Askep Perilaku Kekerasan 4
Askep Perilaku Kekerasan 4
Disusun Oleh :
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester pada mata kuliah
keperawatan jiwa yang dibimbing oleh dosen Ns.Noifke Kaghoo,S.Kep.,M.Kes
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal,
di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan (Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016)
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen.
B. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
1. Proses Terjadinya Masalah
Tindak kekerasan sebagai proses, berlangsung pada tiga aras:
negara, struktur sosial, dan personal atau komunitas. Dalam masing-
masing aras tindak kekerasan ini dilakukan oleh aktor yang berbeda,
dengan dimensi, medium, dan ruang lingkup yang berbeda. Pada aras
negara, kekerasan dilakukan oleh aparat negara dan bersifat
komprehensif, artinya bisa meliputi segala segi hidup manusia.
Kekerasan itu juga bisa terjadi pada tingkat struktur sosial, seperti
misalnya ketika pelaku bisnis supermarket yang demi mengejar
akumulasi kapital secara cepat membuat banyak pedagang kecil
tergusur. Kekerasan yang lebih banyak diperhatikan adalah kekerasan
pada tingkat personal atau komunitas.
2. Rentang Respon
a) Asertif : Kemarahan yang dapat diungkapkan tanpa ada
menyakiti orang lain.
b) Frustasi : Tujuan yang tidak tercapai karena tidak realistis atau
terhambat.
c) Pasif : Reaksi selanjutnya terhadap ketidakmampuan pasien
untuk mengungkapkan perasaannya.
d) Agresif : Perilaku merusak, tetapi masih dapat dikendalikan.
Orang yang agresif biasanya tidak mau tahu hak orang lain. Ia
menegaskan bahwa setiap orang harus memperjuangkan
kebaikannya sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
e) Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol. Yaitu rasa
marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control
diri. Pada keadaaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun orang lain.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa dengan masalah Risiko perilaku kekerasan :
a) Subjektif
1) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
2) Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3) Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
b) Objektif
1) Mata melotot/pandangn tajam.
2) Tangan mengepal dan Rahang mengatup.
3) Wajah memerah.
4) Postur tubuh kaku.
5) Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor.
6) Suara keras.
7) Bicara kasar, ketus.
8) Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/orang lain.
9) Merusak lingkungan.
10) Amuk/agresif.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan cara seseorang keluar dari stres atau
trauma, serta membantu seseorang mengelola emosi yang menyakitkan.
Dengan mekanisme koping, seseorang bisa merasa terbantu untuk
menyesuaikan diri dengan sebuah peristiwa yang menyebabkan stres,
sambil membantu mereka untuk mempertahankan kesejahteraan
emosionalnya.
Menurut Good Therapy, mekanisme koping terbagi menjadi dua,
yakni mekanisme koping baik (adaptif) dan mekanisme koping buruk
(maladaptif). Mekanisme koping baik merupakan perilaku koping yang
mengarah pada penyelesaian masalah dengan cara mengurangi stres dan
bahaya yang dirasakan oleh seseorang. Berikut adalah bentuk
mekanisme koping adaptif:
a) Mencari dukungan
Menceritakan apa yang Anda rasakan kepada orang yang
tepat dapat meringakan stres yang dirasakan.
b) Relaksasi
Stres dapat diminimalisasi dengan aktivitas santai seperti
meditasi, relaksasi otot regresif, duduk di alam hingga
mendengarkan musik yang menenangkan.
c) Pemecahan masalah
Dengan mengidentifikasi masalah akan memudahkan untuk
mencari beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengelola
stres.
d) Humor
Bercanda akan membantu orang yang merasakan stres untuk
mempertahankan perspektif serta mencegah situasi menjadi
berlebihan.
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah untuk pertahanan
ego yaitu seperti represi, sublimasi, proyeksi, represi, penyangkalan,
dan respons formatif. Perilaku seperti ini yang terkait dengan risiko
perilaku kekerasan meliputi:
a) Menyerang atau menghindar
Dalam keadaan ini, pada aktivitas sistem saraf otonom dapat
merespons sekresi epinefrin, dapat menghasilkan respons
fisiologis yang juga meliputi peningkatan pada tekanan darah,
takikardia, wajah marah, pupil melebar, mual, peningkatan
sekresi HCL, lambung Penurunan peristaltik, peningkatan
gairah, tinju dengan konsekuensi seperti mengepalkan, tubuh
kaku dan refleks cepat.
b) Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditunjukkan dari individu dalam
mengungkapkan kemarahannya, yaitu perilaku pasif, agresif,
dan asertif, memungkinkan individu untuk dapat
mengungkapkan kemarahannya tanpa merugikan orang lain baik
secara fisik maupun psikis dan pada diri individu sendiri.
c) Memberontak
Perilaku yang tidak konsisten muncul untuk menarik
perhatian orang lain, seringkali disertai juga dengan kekerasan.
d) Perilaku kekerasan
Kekerasan atau amukan yang ditujukan untuk mendapatkan
perhatian orang lain sebagai akibat dari perilaku yang tidak
konsisten.
D. Efek Masalah
Efek dari perilaku kekerasan pada individu atau terhadap kelompok tertentu,
bisa mengakibatkan timbulnya isolasi sosial dan harga diri rendah pada
individu. Perilaku kekerasan yang terlalu sering mengakibatkan trauma
berkepanjangan dan harga diri rendah yang kronis, bahkan dengan kasus
tertentu dapat menyebabkan kematian.