Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT HUKUM ISLAM

“ PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM ISLAM “

DISUSUN OLEH :
1. Achmad zalucky Ariyanto (2230104152)
2. Rizki Holia Rahmadani (2230104169)
3. Yuyun (2230104177)
4. Putri Icha Afriani (2230104186)

DOSEN PENGAMPUH :
Dr ,ULYA KENCANA, S.Ag., MH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puja dan puji semoga tetap senantiasa
dipanjatkan kepada kehadirat Allah swt yang membimbing umat manusia dengan
petunjuk-petunjuknya yang terkandung dalam al-Quranul karim dan Sunnah
Rasulullah yang senantiasa menjadi pedoman bagi umat muslim menuju jalan yang
lurus dan diridhoi oleh Allah swt. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dihaturkan kepada baginda Rasulullah saw, para sahabat dan keluarga serta para
pengikutnya sampai di hari kiamat. Terutama bagi para Mutjahid yang senantiasa
menuangkan hasil pemikiran mereka untuk kemaslahatan umat Islam.
Makalah ini berjudul Pengertian Filsafat Hukum Islam. Tidak lupa
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr ,ULYA KENCANA,
S.Ag., MH selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam. Makalah
ini dibuat sebagai syarat dan juga tuntutan akademik dan diharapkan memberikan
pengetahuan baru bagi kita.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari segala
kekurangan,penyusun telah mengusahakan meminimalisir sesuatu yang menjadi
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karenanya, para pembaca sangat diharapkan
untuk meluangkan waktunya dalam memberikan kritik maupun saran demi
kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan khususnya bagi penyusun tulisan ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 1
C. Tujuan masalah .................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
1. Pengertian Filsafat ................................................................................ 4
2. Pengertian Hukum ................................................................................ 6
3. Pengertian Filsafat Hukum Islam ......................................................... 7
4. Perkembangan Filsafat Hukum Islam .................................................. 9
PENUTUP ....................................................................................................... 11
Kesimpulan ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Islam mengacu pada pandangan hukum yang mengatakan
bahwa hukum Islam itu diciptakan karena ia mempunyai maksud dan
tujuan. Tujuan dari adanya hukum Islam adalah terciptanya kedamaian di
dunia dan kebahagian di akhirat. Jadi hukum Islam bukan bertujuan meraih
kebahagiaan yang fana’ dan pendek di dunia semata, tetapi juga
mengarahkan kepada kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak.
Inilah yang membedakannya dengan hukum manusia yang menghendaki
kedamaian didunia saja. Apabila kita memperhatikan perkembangan zaman
pada saat sekarang ini, maka hukum islam dituntut untuk menyesuaikan
dengan keadaan tersebut, maka dari itulah muncul ijtihad baru yang
berkenaan dengan masalah yang terjadi itu, salah satunya adalah dengan
berfilsafat, Jika kita berbicara filsafat, kita seakan berada pada ranah yang
sangat abstrak, dan filsafat hukum merupakan cabang dari filsafat, filsafat
hukum mempunyaifungsi yang strategis dalam pembentukan hukum di
Indonesia, khususnya adalah hukum islam itu sendiri. Dengan adanya
Filsafat Hukum Islam, dapat dibuktikan bahwa hukum Islam mampu
memberikan jawaban terhadap tantangan zaman dan merupakan hukum
terbaik sepanjang zaman bagi semesta alam. Maka untuk mengenal tentang
Filsafat Hukum Islam itulah yang menjadi latar belakang dari penulisan
makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian Filsafat
2. Bagaimana pengertian Hukum
3. Bagaimana pengertian Hukum islam
4. Bagaimana pengertian Filsafat Hukum Islam
5. Bagaimana perkembangan Filsafat Hukum Islam
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui mengenai pengertian filsafat, hukum, hukum islam, dan
filsafat hukum islam.

2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara
etimologi dan termologi.
a. Filsafat secara etimologi
Kata filsafat dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah Falsafah dan
dalam Bahasa inggris dikenal dengan istilah phylosophy serta dalam
Bahasa Yunani dengan istilah Philosophia. Kata philosophia terdiri dari
dari kata philein yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti
kebijaksaan (wisdom) sehinga secatra etimologis istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam
dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras
(582- 486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu
diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan
oleh Socrates (470-390) dan filsafat lainnya.
b. Filsafat secara termologi
Secara terminologi pengertian filsafat sangat beragam. Para filosuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan
pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan
bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles
berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al
Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan )
tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini
disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli.

3
1) Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang
mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli
karena kebenaran itu mutlak di tangan Tuhan.
2) Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika. 1
3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya
suatu hal yang hendak dipermasalahkan.
4) Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa
mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan:
a) apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?
b) apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?
c) apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi? Dan
d) sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama?
5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang
sebenarnya.
Filsafat adalah feeling (lave) in wisdom. Mencintai mencari menuju
penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan
melakukan
proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya.
a) Di dalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-
kebenaran prinsip yang bersifat general
b) Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk
menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat.
Pengertian filsafat tersebut memberikan pemahaman bahwa
filsafat adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk menelusuri

1
Suaendi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor, PT PENERBIT IPB PRESS, 2016), hal. 26.

4
suatu kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal.
Objeknya mengikuti realitas empiris dikaji secara filsafat untuk
menelusuri hakikat kebenarannya suatu entitas menggunakan
metode yang disebut metode ilmiah (kebenaran ilmiah).
Ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan menurut Ali Mudhofir sebagai
berikut.
a. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Radikal
berasal dari bahasa Yunani, Radix artinya akar. Berpikir secara
radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya, berpikir sampai
pada hakikat, esensi,atau sampai ke substansi yang dipikirkan.
Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk
menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang
mendasari segala pengetahuan indrawi.
b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum).
Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta
proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan
hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman
umum dari umat manusia.Dengan jalan penelusuran yang
radikal itu filsafat berusaha sampai pada berbagai kesimpulan
yang universal (umum).
c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Konsep
di sini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal
serta proses-proses individual. Dengan ciri yang konseptual ini,
berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup
sehari-hari.
d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan
konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah
berpikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung
kontradiksi.
e. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik.
Sistematik berasal dari kata sistem. Sistem di sini adalah

5
kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan
menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau
menunaikan sesuatu peranan tertentu. Dalam mengemukakan
jawaban terhadap sesuatu masalah. Pendapat-pendapat yang
merupakan uraian kefilsafatan harus saling berhubungan secara
teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif.
Komprehensif adalah mencakup secara menyeluruh. Berpikir
secara kefilsafatan. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. Sampai
batas-batas yang luas maka setiap filsafat boleh dikatakan
merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari
segala prasangka sosial, historis, kultural, ataupun religius.
h. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang
bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang
yang berpikir sambil bertanggung jawab. Pertanggung jawaban
yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Di sini
tampaklah hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat
dan etika yang melandasinya. Fase berikutnya adalah cara
bagaimana ia merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat
dikomunikasikan pada orang lain. 2

2. Pengertian Hukum
Kata hukum secara etimologis biasa diterjemahkan dengan kata 'law'
(Inggris), 'recht (Belanda), 'loi atau droit (Francis), 'ius' (Latin), 'derecto'
(Spanyol), 'dirrito' (Italia). [1] Dalam bahasa Indonesia, kata hukum diambil
dari bahasa Arab[2] yaitu "‫ ﺣﻜﻤﺎ‬- ‫ ﯾﺤﻜﻢ‬- ‫ "ﺣﻜﻢ‬yang berarti "‫ﻗﻀﯽ و ﻓﺼﻞ ﺑﺎﻷﻣﺮ‬
(memutuskan sebuah perkara).

2
Ibid.hal. 29.

6
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan
segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum
itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga
sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa "batas-
batasnya tidak bisa ditentukan"
Pengertian Hukum yakni adalah suatu sistem yang dibuat manusia
untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat
terkontrol, hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.
Pengertian Hukum lainnya yaitu merupakan peraturan yang berupa norma
dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia,
menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian
hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk
memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai
sebuah peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak
tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi
untuk orang yang melanggar hukum. 3

3. Pengertian filsafat hukum islam


Filsafat hukum islam adalah filsafat yang diterapkan pada hukum
islam. Ia merupakan filsafat khusus dan objeknya adalah hukum islam.
Maka filsafat hukum islam adalah filsafat yang menganalisis hukum islam
secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkanketerangan yang
mendasar, atau menganalisis hukum islam secara ilmiah dengan filsafat
sebagai alatnya. 4

3
Dr. Yuhelson, SH., MH., MKN, Pengantar ilmu Hukum, (Gorontalo: Ideas
Publishing,2017), Hal.3.
4
Dr. H. Ahmad junaidi, M.Ag, Filsafat Hukum islam, ( Jember: STAIN JEMBER PRESS,
2014), Hal, 1.

7
Menurut Azhar Basyir, filsafat hukum islam adalah pemikiran
secara ilmiah, sistematis, dapat diperbandingkan dan radikal tentang hukum
islam. Filsafat hukum islam merupakan anak sulung dari filsafat islam.
Dengan kata lain filsafat hukum islam adalah tentang hakikat, rahasia, dan
tujuan hukum islam baik yang menyangkut materinya maupun proses
penetapannya, atau filsafat yang digunakan untuk menyebarkan
pengetahuan, memperkuat, dan memelihara hukum islam, sehingga sesuai
dengan tujuan dan tujuan Allah menetapkannya yaitu untuk kesejahteraan
umat manusia secara keseluruhan. Dengan filsafat ini, hukum islam akan
benarbenar cocok sepanjang masa di alam semesta. 5
Menurut Beni Ahmad Saebani, filsafat hukum Islam adalah
pengetahuan tentang rahasia yang digali secara filosofis melalui pendekatan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Singkatnya, Ahmad Azhar Basyir
menyatakan bahwa filsafat hukum Islam adalah proses pemikiran yang
sistematis dan ilmiah.Filsafat hukum islam sebagaimana filsafat lainnya
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjangkau oleh ilmu hukum.
Filsafat, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, diartikan
sebagai hal ihwal sesuatu sebagai ilmu pengetahuan tentang haecceitas,
esensi, dan sebabsebab segala hal sampai batas kemampuan manusia.
Demikian juga halnya dengan filsafat hukum Islam, yang merupakan
sebuah ilmu tentang esensi dan sebab-sebab ditetapkannya hukum Islam
yang dilakukan secara sungguh- sungguh oleh mujtahid sampai batas
kemampuannya. 6
Sesuai dengan watak filsafat, filsafat hukum Islam berusaha
menangani pertanyaan-pertanyaan fundamental secara ketat, konsepsional,
metodis, koheren, sistematis, radikal, universal dan komprehensip, rasional
serta bertanggungjawab. Arti dari pertanggungjawaban ini adalah adanya

5
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.2.
6
Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, ( Jakarta: Pernerbit Bulan Bintang 1975),
hal. 37

8
kesiapan untuk memberikan jawaban yang obyektif dan argumentatif
terhadap segala pertanyaan, sangkalan, dan kritikan.

4. Perkembangan Filsafat Hukum Islam


Kegiatan penelitian terhadap tujuan hukum (maqâshid al-syarî’ah)
telah dilakukan oleh para ahli ushul fiqih terdahulu. Al-Juwaini dapat
dikatakan sebagai ahli usul fiqih pertama yang menekankan pentingnya
memahami maqasid al-syari’ah dalam menetapkan hukum. Ia secara tegas
menyatakan bahwa seseorang tidak dikatakan mampu menetapkan hukum
dalam Islam, sebelum ia dapat memahami benar tujuan Allah menetapkan
perintah-perintah dan larangan-laranganNya 7. Kemudian ia mengelaborasi
lebih lanjut maqasid al-syari’ah itu dalam kaitannya dengan pembahasan
‘illat pada masalah qiyas. Menurut pendapatnya, dalam kaitannya dengan
‘illat, ashl dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu kelompok
daruriyyat, hajiyyat, ammat, makramat, sesuatu yang tidak masuk kelompok
daruriyyat dan hajiyyat, dan sesuatu yang tidak termasuk ketiga kelompok
sebelumnya 8. Pada dasarnya al-Juwaini mengelompokkan ashl atau tujuan
hukum menjadi tiga kelompok, yaitu daruriyyat, hajiyyat, dan makramat.
Yang terakhir, dalam istilah lain disebut tahsiniyyat.Kerangka berpikir al-
Juwaini di atas kelihatannya dikembangkan oleh muridnya al-Ghazali.
Dalam kitabnya Syifâ‘ al-Ghalîl al-Gazali menjelaskan maksud syari’at
dalam kaitannya dengan pembahasan al-munâsabât al-maslahiyyah dalam
qiyas 9, sementara dalam kitabnya yang lain ia membicarakannya dalam
pembahasan istishlȃh8. Maslahat, baginya adalah memelihara maksud al-
Syari’, pembuat hukum. Kemudian ia memerinci maslahat itu menjadi lima,
yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta 10. Kelima aspek
maslahat ini, menurut al-Ghazali, berada pada peringkat yang berbeda, bila

7
Al-Juwayniy, Al-Burhân fî Ushûl al-Fiqh (Dâr al-Ansâr, 1400 H), I. 295.
8
Ibid, II, 923-930.
9
Al-Ghazâlî, Shifâ al-Ghalîl fî Bayân al-Syibh wa al-Mukhîl wa Masâlik al-Ta’lîl
(Baghdad: Mathba’ah al-Irshad, 1971), 159.
10
Al-Ghazali, Al-Mustashfâ min ‘Ilm al-Ushûl (Kairo: Sayyid al-Husayn, tt. ), 250

9
ditinjau dari segi tujuannya, yaitu peringkat daruriyyat, hajiyyat, dan
tahsiniyyat. Dari sini teori maqasid al-syari’ah sudah mulai kelihatan
bentuknya.Ahli usul fiqih berikutnya yang membahas secara khusus aspek
utama maqasid al-syari’ah, adalah Izzuddin Ibn Abdissalam dari kalangan
madzhab Syafi’i. Dalam kitabnya Qawâ’id al-Ahkâm fî Mashâlih al-Anâm,
ia lebih banyak mengelaborasi hakikat maslahat yang diejawantahkan
dalam bentuk dar’u al-mafâsid wa jalbu almanâfi’ (menghindari kerusakan
dan menarik manfaat) 11. Baginya, maslahat duniawi tidak dapat dilepaskan
dari tiga peringkat, yaitu daruriyat, hajiyyat, dan tatimmat atau takmilat 12.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa taklif bermuara pada kemaslahatan
manusia, baik di dunia maupun di akhirat 13. Dengan demikian dapat
dikatakan, bahwa Ibn ‘Abd al-Salam telah mencoba mengembangkan
prinsip maslahat yang merupakan inti pembahasan dalam maqasid al-
syari’ah. Adapun ahli usul fiqih yang membahas teori maqasid al-syari’ah
secara khusus, sistematis dan jelas adalah al-Shatibi, dari kalangan madzhab
Maliki. Dalam kitabnya al-Muwafaqât, ia panjang lebar menjelaskan
mengenai fungsi hukum Islam dalam memelihara aspek utama, yaitu:
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam perkembangan selanjutnya,
para penulis Filsafat Hukum Islam mencoba menonjolkan istilah Filsafat
Hukum Islam ketimbang menggunakan istilah hikmah atau tujuan
disyari’atkan hukum Islam. Hal ini dapat dilihat dalam tulisan al-Jurjani,
Mahmasani, dan lain-lain.

11
Izz al-Dîn Ibn Abd al-Salâm, Qawâ’id al-Ahkâm fî Mashâlih al-Anâm (Kairo: Al-
Istiqamat, tt. ), I., 9
12
Ibid., II, 60 dan 62
13
Ibid., 62.

10
PENUTUP

Kesimpulan
1. Filsafat hukum islam adalah filsafat yang diterapkan pada hukum islam. Ia
merupakan filsafat khusus dan objeknya adalah hukum islam. Maka filsafat
hukum islam adalah filsafat yang menganalisis hukum islam secara metodis
dan sistematis sehingga mendapatkanketerangan yang mendasar, atau
menganalisis hukum islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya.
2. kegiatan penelitian terhadap tujuan hukum (maqasbid al-syariah) telah di
lakukanoleh para ahli ushul fiqih terdahulu. Al-juwaini sebagai ushul fiqih
yang pertama yangmenekankan pentingnya maqashid al-syariah dalam
penetapan hukum islam.
3. Kerangka berfikir al-juwaini di kembangkan oleh muridnya, al-
Ghazali.Dalamkitabnya syifa al-ghazalil, al-Ghazali menjelaskan maksud
syariat dalam kaitanyadengan pembahasan al-munasabat al-mashlahiyyat
dalam qiyas,sementara dalamkitabnya yang lain ia membicarakannya dalam
pembahasan istihlal. Maslahat, baginyaadalah memelihara maksud al-syari’,
pembuat hukum. Kemudian ia merinci maslahatitu menjadi lima,yaitu:
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Juwayniy, Al-Burhân fî Ushûl al-Fiqh (Dâr al-Ansâr, 1400 H), Al-Ghazâlî, Shifâ
al-Ghalîl fî Bayân al-Syibh wa al-Mukhîl wa Masâlik al-Ta’lîl. Baghdad:
Mathba’ah al-Irshad.

Al-Ghazali, Al-Mustashfâ min ‘Ilm al-Ushûl. Kairo: Sayyid al-Husayn, tt.

Dr. H. Ahmad junaidi, M.Ag, 2014. Filsafat Hukum islam. Jember: STAIN
JEMBER PRESS

Dr. Yuhelson, SH., MH., MKN. 2017. Pengantar ilmu Hukum,. Gorontalo: Ideas
Publishing

Fathurrahman Djamil. 1997. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Hasbi Ash Shiddieqy. 1975. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Pernerbit Bulan
Bintang.

Izz al-Dîn Ibn Abd al-Salâm, Qawâ’id al-Ahkâm fî Mashâlih al-Anâm. Kairo: Al-
Istiqamat, tt.

Suaendi, 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor, PT PENERBIT IPB PRESS.

12

Anda mungkin juga menyukai