Makalah Haal - Bahasa Arab
Makalah Haal - Bahasa Arab
BAHASA ARAB II
Disusun Oleh:
Kelompok 8
2024
KATA PENGANTAR
ِ َّ علا ْي ُك ْم او ار ْح امةُ ه
ُٱَّلل او اب اركااتُه ٱلس اََّل ُم ا
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran & yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-
Qur’an dan sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita
pegang teguh. Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber hukum
tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah Bahasa Arab, khususnya
ilmu nahwu dan ilmu shorof karena keduanya merupakan kunci dalam
mempelajari al-Qur’an. Salah satu cabang dari Ilmu Nahwu adalah haal yaitu
isim yang beri’rab manshub yang menafsirkan apa-apa yang tersamarkan dari
bentuk atau keadaan. Untuk mempermudah mempelajari Ilmu Nahwu tentang
Fiil kami, membuat makalah yang berjudul Haal ()الحال
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan)
ُ ( َف ْردا أَ ْذ َهaku akan pergi
dan memberi keterangan keadaan seperi dalam contoh: ب
sendiri)”.
َ
ُ ِس َّمي كَل مِ ْن ُه َما صَاح
.ب الحَا ِل ِ ص ْوب يُبَ ْي ُن َه ْيئ َة اْلفَا ِع ِل أَ ْو الم ْفعُ ْو ِل ِب ِه حِ ْينَ ُوقُ ْو
ُ ع ا ْل ِف ْع ِل َو ْ ِا َ ْلحَا ُل ه َُو إ
ُ سم َم ْن
“Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau
perilaku Fa’il atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing
fa’il dan maf’ul bih tersebut dinamakan Shohibul Haal”.
Haal merupakan fadhlah, yaitu sifat yang menyatakan kondisi baik sesuatu
maupun seseorang ketika suatu perbuatan terjadi. Haal adalah isim manshub yang
digunakan untuk dapat menjelaskan keterangan suasana yang samar dan suasana
fa’il.
Contoh: = جَا َء َز ْيد َرا ِكيْباzaid telah datang secara berkendaraan. Lafad
َرا ِكيْباberkedudukaan sebagai Haal dari lafazh زا يْدyang menjelaskan keadaan
Zaid waktu kedatanganya. Seperti yang terdapat di dalam firman Allah Swt.
Berikut: خر اج مِ ْن اها خاائِفًا
“ = اف اMaka keluarlah Musa dari kota itu”. (Al-Qashash:
21). Lafad خاائِفًاberkedudukan sebagaiHaal fa’il lafadz خر اج اyeng menjelaskan
keadaan Musa waktu keluarnya.
2
• Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih
Contoh: س َّرجا
َ ُم َ اَ ْلفَ َر
س ُ= َر ِكبْت Aku berkendara dengan
berpelana.Lafadz س َّرجا
َ ُم berkedudukan sebagai haal dari maf’ul yang
menjelaskan keadaan kuda waktu digunakan angkutan diatasnya. Dan seperti
yang terdapat didalam firman Allah Swt. Berikut: س ْو ًل ِ َّس ْلنااكا لِلن
ُ اس ار “ = اوا ا ْر اkami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (An-Nisa: 79).
Lafadz س ْو ًل
ُ ارmenjadi haal dari maf’ul bihhuruf kaf yang terdapat pada
lafadz س ْلنااكا
واا ْر ا.
ا
س ُر ْو َري ِْن
ْ ان َم َّ عادا
ِ الزائ اِر ا
Contoh:
Dua pengunjung itu kembali dalam
kondisi bahagia
3
Contoh lainnya:
ع مِ نِّي ْ َعلِي ا
َ س َر َ َه َر:اسم التفضيل
َ ب
Haal dalam bentuk isim tafdhil (kata benda yang menunjukan arti lebih): Ali
berlari lebih cepat dari aku/
4
Dia tidak mencintai kita sebagaimana ia
mencintai mereka berdua, padahal kita satu
golongan (yang kuat)
ُف يُفَك ُِر ْونَ ف ِْي ا ْل َك ْي ِد لاه اجلا ا
ُ س إِ ْخ اوة ُ ي ُْو
س ا
Ø Dhamir:
Ø Wawu:
َارى
َ سكُ لَ ت َ ْق َربُ ْوا الص َََّلةَ َوأ ْنت ُ ْم
Janganlah anda semua mendekati shalat padahal anda semua dalam
suasana mabuk. (Q.S. An-Nisa : 43 )
5
س ُر ْور
ُ ف ف ِْي
ُ س
ُ اش ي ُْو
ع اا
َ ف َف ْو
ق ِج َما ِل ِه ْم ُ اجا اء إِ ْخ اوة ُ ي ُْو
س ا
ُح ح َْولَه
ُ صبَا
ْ ِئ الم
ُ يُ ِض ْي
Lampu menerangi sekitarnya
Untuk dapat dikatakan dan dikategorikan sebagai haal, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, yaitu:
2. Isim nakirah, Haal hanya terbentuk jika nakirah. Jika terdapat suatu haal
dengan lafaz ma’rifat, lafaz tersebut harus diubah atau di-takwil-kan dengan
lafaz nakirah. Isim nakirah Tidaklah terbentuk haal itu
kecuali Nakirah. Apabila ada haal dengan lafadz ma’rifat, maka harus
ditakwilkan dengan lafadz nakirah, seperti dalam contoh: ( اا ام ْنتُ ِباهلل او ْحدا ْهaku
beriman kepada Allah).
6
Kalimah اوحْ دا ْهadalah isim ma’rifah secara lafazh, tetapi ia ditakwil
oleh nakirah dengan perkiraan sebagai berikut: ً ا ا ام ْنتُ بِاهلل ُم ْنف ِاردا.
Haal dinashabkan oleh ‘amil dan tidak ber’irab dengan sendirinya, di mana
‘amil-‘amil tersebut adalah:
a. ‘Amil Haqiqi
‘Amil haqiqi ini pun juga selanjutnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
b. ‘Amil Maknawi
• Isim istifham
• Isim isyarah
• Isim fi’il ‘amr
• Perangkat tamann
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Haal adalah isim yang beri’rab manshub yang menafsirkan apa-apa yang
tersamarkan dari bentuk atau keadaan. Adakalanya haal menjelaskan kondisi fa’il
dan adakalanya menjelaskan kondisi maf’ul. Adapun syarat-syarat haal adalah haal
menjelaskan kondisi fa’il dan adakalanya menjelaskan kondisi maf’ul. Adapun
syarat-syarat haal adalah, haal berupa isim nakirah. Apabila haal berupa isim
ma’rifat, maka harus ditakwilkan dengan isim nakirah, Kebanyakan haal itu dalam
bentuk musytaq, berakar dari mashdar misal lafazh راكباberakar dari lafazh ركوب
(mashdar) dan lafazh خائفاberakar dari lafazh خوف. Terkadang haal ada juga yang
berbentuk jamid 11 (tidak musytaq), tetapi mengandung makna musytaq, haal
terbentuk setelah sempurnanya kalam, dan shahibul Haal berupa ma’rifah.
Diperbolehkan berupa nakirah dengan musawwigh (alasan yang membolehkan).
Haal dapat dibagi menjadi 3 yaitu berupa mufrad, sohibul jumlah, dan jumlah.
8
DAFTAR PUSAKA
Arabunaa. (2019). Pengertian Haal dalam Ilmu Nahwu (disertai contoh yang jelas
dan memahamkan).