Anda di halaman 1dari 3

Definisi Taharah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, taharah artinya suci, bersih,
atau kesucian. Secara bahasa, kata taharah berasal dari bahasa Arab yakni thohara tathhuru
thohara tan yang berarti bersuci. Sedangkan secara istilah hukum Islam (syara’), taharah
merupakan mensucikan diri dari hadats dan najis untuk sahnya salat. Taharah artinya berbeda
dengan taharah adalah, perbedaan tersebut terletak pada perkara apa yang harus dibersihkan.
Dalam buku Tuntunan Bersuci dan Sholat: Madzab Imam Asy Syafi’i (2023) oleh Humaidi Al
Faruq, dijelaskan bahwa salah satu syarat untuk melaksanakan sholat. Imam Nawawi
menerangkan yang dimaksud dengan taharah adalah perbuatan mengangkat hadast atau
menghilangkan najis atau yang serupa atau semakna dengan keduanya. Hal yang berbeda
dijelaskan oleh Ahmad Hawassy dalam bukunya yang berjudul Kajian Fikih dalam Bingkai
Aswaja (2019), bahwa taharah tidak selalu identik dengan kebersihan, meskipun tetap punya
hubungan yang kuat dan seringkali tidak terpisahkan. Taharah lebih tepat diterjemahkan menjadi
kesucian secara ritual di sisi Alah SWT.
Taharah disebut dengan kesucian ritual karena pertama, bersih itu bisa berarti tidak kotor,
tidak berdebu, tidak belepotan lumpur, tidak tercampur keringat, tidak dekil atau tidak lusuh.
Sementara suci bukan kebalikan dari kotor. Suci itu kebalikan dari najis. Segala yang bukan najis
atau yang tidak terkena najis adalah suci. Debu, tanah, lumpur, keringat dan sejenisnya dalam
rumus kesucian fiqih Islam bukan najis atau benda yang terkena najis. Kedua, taharah adalah
bentuk ritual, karena untuk menetapkan sesuatu itu suci atau tidak, justru tidak ada alasan logis
yang masuk akal. Kesucian atau kenajisan itu semata-mata ajaran, ritus, ritual dan kepercayaan.
Ketentuan seperti itu tentu resmi datang dari Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam secara sah.

Jenis-Jenis Taharah
a. Taharah Batiniah

Taharah batiniah adalah proses penyucian jiwa yang dilakukan untuk menghilangkan
dampak dari semua perbuatan dosa dan maksiat yang kita lakukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan bertaubat secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT. Selain itu, taharah batiniah juga
harus dilakukan untuk menyucikan hati dari noda-noda yang berasal dari sifat syirik, dengki,
riya', sombong, dan sifat-sifar tercela lainnya. Hal ini bisa kita lakukan dengan menanamkan sifat
jujur, ikhlas, rendah hati, serta senantiasa berbuat kebaikan.

b. Taharah Lahiriah

Taharah lahiriah adalah bersuci dari najis dan hadats. Bersuci dari najis adalah
menyucikan diri dan benda-benda lainnya dari segala jenis najis dengan menggunakan air atau
benda-benda lain yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Salah satu jenis thaharah dari najis
adalah dengan istinja' atau menyucikan diri setelah buang air kecil dan buang air besar.
Sedangkan taharah dari hadats bisa dilakukan dengan wudhu' untuk hadats kecil, mandi wajib
untuk hadats besar, dan tayamum sebagai pengganti wudhu' dan mandi wajib jika syarat-
syaratnya terpenuhi.

Hukum Taharah
Setelah mengetahui taharah, anda perlu paham tentang hukumnya. Taharah sendiri
merupakan syarat mutlak sah dan tidanya salat yang dilaksanakan oleh seorang muslim.
Rasulullah saw. bersabda,

“Allah SWT tidak menerima salat seseorang tanpa bersuci dan tidak akan menerima sedekah
dari cara yang curang.” (HR Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dengan begitu, hukum dari taharah yakni wajib dilaksanakan sebelum melakuan sholat
atau ibadah lainnya. Orang yang sedang dalam keadaan hadas atau menyentuh najis, tidak sah
ibadahnya.

Ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 6 yang memiliki arti:

"Hai orang-orang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat, maka basuhlah muka
dan tangan kalian sampai siku, dan sapulah kepala kalian, kemudian basuh kaki sampai kedua
mata kaki."

Selain itu, hukum dari taharah juga dituangkan dalam potongan akhir Surah Al Baqarah ayat 222
yang memiliki art:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak bertaubat dan orang-orang yang
melakukan amalan thaharah (bersuci).”

Selain itu, hukum taharah juga dijelaskan dalam hadis berikut ini:

“Kunci shalat itu adalah bersuci …” (HR al-Tirmidzi, Ibn Mâjah, Ahmad, al-Dârimi, dari ‘Ali
bin Abi Thâlib ra.)
Tingkatan Taharah
Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin menerangkan ada empat tingkat dalam
bersuci atau taharah. Berikut ini penjelasan keempat tingkatan taharah atau bersuci adalah:

a. Tingkatan I adalah perbuatan menyucikan badan dari segala hadas, kotoran, dan benda
najis.
b. Tingkatan II adalah menyucikan setiap anggota badan dari segala perbuatan jahat dan
dosa.
c. Tingkatan III adalah menyucikan hati dari segala perbuatan dan perilaku tercela serta
sifat-sifat keji.
d. Tingkat IV adalah menyucikan sirr (rahasia jiwa) dari segala sesuatu selain Allah SWT.
Tingkatan ke IV adalah tingkatan paling sempurna yang dimiliki oeh para nabi dan pada
shiddiqin (orang yang teguh keimanannya kepada kebenaran Nabi dan Rasul).

Anda mungkin juga menyukai