Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA ARAB II

HAAL (‫) الحال‬

Dosen Pengampu: Dr. Yenni Yunita, S.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Alya Magfiroh (232410180)

Siti Rahmah (232410272)

Yuli Elfiza (232410046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2024
KATA PENGANTAR

ِ َّ ‫علا ْي ُك ْم او ار ْح امةُ ه‬
ُ‫ٱَّلل او اب اركااتُه‬ ‫ٱلس اََّل ُم ا‬

Dengan menyebut nama Allah Subhanahuwata’ala yang Maha Pengasih dan


Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi, yang
telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Bahasa Arab II ini dengan judul “ Haal
(‫ ” ) الحال‬yang diampu oleh Ibuk Dr. Yenni Yunita, S.Pd.I, M.Pd.I dengan tepat
waktu.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari


teman-teman serta materi dari internet sebagai referensi tersusunnya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran & yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Pekanbaru, 8 Mei 2024

Penyusun Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

2.1 Definisi ‫ الحال‬............................................................................................. 2


2.2 Pembagian ‫ الحال‬......................................................................................... 3
2.3 Syarat ‫ الحال‬................................................................................................ 6
2.4 ‘Amil Haal (‫ )الحال‬...................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 8

DAFTAR PUSAKA ....................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-
Qur’an dan sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita
pegang teguh. Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber hukum
tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah Bahasa Arab, khususnya
ilmu nahwu dan ilmu shorof karena keduanya merupakan kunci dalam
mempelajari al-Qur’an. Salah satu cabang dari Ilmu Nahwu adalah haal yaitu
isim yang beri’rab manshub yang menafsirkan apa-apa yang tersamarkan dari
bentuk atau keadaan. Untuk mempermudah mempelajari Ilmu Nahwu tentang
Fiil kami, membuat makalah yang berjudul Haal (‫)الحال‬

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi ‫? الحال‬
2. Apa Saja Pembagian ‫? الحال‬
3. Bagaimana Syarat ‫? الحال‬
4. Bagaimana ‘Amil Haal (‫? )الحال‬

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Definisi ‫الحال‬
2. Mengetahui Pembagian ‫الحال‬
3. Mengetahui Syarat ‫الحال‬
4. Mengetahui ‘Amil Haal (‫)الحال‬

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Haal (‫)الحال‬

ْ ‫ُم ْف ِه ُم فِي حَا ِل َكفَ ْردا أَ ْذ َه ْب*ا ْلحَا ُل َوصْف َف‬


ُ ‫ضلَة ُم ْنت َ ِص‬
‫ب‬

“Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan)
ُ ‫( َف ْردا أَ ْذ َه‬aku akan pergi
dan memberi keterangan keadaan seperi dalam contoh: ‫ب‬
sendiri)”.

Dengan istilah lain:

َ
ُ ِ‫س َّمي كَل مِ ْن ُه َما صَاح‬
.‫ب الحَا ِل‬ ِ ‫ص ْوب يُبَ ْي ُن َه ْيئ َة اْلفَا ِع ِل أَ ْو الم ْفعُ ْو ِل ِب ِه حِ ْينَ ُوقُ ْو‬
ُ ‫ع ا ْل ِف ْع ِل َو‬ ْ ِ‫ا َ ْلحَا ُل ه َُو إ‬
ُ ‫سم َم ْن‬

“Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau
perilaku Fa’il atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing
fa’il dan maf’ul bih tersebut dinamakan Shohibul Haal”.

Haal merupakan fadhlah, yaitu sifat yang menyatakan kondisi baik sesuatu
maupun seseorang ketika suatu perbuatan terjadi. Haal adalah isim manshub yang
digunakan untuk dapat menjelaskan keterangan suasana yang samar dan suasana
fa’il.

• Haal untuk menjelaskan Fa’il.

Contoh: ‫ = جَا َء َز ْيد َرا ِكيْبا‬zaid telah datang secara berkendaraan. Lafad
‫ َرا ِكيْبا‬berkedudukaan sebagai Haal dari lafazh ‫ زا يْد‬yang menjelaskan keadaan
Zaid waktu kedatanganya. Seperti yang terdapat di dalam firman Allah Swt.
Berikut: ‫خر اج مِ ْن اها خاائِفًا‬
‫“ = اف ا‬Maka keluarlah Musa dari kota itu”. (Al-Qashash:
21). Lafad ‫ خاائِفًا‬berkedudukan sebagaiHaal fa’il lafadz ‫خر اج‬ ‫ ا‬yeng menjelaskan
keadaan Musa waktu keluarnya.

2
• Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih

Contoh: ‫س َّرجا‬
َ ‫ُم‬ َ ‫اَ ْلفَ َر‬
‫س‬ ُ‫= َر ِكبْت‬ Aku berkendara dengan
berpelana.Lafadz ‫س َّرجا‬
َ ‫ُم‬ berkedudukan sebagai haal dari maf’ul yang
menjelaskan keadaan kuda waktu digunakan angkutan diatasnya. Dan seperti
yang terdapat didalam firman Allah Swt. Berikut: ‫س ْو ًل‬ ِ َّ‫س ْلنااكا لِلن‬
ُ ‫اس ار‬ ‫“ = اوا ا ْر ا‬kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (An-Nisa: 79).
Lafadz ‫س ْو ًل‬
ُ ‫ ار‬menjadi haal dari maf’ul bihhuruf kaf yang terdapat pada
lafadz ‫س ْلنااكا‬
‫واا ْر ا‬.
‫ا‬

• Haal untuk menjelaskan kedua-duanya (fa’il dan Maf’ul bih).

Contoh: ‫ارا ِكبًا‬ َّ ‫ا‬


ِ‫للَا‬ ‫ع ْبدا‬
‫ا‬ ُ‫ = ال ِقيت‬Aku Bertemu Abdullah dengan
berkendaraan. Yang dimaksud dengan berkendaraan itu bisa Aku atau
Abdullah atau keduanya.

2.2 Pembagian Haal ( ‫ ) الحال‬dan Contoh - Contohnya

Haal terbagi menjadi 3 yakni :


1. Haal Mufrad (Haal yang terdiri dari satu kata)

Yaitu hal yang berjumlah satu kata,

‫س ُر ْو َري ِْن‬
ْ ‫ان َم‬ َّ ‫عادا‬
ِ ‫الزائ اِر‬ ‫ا‬
Contoh:
Dua pengunjung itu kembali dalam
kondisi bahagia

Yang dimaksud mufrod disini bukanlah mufrod dalam artian jumlah


pelakunya tunggal. Namun yang dimaksud mufrod disini adalah “kata”nya
berjumlah satu, meskipun jumlah orangnya 1,2, atau 3. Sebagaimana pada
contoh diatas jumlah pelakunya adalah 2 (mutsanna).

3
Contoh lainnya:

ْ ‫علِي إلَى ال َم‬


‫س ِج ِد َماشِيا‬ َ ‫ ذَ َه‬:‫اسم الفاعل‬
َ ‫ب‬
Haal dalam bentuk isim fa'il: Ali pergi ke masjid dengan jalan kaki

ْ ‫ َقا َم الفَائِز ُ َم‬:‫اسم المفعول‬


‫س ُر ْورا‬
Haal dalam bentuk isim Maf'ul : Para pemenang berdiri dengan senang

‫زُرتُ َفاطِ َمةَ َف ِرحَة‬


ْ :‫الصفة المش ّبهات باسم الفاعل‬
Haal dalam bentuk sifat yang menyerupai isim fa'il: Saya mengunjungi Fatimah
dalam suasana riang gembira

َ َ ‫ الجَا ِه ُل َق َرأ ال ِكت‬:‫صيغة المبالغة‬


َ ‫اب م ْك‬
‫سال‬
Haal dalam bentuk Shigot Mubalaghoh: Orang bebal itu membaca kitab dalam
suasana sangat malas

‫ع مِ نِّي‬ ْ َ‫علِي ا‬
َ ‫س َر‬ َ ‫ َه َر‬:‫اسم التفضيل‬
َ ‫ب‬
Haal dalam bentuk isim tafdhil (kata benda yang menunjukan arti lebih): Ali
berlari lebih cepat dari aku/

2. Haal Jumlah (Haal yang terbentuk dari kalimat)

Yaitu hal yang berupa jumlah ismiyah maupun jumlah fi’liyah.


Contoh:
‫صبَة‬ ُ ‫اليُحِ بُّناا مِ ثْلا ُه اما َونَحْ ُن‬
ْ ‫ع‬

4
Dia tidak mencintai kita sebagaimana ia
mencintai mereka berdua, padahal kita satu
golongan (yang kuat)
ُ‫ف يُفَك ُِر ْونَ ف ِْي ا ْل َك ْي ِد لاه‬ ‫اجلا ا‬
ُ ‫س إِ ْخ اوة ُ ي ُْو‬
‫س ا‬

Saudara-saudara yusuf duduk dalam kondisi


memikirkan tipu daya baginya
Contoh lainnya:

َ ‫ستَاذَ يَ ْب َدأ ُ الد َْر‬


‫س‬ ْ ‫َرأيْتُ األ‬
Saya menyaksikan bapak guru mengawali pelajaran.

Syarat haal jumlah ialah berisi rabith (penghubung) yang menghubungkan


urusan dengan shahibul hal. Rabith ini berupa dhamir dan wawu.

Ø Dhamir:

ُ ‫َحض ََر ال‬


ُ ‫ط اَّل‬
َ‫ب َي ْمش ُْون‬
Para pelajar datang dengan berjalan kaki.

Ø Wawu:

‫َارى‬
َ ‫سك‬ُ ‫لَ ت َ ْق َربُ ْوا الص َََّلةَ َوأ ْنت ُ ْم‬
Janganlah anda semua mendekati shalat padahal anda semua dalam
suasana mabuk. (Q.S. An-Nisa : 43 )

3. Haal Shibhul jumlah (Haal nya menyerupai kalimat)

Yaitu hal yang berupa jar majrur maupun dharaf. Contoh:

5
‫س ُر ْور‬
ُ ‫ف ف ِْي‬
ُ ‫س‬
ُ ‫اش ي ُْو‬
‫ع ا‬‫ا‬

Yusuf hidup dalam kebahagiaan

َ ‫ف َف ْو‬
‫ق ِج َما ِل ِه ْم‬ ُ ‫اجا اء إِ ْخ اوة ُ ي ُْو‬
‫س ا‬

Saudara-saudara yusuf datang dalam kondisi


diatas untu-unta mereka

Hal jumlah harus terhubung dengan kalimat sebelumnya


dengan dhamir ataupun huruf wauw (‫)و‬.
Contoh lainnya:

ُ‫ح ح َْولَه‬
ُ ‫صبَا‬
ْ ِ‫ئ الم‬
ُ ‫يُ ِض ْي‬
Lampu menerangi sekitarnya

‫جَا َء القَ ْو ُم َر ُجَّل َر ُجَّل‬


Kaum tersebut datang seorang – seorang

2.3 Syarat Haal

Untuk dapat dikatakan dan dikategorikan sebagai haal, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Kebanyakan haal memiliki format musytaq atau terbentuk dari tafsir


(pergantian bentuk), di mana berakar dari mashdar.

2. Isim nakirah, Haal hanya terbentuk jika nakirah. Jika terdapat suatu haal
dengan lafaz ma’rifat, lafaz tersebut harus diubah atau di-takwil-kan dengan
lafaz nakirah. Isim nakirah Tidaklah terbentuk haal itu
kecuali Nakirah. Apabila ada haal dengan lafadz ma’rifat, maka harus
ditakwilkan dengan lafadz nakirah, seperti dalam contoh: ‫( اا ام ْنتُ ِباهلل او ْحدا ْه‬aku
beriman kepada Allah).

6
Kalimah ‫ اوحْ دا ْه‬adalah isim ma’rifah secara lafazh, tetapi ia ditakwil
oleh nakirah dengan perkiraan sebagai berikut: ً ‫ا ا ام ْنتُ بِاهلل ُم ْنف ِاردا‬.

3. Sesudah kalimat yang sempurna, syarat terbentuknya haal selanjutnya


adalah kalimat tersebut sudah sempurna, di mana lafaz haal tidak termasuk
di antara kedua unsur lafaz jumlah dan juga tidak berada pada kalimat yang
tidak memerlukan haal.
4. Sahnya keberadaan haal dari sohibul haalnya yang nakirah ditandai dengan
adanya huruf nafi yang mendahului haal tersebut.

2.4 ‘Amil Haal (‫)الحال‬

Haal dinashabkan oleh ‘amil dan tidak ber’irab dengan sendirinya, di mana
‘amil-‘amil tersebut adalah:

a. ‘Amil Haqiqi

‘Amil haqiqi ini pun juga selanjutnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

• Fi’il (mudhari’, madhi, dan ‘amr)


• Isim mustaq (isim fa’il, isim maf’ul, shigh mubalaghah, dan sifat
musyabahah)

b. ‘Amil Maknawi

Selanjutnya, ‘amil maknawi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

• Isim istifham
• Isim isyarah
• Isim fi’il ‘amr
• Perangkat tamann

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Haal adalah isim yang beri’rab manshub yang menafsirkan apa-apa yang
tersamarkan dari bentuk atau keadaan. Adakalanya haal menjelaskan kondisi fa’il
dan adakalanya menjelaskan kondisi maf’ul. Adapun syarat-syarat haal adalah haal
menjelaskan kondisi fa’il dan adakalanya menjelaskan kondisi maf’ul. Adapun
syarat-syarat haal adalah, haal berupa isim nakirah. Apabila haal berupa isim
ma’rifat, maka harus ditakwilkan dengan isim nakirah, Kebanyakan haal itu dalam
bentuk musytaq, berakar dari mashdar misal lafazh ‫ راكبا‬berakar dari lafazh ‫ركوب‬
(mashdar) dan lafazh ‫ خائفا‬berakar dari lafazh ‫خوف‬. Terkadang haal ada juga yang
berbentuk jamid 11 (tidak musytaq), tetapi mengandung makna musytaq, haal
terbentuk setelah sempurnanya kalam, dan shahibul Haal berupa ma’rifah.
Diperbolehkan berupa nakirah dengan musawwigh (alasan yang membolehkan).
Haal dapat dibagi menjadi 3 yaitu berupa mufrad, sohibul jumlah, dan jumlah.

8
DAFTAR PUSAKA

Abror, M. (2021). Haal (‫ )الحال‬dan Contohnya. sahabatmuslim.id.

Arab, B. b. (2013). Posisi Hal dalam bahasa arab.

Arabunaa. (2019). Pengertian Haal dalam Ilmu Nahwu (disertai contoh yang jelas
dan memahamkan).

Syah, M. (2023). Pengertian Hal (‫ )الحال‬Beserta Contohnya.

Anda mungkin juga menyukai