Anda di halaman 1dari 13

Haal / ُ‫ُا ْل َحال‬

(Makalah)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Bahasa Arab II

Dosen pengampu : Ahmad Tamyiz, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama NPM

Rifki Nur Romadeni 21300007


Meidi Efendi 21300024
Istiqo Hadi Susanto 21300036
Yuda Suhendar 21300006
Ahmad Sidiq -----------

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH(STIT)DARUL ISHLAH

TULANG BAWANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang


telah memberikan banyak nikmatnya kepada Kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah rencanakan. Makalah
ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian Mata Kuliah.
Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok, nilai individu, dan nilai keaktifan.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada studi banding atau
membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Kami sebagai
penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.

Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya. Kami
ucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Tamyiz, M. Pd Sebagai pengajar Mata
kuliah B ARAB II yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga
makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dan dapat bermanfaat bagi kami sebagai
penyusun maupun bagi orang-orang banyak.

Wassalamu‟alaikum Wr, Wb,.

Tulang Bawang, 04 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. latar belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................................................1

C. Tujuan pembahasan ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

A. Pengertian Haal..................................................................................................2

B. Syarat-syarat Haal..............................................................................................3

C. Macam-macam Haal..........................................................................................5

BAB III PENUTUP ................................................................................................7

A. Kesimpulan .......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................8

BAB IV FORMAT PENILAIAN...........................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur‟an dan hadis. Umat islam tidak dapat
menggali, memahami dan mempelajari ajaran agama Islam yang terdapat
pada al-Quran dan hadis tanpa memiliki kemampuan menggali, memahami
dan menguasai bahasa Arab dengan baik. Dalam upaya mengembangkan
wawasan berbahasa Arab, amat diperlukan adanya sebuah kajian
kebahasaan, kemampuan menguasai bahas Arab merupakan kunci dan syarat
mutlak yang harus di miliki setiap orang yang hendak mengkaji ajaran islam
secara luas dan mendalam.
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah yang
digunakan dalam berbahasa Arab untuk mengetahui hukum kalimat dalam
bahasa arab. Dalam ilmu nahwu dikenal istilah Haal. Kami
pemakalah akanmencoba menjelaskan sedikit tentang ilmu nahwu dalam
bab Haal.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian Haal?
B. Apa sajakah Syarat-syarat Haal?
C. Apa sajakah Macam-macam Haal?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haal

ُْ‫هُ َمفَشْ داُُأَ ْرَٕت‬ ِ ‫ْاى َحبهُُ َٗصْ فُُفَضْ يَةٍُُ ْْت‬
ُِ ‫َصتُُ*ٍ ْف ٌُُِٖفِيُ َحب‬
“Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan)
dan memberi keterangan keadaan seperi dalam contoh: ُ‫( فَشْ داُ ُأَ ْرَٕت‬aku akan
pergiُsendiri)”.[1]
Dengan istilah lain:

.‫به‬
ِ ‫اىح‬
َ ُُ‫صب ِحت‬ ُِ ‫عُ ْاىفِ ْع‬
َ ُ‫وُ َٗس ََّيُ َموُُ ٍِ ْْٖ ََب‬ ُِ ْ٘‫وُأَُُْٗاىَ ْفع‬
ُِ ْ٘‫هُثِ ُُِٔ ِحيَُُِْٗق‬ ُِ ‫اَ ْى َحبهُُٕ َُُ٘إِسٌُُْ ٍَ ْْصْ٘ ةُُيجَيَُُِْٕ ْيئَ ُةَُ ْاىفَب ِع‬

“Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau
perilaku Fa’il atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing
fa‟il dan maf‟ul bih tersebut dinamakan Shohibul Haal”.[2]

 · Haal untuk menjelaskan Fa’il.


Contoh: ُ‫ُ َسا ِميْجب‬ ُ‫ُ َصيْذ‬ ُ‫ = َجب َء‬zaid telah datang secara
berkendaraan.Lafad ُ‫ َسا ِميْجب‬berkedudukaan sebagai Haal dari lafazh ُ‫ صَ يْذ‬yang
menjelaskan keadaan Zaid waktu kedatanganya. Seperti yang terdapat di dalam
firman Allah Swt. Berikut: ‫“ = فَخ َش َجُُ ٍِ َْْٖبُ َخبئِفب‬Maka keluarlah Musa dari kota itu”.
(Al-Qashash: 21) . Lafad ‫ َخبئِفب‬berkedudukan sebagai Haal fa‟il lafadz ُ‫ خ َش َج‬yeng
menjelaskan keadaan Musa waktu keluarnya.

 · Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih


Contoh: ‫ٍُ َسشَّجب‬ َ ‫ُاَ ْىفَ َش‬
ُ‫س‬ ُ‫= َس ِمجْت‬ Aku berkendara dengan
berpelana. Lafadz ‫ٍ َسشَّجب‬berkedudukan sebagai haal dari maf‟ul yang menjelaskan
keadaan kuda waktu digunakan angkutan diatasnya. Dan seperti yang terdapat
َ ‫“ = َٗاَسْ َس ْيَْب‬kami mengutusmu
ِ َّْ‫كُ ُىِي‬
didalam firman Allah Swt. Berikut: ُ‫بسُ ُ َسسْ٘ ل‬
menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (An-Nisa: 79).
Lafadz ُ‫ َسسْ٘ ل‬menjadi haaldari maf‟ul bih huruf kaf yang terdapat pada
َ ‫ٗاَسْ َس ُْيَْب‬.
lafadz ُ‫ك‬ َ

2
 · Haal untuk menjelaskan kedua-duanya (fa‟il dan Maf‟ul bih).
َُِّ َ ‫ = ىَقِيتُ ُ َع ْج َُذ‬Aku Bertemu Abdullah dengan berkendaraan. Yang
Contoh: ‫ُللَا ُ َسا ِمجب‬
dimaksud dengan berkendaraan itu bisa Aku atau Abdullah atau keduanya.[3]

B. Syarat-syarat Haal
Ada beberapa syarat haal yang harus dipenuhi, diantaranya:

1. Isim nakirah

Tidaklah terbentuk haal itu kecualiNakirah. Apabila ada haal dengan lafadz
ma‟rifat, maka harus ditakwilkan dengan lafadz nakirah, seperti dalam
ُ ْْ ٍَ َ‫(ُا‬aku beriman kepada Allah). Kalimah ُْٓ ‫ َٗحْ َذ‬adalah isim
contoh:ُُْٓ ‫ت ُثِبهلل َٗحْ َذ‬
ma‟rifah secara lafazh, tetapi ia ditakwil oleh nakirah dengan perkiraan sebagai
berikut: ُ‫اَ ٍَ ْْتُُثِبهللٍُ ْْفَ ِشدا‬.[4]

Dalam hal ini Ibnu Malik mengungkapkan dalam Alfiyah-nya:

ُْ ِ‫َٗ ْاى َحبهُُإ‬


َُ ‫ُُع ِّشفَُُىَ ْفظبُُفَب ْعتَقِ ُْذُ* تَ ْْ ِن ْي َشُُٓ ٍَعْْىُ َم َ٘حْ َذ‬
ُ‫كُاجْ تَ ِٖ ْذ‬
“Haal jika ma‟rifah secara lafazh maka yakinilah bahwa ia berbentu nakirah
secara makna, seperti conntoh: “wahdakajtahid” (lakukanlah ijtihad sendirian)”

Namun ulam‟ bagdad dan Syaikh Yunus meyakini bahwa boleh


membuat haal dari isim ma‟rifah secara mutlak tanpa takwil,[5]sperti contoh:ُُ‫َجب َء‬
َ ‫َصيْذُُاى َشا ِمي‬
ُ‫ْت‬

2. Sesudah kalimat yang sempurna

Tidaklah terbentuk haal itu kecuali harus sesudah sempurna kalamnya,


yakni sesudah jumlah (kalimat) yang sempurna, dengan makna bahwa lafadz haal
itu tidak termasuk salah satu dari kedua bagian lafadz jumlah, tetapi tidak juga
yang dimaksud bahwa keadaan kalam itu cukup dari haal (tidak membutuhkan

ِ ْ‫شُُفِ ْيُُاألَس‬
haal) dengan berlandasan firman Allah Swt.:ُ‫ضُُ ٍَ َشحب‬ ِ ََْ ‫(ُ َٗ َلُُت‬dan janganlah
kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra‟: 37). [6]

3
3. Shahibul haal (pelaku haal) harus berupa ma‟rifat.

Shahibul haal (pelaku haal) harus dalam bentuk ma‟rifat, dan pada galibnya
(mayoritasnya) sekali-kali tidak dinakirahkan kecuali bila ada hal-hal yang
memperbolehkanya yaitu:

a. Hendaknya haal mendahului nakirah.

Contoh: ُ‫ُسجو‬
َ ‫ُقَبئَِب‬ ‫(ُفِ ْيَٖب‬didalamnya terdapat seorang laki-laki sedang
berdiri). lafadz ‫ قَبئَِب‬berkedudukan sebagai haal dari lafadz ُ‫ َسجو‬.

b. Hendaknya nakirah ditakhshish oleh idhafah.

Contoh shahibul haal yang ditakhshish oleh idhafahialah seperti yang terdapat
didalam firman Allah Swt. Berikut: ُ‫ي ُاَسْ ثَ َع ُِة ُاَيَبًُ ُ َس َ٘اء‬
ُْ ِ‫( ف‬dalam empat hari yang
genap.(Fushsilat: 10). Lafadz ُ‫ َس َ٘اء‬berkedudkan sebagai haal dari lafadz ُ‫اَسْ ثَ َع ِة‬.

c. Hendaknya shahibul haal nakirah sesudah nafi.

Contoh shahibul haal yang terletak sesudah nafi:

ُ َّ ِ‫ِ ُقَشْ يَةُ ُا‬


َُُ ْٗ‫لَ ُىََٖب ٍُ ْْ ِزس‬ ُْ ٍِ ُ ‫( َٗ ٍَب ُاَ ْٕيَ ْنَْب‬dan kami tidak membinasakan sesuatu negri pun,
melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi pringatan. (As-
Syu‟ara: 208). Lafadz َُُ ْٗ‫ ىََٖب ٍُ ْْ ِزُس‬adalah jumlah ismiyyah yang berkedudkan
sebagai haal dari lafadz ‫قَشْ يَ ُة‬, Keberadaannya sebagai haal dari shahibul
haal yang nakirah dianggap sah karena ada huruf nafi yang mendahuluinya.[7]

Demikian juga haal disyaratkan harus berupa mutanaqqil yang muystaq atau
bukanjamid. Ibnu Malik juga mengungkapkan dalam Alfiyah-nya:

‫ْسٍُ ْستَ ِحقُّب‬ ُْ ‫َٗ َمْ٘ ٍُُّٔ ْْتَقِلٍُُ ْشتَقَّب * ُيَ ْغيِتُُى ِن‬
َُ ‫ُِىَي‬

“Keadaan haal ini dalam bentuk muntanqqil lagi musytaq adalah hal yang
lumrah, tetapi hal ini tidak pasti.”

Yang dimaksud muntanqqil lagi musytaq adalah bahwa hal ini bersifat
َ ‫ = َجب َءُُصَ يْذ‬zaid
mayoritas, bukan bersifat lazim (tetap). Seperti dalam contoh: ُ‫ُُسا ِميْجب‬

4
telah datang secara berkendaraan. Lafadz ُ‫ َسا ِميْجب‬adalah sifat yang
mutanaqqil karena sifat ini dapat lepas dari Zaid.[8]

Namun, kadang haal itu dibentuk dari isim jamid yang ditakwil dengan sifat
muystaq dalam tiga keadaan:

a. Menunjukkan makna taysbih (penyerupaan), seperti: ‫( َم َّشُُ َعيِيُُأَ َسذا‬Ali menyerang


dengan berani seperti macan). Takwilanya:ُُ‫ش َجبعَبُ َمبُاألَ َس ِذ‬

b. َ ‫لُ ُْاىفَ َش‬


Menunjukkan makna mufa‟alah (interaksi), sepertiُ‫سُ ُيَذا ُثِيَذ‬ َ ‫ثِعْت‬: (aku telah
َ ِ‫ٍتَقَبث‬
ُِ ‫ض ْي‬
menjual kuda secara kontan). Takwilanya: ِ

c. Menunjukkan makna tartib, sepertiُُ‫و ُاىقَْ٘ ًُ ُ َسجلُ ُ َسجل‬


َُ ‫ُ َد َخ‬:(kaum itu telah masuk
ُِ ‫ٍتَ َشتِّجَي‬.[9]
secara tertib satu persatu). Takwilanya: ِْ

C. Macam-macam Haal.
a. Haal berupa isim mufrad.
Haal mufrod yaitu isim mansub yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan fi‟il
َ ُ‫( َجب َءُ ُصَ يْذ‬Telah datang zaid dalam keadaan
atau maful bih. Contoh: ‫ُسا ِمجب‬
berkendaraan). lafadz ‫ َسا ِمجب‬adalah isim mufrad.
b. Haal berupa jumlah ismiyah.
Contoh: ُ‫ضيْفُ ُغَبئِت‬
ِ َ‫ُٗاى‬
َ ُ‫ض َُش ُاىضيْ٘ ف‬
َ ‫( َح‬para tamu datang, sedang tuan rumahnya
tidak ada). Lafadz ُ‫ضيْفُ ُغَبئِت‬
ِ َ‫ اى‬adalah jumlah ismiyah yang berkedudukan
sebagai haal dari lafadz ُ‫اىضيْ٘ ف‬.

c. Haal berupa jumlah fi‟liyah.


Contoh: ُُ‫ُاىجبِّي ُتَحْ شسُٔ ُاىجْْ٘ د‬
َ َُ ٕ‫( َر‬penjahat itu pergi, ketika ia dijaga oleh
‫َت‬
tentara). Lafadz ُ‫ تَحْ شسُٔ ُاىجْْ٘ د‬adalah jumlah fi‟liyah yang berkedudukan sebagai
haal dari lafadz ‫اى َجبِّي‬.
d. Haal berupa zharaf.
ُِ ‫ُاى َّس َحب‬
Contoh: ‫ة‬ َُِْ‫ُثَي‬ ُ‫ُاى ِٖ َل َه‬ ُ‫(ُُ َسأَيْت‬aku telah melihat bulan diantara
bulan). Lafadz َُِْ‫ ثَي‬adalah zharaf yang berkedudukan sebagai haaldari
َُ ‫اى ِٖ َل‬.
lafadz ‫ه‬

5
e. Haal berupa jar dan majrur.
Contoh:ُُُِٓ ‫(ُثِعْتُ ُاىثَّ ََ َُش ُ َعيَي ُ َش َج ِش‬saya menjual buah yang masih ada di pohonya).
Lafadz ُِٓ‫ َعيَي ُ َش َج ِش‬adalah jar dan majrur yang berkedudukan sebagai haal dari
lafadz ‫اىثَّ ََ َُش‬.[10]

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan,dari penjelasan diatas sebagaiberikut:


1. Haal ialah isim mansub yang menerangkan prihal atau perilaku fa‟il atau
maf‟ul bih yang masih samar.
2. Shahibul haal adalah terdiri dari tarkib fa‟il dan tarkib maf‟ul bih.
3. Syarat-syarat tarkib haal, yaitu:
a. Harus dengan isim nakirah, tidak boleh isim ma‟rifat.
b. Harus sesudah kalam yang sempurna
c. Shahibul haal harus terdiri dari isim ma‟rifat.
4. Macam-macam haal, yaitu:
a. Haal berupa isim mufrad.
b. Haal berupa jumlah ismiyyah.
c. Haal berupa jumlah fi‟liyah
d. Haal berupa zharaf.
e. Haal berupa jar dan majrur.
5. Jika haal itu berupa jumlah, maka harus ada penghubung yang
menyambungkan dengan shahibul haal, dan dia itu adakalanya berupa
wawu saja atau berupa dlamir saja atau kedua-keduanya.

Demikialah makalah yang kami susun, kurang lebihnya kami minta


maaf, kami merasa bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, bahkan masih jauh dari sempurna, maka kami pemakalah
berharap kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat untuk para
pemakalah begitu pula bagi teman-teman agar mewujudkan makalah yang
lebih baik dan sempurna. Besar harapan kami semoga makalah yang
singkat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bahaud Din Abdullah ibnu „Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu „Aqil Jilid 1,
Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009
Djawahir Djuha, Tata Bahasa Arab Ilmu Nahwu, Bandung: : Sinar Baru
Algennsido, 1995
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa‟ini, Ilmu Nahwu, Bandung: Sinar Baru
Algennsido, 2010
Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, Jakarta: Sinar Grafik
Offset, 2008

[1] Bahaud Din Abdullah ibnu „Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu „Aqil Jilid 1,
(Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009), hlm. 432
[2] Djawahir Djuha, Tata Bahasa Arab Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru
Algennsido, 1995), hlm. 147
[3] Syekh Syamsuddin Muhammad Araa‟ini, Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru
Algennsido, 2010), hlm. 263-264
[4] Syekh Syamsuddin Muhammad Araa‟ini, Ibid, hlm 264-265
[5] Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, (Jakarta: Sinar Grafik
Offset, 2008), hlm. 88
[6] Syekh Syamsuddin Muhammad Araa‟ini, Op. Cit, hlm. 266
[7] Syekh Syamsuddin Muhammad Araa‟ini, Ibid, hlm. 267
[8] Bahaud Din Abdullah Ibnu „Aqil, Op. Cit, hlm. 433
[9] Iman Saiful Mu‟minin, Op. Cit, hlm. 88-89
[10] Djawahir Djuha, Op. Cit, hlm. 148-150

8
ASPEK PENILAIAN

Nama Kelompok Dan Anggota (NPM) : Rifki Nur Romadeni 21300007


Meidi Efendi 21300024
Istiqo Hadi Susanto 21300036
Yuda Suhendar 21300006
Ahmad Sidiq -
Judul makalah :

Tempat, hari/ tanggal :

No Aspek Rubrik Nilai


sangat sesuai (81- 100)
Penulisan sesuai dengan
Sesuai (71-80,9)
1 pedoman penulisan
Cukup sesuai (61-70,9)
makalah
Kurang sesuai (0 - 60,9)
bahasa yang digunakan, Sangat tepat (81- 100)
konstruksi kalimat,dan tepat (71-80,9)
2
koherensi antar Cukup tepat (61-70,9)
paragraph. Kurang tepat (0 - 60,9)
kesesuaian topik/ materi sangat sesuai (81- 100)
makalah dengan judul, Sesuai (71-80,9)
3
rumusan masalah dan Cukup sesuai (61-70,9)
tujuan penulisan. Kurang sesuai (0 - 60,9)
kejelasan pembahasan sangat menguasai (81- 100)
yang dijabarkan serta menguasai (71-80,9)
4
dikaikan dengan teori cukup menguasai (61-70,9)
yang digunakan kurang menguasai (0 - 60,9)
sangat menguasai (81- 100)
kecermatan dalam
menguasai (71-80,9)
5 menyimpulkan hasil
cukup menguasai (61-70,9)
pembahasan
kurang menguasai (0 - 60,9)

9
kemampuan menguasai sangat menguasai (81- 100)
topik / materi makalah menguasai (71-80,9)
6
,menjelaskan dan cukup menguasai (61-70,9)
memberikan argumen. kurang menguasai (0 - 60,9)
Rata-rata Nilai

10

Anda mungkin juga menyukai