitas rutin 
Waktu senggang 
Eliminasi/Toileting 
Mobilitas di tempat tidur 
Mandi 
Berjalan 
Makan dan minum 
Berpakaian 
Berhias 
Tingkat ketergantugan 
Keterangan : Kemampuan perawatan diri pasien dilakukan dengan
mandiri
Skor :1
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu

5) Pola eliminasi
i. Eliminasi urine
Pola Eliminasi Urin
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5-7 /hari 5-7 /hari
Pancaran Normal Normal
Jumlah 143 cc 143 cc
Bau Khas urine Khas urine
Warna Kuning Kuning
Perasaan setelah BAK Lega, nyaman Lega
Total produksi Normal (400-2000 ml) Normal(400-2000 ml)
Keluhan Tidak ada Tidak ada

ii. Eliminasi alvi


Pola Eliminasi Alvi
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Konsistensi Padat Padat
Bau Khas Khas
Warnah Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidak ada

6) Pola nilai dan kepercayaan


Pola Nilai Dan Kepercayaan
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Nilai khusus Pasien mengatakan Pasien mengatakan
sebelum sakit dia setelah sakit dia
percaya bahwa Tuhan percaya bahwa
maha pengasih tuhan maha
penyayang dan penyembuh yang
penyembuh bisa
menyembuhkan
penyakit apa pun
Praktik ibadah Pasien mengatakan Pasien mengatakan
beribadah sendiri bisa beribadah
digereja ditempat tidur
Pengetahuan tentang Pasien mengatakan Pasien mengatakan
praktik ibadah selama percaya Tuhan akan percaya bahwa
sakit selalu melindunginya Tuhan memberikan
kesembuhan lewat
dokter yang
merawatnya.

7) Pola seksual reproduksi


Riwayat perkawinan
i. Menikah / belum :
ii. Umur waktu menikah :
iii. Lama perkawinan/lebih :
Riwayat reproduksi
i. Haid/ manerche :-
ii. Lama haid :-
iii. Siklus haid :-
Riwayat kehamilan
i. Hamil / tidak :-
ii. Riwayat persalinan :-
iii. Riwayat aborsi :-
Pola seksual
i. Gangguan seksual : Pasien tidak memiliki
gangguan seksual
ii. Aktivitas seksual : Normal
iii. Sebelum sakit : Normal
iv. Sesudah sakit : Normal
8) Pola kognitif perceptual
i. Bicara : Normal
ii. Bahasa : Indonesia, bahasa sehari-hari
iii. Kemampuan membaca : Baik
iv. Tingkat ansietas : Pasien cemas
v. Nyeri : Pengkajian nyeri pada pasien :
P : Pasien mengatakan nyeri pada area tulang
Q : Pasien mengatakan kualitas nyeri seperti dipukul
benda tumpul
R : Pasien mengatakan region nyeri tidak menyebar
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
skala 8
T : Pasien mengatakan nyeri sering dirasakan
9) Pola mekanisme koping
i. Kaji faktor yang menimbulkan stress
Saat dikaji pasien mengatakan memiliki
kekhawatiran dan kecemasan akan masalah
kesehatan yang dialami dan faktor tersebut
menimbulkan stress pada pasien
ii. Respon untuk mengatasi stres dengan koping efektif
Anjurkan pasien untuk perbanyak istirahat
dan jangan telat makan serta edukasi agar tingkat
kecemasan dan stress pada pasien berkurang
10) Pola peran hubungan
i. Status perkawinan :
ii. Pekerjaan :
iii. Kualitas bekerja :
iv. Hubungan dengan orang lain : apakah
Pasien berhubungan baik dengan masyarakat sekitar
v. System dukungan : apakah pasien
endapat dukungan penuh dari Istri dan Keluarga
11) Pola persepsi diri dan konsep diri
i. Gambaran diri : apakah Pasien menerima keadaan
penyakitnya atau tidak
ii. Identitas diri :
iii. Peran diri :
iv. Ideal diri :
v. Harga diri : apakah pasien mengatakan
sangat percaya diri dengan dirinya sendiri yang
sekarang
e) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapati bahwa yang paling menonjol ;
i. Bengkak kemerahan pada area tulang ekstermitas
ii. Ekstermitas pergerakan terbatasi
iii. Suhu tubuh meningkat diatas nilai normal, takikardia

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
akhir sehingga perawat menjadi akuntabel. Diagnosa keperawatan pada
penyakit osteomyelitis menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) adalah :
a) Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri dibuktikan dengan
Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, rentang gerak
(ROM) menurun.(D.0054)
b) Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis (osteomyelitis atau
peradangan sendi) dibukti dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur.(D.0078)
c) Gangguan Integritas Kulit b/d penakanan pada tonjolan tulang
dibuktikan dengan kerusakan lapisan kulit.(D.0129)

3. Intervensi Keperawatan
Tindakan yang termasuk dibuat untuk membantu individu (klien)
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan. Intervensi tersebut bisa dikatakan sebagai
semua tindakan asuhan yang dilakukan perawat atas nama klien.
Tindakan tersebut termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat.
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang
meliputi, pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil apa yang ingin
dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan mudah
mencapai tujuan.
Diagnosa Luaran Intervensi
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik tindakan keperawatan (SIKI, I.06171)
b/d Nyeri maka diharapkan
dibuktikan mobilitas fisik Observasi
dengan meningkat (SLKI, 1. Identifikasi adanya
Mengeluh sulit L.05042) dengan nyeri atau keluhan
menggerakkan kriteria hasil : fisik lainnya
ekstremitas, 1. Pergerakan 2. Identifikasi toleransi
rentang gerak ekstremitas fisik melakukan
(ROM) meningkat ambulasi
menurun. 2. Rentang gerak 3. Monitor frekuensi
(SDKI, (ROM) meningkat jantung dan tekanan
D.0054) darah sebelum
memulai ambulasi
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis: tongkat,
kruk)
2. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis:
berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (SIKI,
agen pencedera tindakan keperawatan I.08238)
fisiologis maka diharapkan
(osteomyelitis tingkat nyeri menurun Observasi
atau (SLKI, L.08066) 1. Identifikasi lokasi,
peradangan dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
sendi) dibukti 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
dengan menurun intensitas nyeri
mengeluh 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala
nyeri, tampak 3. Sikap protektif nyeri
meringis, menurun 3. Idenfitikasi respon
bersikap 4. Gelisah menurun nyeri non verbal
protektif, 5. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor
gelisah, menurun yang memperberat
frekuensi nadi 6. Frekuensi nadi dan memperingan
meningkat, sulit membaik nyeri
tidur.(SDKI, 5. Identifikasi
D.0078) pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur,
terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas
Integritas Kulit tindakan keperawatan Kulit (SIKI, I.11353)
b/d penakanan maka diharapkan
pada tonjolan integritas kulit Observasi
tulang membaik (SLKI, 1. Identifikasi penyebab
dibuktikan L.14125) dengan gangguan integritas
dengan kriteria hasil : kulit (mis: perubahan
kerusakan 1. Kerusakan sirkulasi, perubahan
lapisan kulit. jaringan menurun status nutrisi,
(SDKI, 2. Kerusakan lapisan penurunan
D.0129) kulit menurun kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)
Terapeutik
1. Ubah posisi setiap 2
jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
4. Gunakan produk
berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
5. Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
6. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis:
lotion, serum)
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrim
6. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal 30
saat berada diluar
rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

4. Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

5. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana tindakan dan
pelaksanaan yang sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap
pengkajian,analisa data,perencanaan dan pelaksanaan tindakan
.Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah di rencanakan
dan merupakan perbandingan dari hasil yang di amati dengan criteria
hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Luka
tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen.
Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur,
dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk
abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang,
dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila
infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak
mampuan permanen dapat terjadi

B. Saran
Mahasiswa menambah referensi lewat buku, media sosial, internet, dan
referensi lainnya agar dapat membandingkan serta wawasan pengetahuan
mahasiswa terus diasah.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2021. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Pamela L. 2021. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.

Reeves, Charlene J. 2019. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai