Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

Jesica Mikha Robot


22210034

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester pada mata kuliah
keperawatan jiwa yang dibimbing oleh dosen Ns.Noifke Kaghoo,S.Kep.,M.Kes

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


T.A 2023/2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal,
di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan (Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016)
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen.

B. ⁠Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
1. Proses Terjadinya Masalah
Tindak kekerasan sebagai proses, berlangsung pada tiga aras:
negara, struktur sosial, dan personal atau komunitas. Dalam masing-
masing aras tindak kekerasan ini dilakukan oleh aktor yang berbeda,
dengan dimensi, medium, dan ruang lingkup yang berbeda. Pada aras
negara, kekerasan dilakukan oleh aparat negara dan bersifat
komprehensif, artinya bisa meliputi segala segi hidup manusia.
Kekerasan itu juga bisa terjadi pada tingkat struktur sosial, seperti
misalnya ketika pelaku bisnis supermarket yang demi mengejar
akumulasi kapital secara cepat membuat banyak pedagang kecil
tergusur. Kekerasan yang lebih banyak diperhatikan adalah kekerasan
pada tingkat personal atau komunitas.
2. Rentang Respon
a) Asertif : Kemarahan yang dapat diungkapkan tanpa ada
menyakiti orang lain.
b) Frustasi : Tujuan yang tidak tercapai karena tidak realistis atau
terhambat.
c) Pasif : Reaksi selanjutnya terhadap ketidakmampuan pasien
untuk mengungkapkan perasaannya.
d) Agresif : Perilaku merusak, tetapi masih dapat dikendalikan.
Orang yang agresif biasanya tidak mau tahu hak orang lain. Ia
menegaskan bahwa setiap orang harus memperjuangkan
kebaikannya sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
e) Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol. Yaitu rasa
marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control
diri. Pada keadaaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun orang lain.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa dengan masalah Risiko perilaku kekerasan :
a) Subjektif
1) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
2) Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3) Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
b) Objektif
1) Mata melotot/pandangn tajam.
2) Tangan mengepal dan Rahang mengatup.
3) Wajah memerah.
4) Postur tubuh kaku.
5) Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor.
6) Suara keras.
7) Bicara kasar, ketus.
8) Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/orang lain.
9) Merusak lingkungan.
10) Amuk/agresif.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan cara seseorang keluar dari stres atau
trauma, serta membantu seseorang mengelola emosi yang menyakitkan.
Dengan mekanisme koping, seseorang bisa merasa terbantu untuk
menyesuaikan diri dengan sebuah peristiwa yang menyebabkan stres,
sambil membantu mereka untuk mempertahankan kesejahteraan
emosionalnya.
Menurut Good Therapy, mekanisme koping terbagi menjadi dua,
yakni mekanisme koping baik (adaptif) dan mekanisme koping buruk
(maladaptif). Mekanisme koping baik merupakan perilaku koping yang
mengarah pada penyelesaian masalah dengan cara mengurangi stres dan
bahaya yang dirasakan oleh seseorang. Berikut adalah bentuk
mekanisme koping adaptif:
a) Mencari dukungan
Menceritakan apa yang Anda rasakan kepada orang yang
tepat dapat meringakan stres yang dirasakan.
b) Relaksasi
Stres dapat diminimalisasi dengan aktivitas santai seperti
meditasi, relaksasi otot regresif, duduk di alam hingga
mendengarkan musik yang menenangkan.
c) Pemecahan masalah
Dengan mengidentifikasi masalah akan memudahkan untuk
mencari beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengelola
stres.
d) Humor
Bercanda akan membantu orang yang merasakan stres untuk
mempertahankan perspektif serta mencegah situasi menjadi
berlebihan.
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah untuk pertahanan
ego yaitu seperti represi, sublimasi, proyeksi, represi, penyangkalan,
dan respons formatif. Perilaku seperti ini yang terkait dengan risiko
perilaku kekerasan meliputi:
a) Menyerang atau menghindar
Dalam keadaan ini, pada aktivitas sistem saraf otonom dapat
merespons sekresi epinefrin, dapat menghasilkan respons
fisiologis yang juga meliputi peningkatan pada tekanan darah,
takikardia, wajah marah, pupil melebar, mual, peningkatan
sekresi HCL, lambung Penurunan peristaltik, peningkatan
gairah, tinju dengan konsekuensi seperti mengepalkan, tubuh
kaku dan refleks cepat.
b) Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditunjukkan dari individu dalam
mengungkapkan kemarahannya, yaitu perilaku pasif, agresif,
dan asertif, memungkinkan individu untuk dapat
mengungkapkan kemarahannya tanpa merugikan orang lain baik
secara fisik maupun psikis dan pada diri individu sendiri.
c) Memberontak
Perilaku yang tidak konsisten muncul untuk menarik
perhatian orang lain, seringkali disertai juga dengan kekerasan.
d) Perilaku kekerasan
Kekerasan atau amukan yang ditujukan untuk mendapatkan
perhatian orang lain sebagai akibat dari perilaku yang tidak
konsisten.

C. ⁠Penyebab Masalah Utama


Penyebab dari perilaku kekerasan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor,
tetapi oleh keluarga, media, teman, lingkungan, dan faktor biologis. Perilaku
kekerasan dapat menimbulkan konsekuensi seperti psikosis, kecemasan, isolasi,
kehilangan kepercayaan, kecenderungan bunuh diri, depresi, rendah diri,
perasaan tidak berdaya, dan isolasi sosial. Perilaku kekerasan dan kemarahan
dapat didorong oleh frustrasi, ketakutan, intimidasi, atau manipulasi. Perilaku
kekerasan adalah hasil dari konflik emosional yang tidak terselesaikan. Perilaku
kekerasan juga mengungkapkan perasaan tidak aman, perasaan membutuhkan
perhatian, dan ketergantungan pada orang lain. Perubahan sensorik berupa
halusinasi auditori, visual, dan lainnya dapat menimbulkan perilaku kekerasan
pada pasien gangguan jiwa. Pasien merasa terdorong untuk menggunakan
kekerasan melalui suara atau bayangan yang mereka lihat, atau 10 tersinggung
oleh suara atau bayangan yang mengolok-olok diri mereka sendiri.
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor Psikologis
Psyschoanalytical Theory : Teori ini mendukung bahwa
perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives.
Pandangan psikologi mengenai perilaku agresif mendukung
pentingnya peran dari perkembana predisposisi atau pengalaman
hidup. Beberapa contoh dari pengalaman hidup tersebut :
i. Kerusakan otak organik dan retardasi mental sehingga
tidak mampu menyelesaikan secara efektif.
ii. Rejeksi yang berlibihan saat anak-anak.
iii. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan.
2) Faktor Sosial Budaya
Sosial Learning Theory, ini merupakan bahwa agresif tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain, kultural dapat pula
mempengaruhi perilaku kekerasan.
3) Faktor Biologis
Neurotransmeiter yang sering dikaitkan perilaku agresif
dimana faktor pendukunya adalah masa kanak-kanak yang tidak
menyengkan, sering mengalami kegagalan, kehidupan yang
penuh tindakan agresif dan lingkungan yang tidak kondusif.
4) Perilaku
Reinfocement yang terima pada saat melakukan kekerasan
dan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
b) Faktor Presitipasi
Ketika saat seseorang merasa terancam, mereka bahkan mungkin
tidak memahami sumber kemarahannya. Namun umumnya, ketika
seseorang merasa terancam, mereka bereaksi dengan kemarahan. Faktor
curah hujan muncul dari interaksi dengan pelanggan, lingkungan, atau
orang lain. Faktor-faktor yang memprovokasi perilaku kekerasan dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
kurang percaya diri.
2) Lingkungan : Ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga,
konflik interaksi sosial.

D. ⁠Efek Masalah
Efek dari perilaku kekerasan pada individu atau terhadap kelompok tertentu,
bisa mengakibatkan timbulnya isolasi sosial dan harga diri rendah pada
individu. Perilaku kekerasan yang terlalu sering mengakibatkan trauma
berkepanjangan dan harga diri rendah yang kronis, bahkan dengan kasus
tertentu dapat menyebabkan kematian.

E. ⁠Intervensi Standar Pelaksanaan (SP)


Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang
baik/optimal. Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari rencana/intevensi
keperawatan yang mencakup perawatan langsung atau tidak langsung.

Masalah Tujuan Intervensi


Perilaku a) Pasien dapat SP 1
Kekerasan
mengidentifikasi PK Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
b) Pasien dapat penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan,
mengidentifikasi tanda- perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara
tanda PK mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
pertama ( latihan nafas
dalam).
c) Pasien dapat menyebutkan
jenis PK yang pernah
dilakukannya
d) Pasien dapat
menyebautkan akibat dari
PK yang dilakukannya.
e) Pasien dapat menyebutka
cara mencegah /
mengendalikan PKnya

a) Melatih cara mencegah/ SP 2


mengontrol perilaku Membantu klien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara fisik kekerasan dengan cara fisik ke dua (evaluasi latihan
kedua nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
b) Mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan
nafas dalam bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.
c) Melatih cara fisik ke 2:
pukul kasur dan bantal
d) Menyusun jadwal kegiatan
harian cara kedua

a) Melatih cara mencegah/ SP 3


mengontrol perilaku Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara kekerasan secara sosial/verbal (evaluasi jadwal harian
sosial/verbal tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku
b) Mengevaluasi jadual kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara
harian untuk dua cara fisik verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
c) Melatih mengungkapkan mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal
rasa marah secara verbal: latihan mengungkapkan marah secara verbal)
menolak dengan baik,
meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan
dengan baik
d) Menyusun jadwal latihan
mengungkapkan secara
verbal

Pasien dapat mencegah/ SP 4


mengendalikan PKnya secara Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
spiritual, secara spiritual (diskusikan hasil latihan
mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat
jadwal latihan ibadah/ berdoa)

Pasien dapat mencegah/ S5


mengendalikan PKnya dengan Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan
terapi psikofarmaka obat (bantu pasien minum obat secara teratur dengan
prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat, benar
cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna minum obat dan akibat
berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara
teratur)

Anda mungkin juga menyukai