Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AYAT DAN HADITS TENTANG ETIKA EKONOMI DAN BISNIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat & Hadits Ekonomi

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Nihayatul Masykuroh M.Si

Disusun oleh:

Asti Rosita : (221420096)

Zahra fika Ananda : (221420104)

Muhammad Agis Abdaka : (211420042)

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ayat dan Hadits ekonomi, dengan judul makalah “Ayat dan Hadits Tentang Etika Ekonomi
dan Bisnis.” Selain itu, pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Nihayatul Masykuroh M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Ayat dan Hadits ekonomi, yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan berbagai kritik dan
saran yang dapat membangun makalah ini untuk menjadi lebih sempurna.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Serang, 18 September 2023

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................................

A. Pengertian Etika Bisnis ekonomi.................................................................3


B. Etika Menurut Al-Qur’an.............................................................................3
C. Prinsip Etika Menurut Al-Qur’an dan Hadits...............................................4
D. Hal Yang Menyebabkan Tidak Sah nya Perdagangan...............................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................................

A. Kesimpulan ..............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang dalam bentuk
jamaknya taetha berarti adat istiadat atau kebiasan hidup.[1] Dalam pengertian ini,
etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik dalam diri seseorang maupun
pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu orang ke
orang lain dari satu generasi ke generasi lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam
perilaku berpola yang terus berulang sebagai suatu kebiasaan.
Selanjutnya dapat dipahami juga bahwa Etika adalah cabang filsafat yang
mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Di Indonesia, studi tentang masalah-
masalah etis dalam bidang ekonomi dan bisnis sudah banyak dilakukan oleh para ahli,
termasuk di kalangan mereka yang mempunyai minat di bidang ekonomi syariah.[2]
Urgensi etika bisnis yaitu perilaku mencerminkan akhlak seseorang. Atau
dengan kata lain, pelaku berelasi dengan etika, berkecenderungan akan menghasilkan
perilaku yang baik dalam setiap aktifitas atau tindakannya, tanpa kecuali dalam
aktifitas bisnis.
Secara konkrit dapat diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada
etika, bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan
orang lain dan sebagainya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran
etika, dimanapun dan kapanpun saja kelompok orang kedua ini akan menampakkan
sikap kontra produktif dengan tipe kelompok orang pertama dalam mengendalikan
bisnis.[3]
Menurut Qardahwi ekonomi (bisnis) dan akhlak (etika) tidak dapat dipisahkan,
seperti halnya antara ilmu dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan
yang islami. Karena risalah islam adalah risalah akhlak.
Menurut Mustahaq Ahmad (dalam etika bisnis islam) menyebutkan bahwa Al-
quran membagi bisnis dalam dua kategori, yaitu yang menguntungkan dan merugikan.
Ciri bisnis yang menguntungkan dilakukan dengan investasi modal sebaik-baiknya.
Mengedepankan keputusan yang sehat dan didasari perilaku pelaku yang benar.
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
1
Sebaliknya bisnis yang merugikan ditandai dengan investasi yang kotor, melalui
keputusan yang tidak sehat, dan didasari perilaku pelaku yang jahat. Karena itu umat
islam harus memiliki prinsip-prinsip etika dalam berbisnis sehingga diharapkan dapat
memberikan keberkahan dan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ekonomi?
2. Bagaimana isi tafsiran tentang ayat-ayat etika bisnis di dalam Al-qur’an?
3. Apa saja prinsip etika menurut Al-qur’an dan hadits?
4. Apa saja hal-hal yang menyebabkan perdagangan menjadi tidak sah?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sebenarnya konsep yang ditawarkan Al-qur’an
tentang etika berbisnis
2. Mengetahui bagaimana tafsiran tentang ayat-ayat etika bisnis di dalam Al-
qur’an
3. Mengetahui cara beretika dalam berbisnis yang baik
4. Mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan suatu bisnis menjadi tidak
sah dalam Islam

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian etika bisnis


Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat
yang menetukan pada perilaku benar dan salah. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham, masyarakat.
Contoh Sebuah Etika Bisnis Dalam Perusahaan
a. Sebutkan nama lengkap
b. Berdirilah saat memperkenalkan diri
c. Ucapkan terima kasih secukupnya
d. Jangan duduk sambil menyilang kaki
e. Tuan rumah yang harus membayar

2.2. Etika menurut Al-quran


Berdagang bukan hanya sekedar mencari untung saja namun bagaimana kita
mampu menjalin komunikasi yang baik kepada konsumen melalui etika-etika
bisnis.
Seperti yang telah difirrmankan oleh Allah dalam surat Al-jumuah ayat 10 :
‫َفِاَذ ا ُقِضَيِت الَّص ٰل وُة َفاْنَتِش ُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َو اْبَتُغ ْو ا ِم ْن َفْض ِل ِهّٰللا َو اْذ ُك ُروا َهّٰللا َك ِثْيًرا َّلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬
Artinya :“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.”
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsir ibnu Katsir juz 28 di halaman 10 penafsiran
ayat di atas adalah setelah Allah melarang kaum muslimin berdagang saat shalat
jum’at ditunaikan, Allah mengizinkan kita untuk mencari karunia Allah yang
berupa rizki yang diberikan Allah (berdagang) lagi setelah shalat jum’at selesai
ditunaikan.
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
3
2.3. Prinsip Etika menurut Al-quran dan Hadist
Prasyarat untuk meraih keberkahan pelaku bisnis haruslah memperhatikan
beberapa prinsip etika yang telah digariskan oleh Al-quran dan hadist, antara lain:
A. Shiddiq
Artinya mempunyai kejujuran dan melandasi ucapan, keyakinan dan
amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang benar berdasarkan ajaran
islam.Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan
dan perbuatan.Karena itu Allah swt memerinyahkan kepada orang-orang yang
beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq.
Dalam dunia bisnis kejujuran ditampilkan dalam bentuk kesungguhan
dan ketepatan (mujahadah dan itqan) baik ketepatan waktu janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak di tutup tutupi) untuk
kemudian diperbaiki secara terus menerus, serta menjauhkan diri dari bohong
dan menipu(baik dalam diri sendiri, teman, perusahaan maupun mitra bisnis).
[4]
Seperti hadist yang menerangkan tentang kejujuran dalam berdagang:
‫ َفِإْن َص َد َقا َو َبَّيَنا ُبْو ِر َك َلُهَم ا ِفي َبْيِع ِهَم ا َوِإْن َكَتَم ا‬-‫َح َّتى َيَتَفَّر َقا‬: ‫اْلَبِّيَع اِن ِباْلِخَياِر َم ا َلْم َيَتَفَّر َقا –َأْو َقاَل‬
‫َو َك َذ َبا ُمِح َقْت َبَر َك ُة َبْيِع ِهَم ا‬

Artinya: “Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki


hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum
berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan
keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka,
maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang” (Muttafaqun Alaihi).

Hadits di atas menjelaskan bahwasannya dalam berjual beli ada tawar-


menawar selama belum berpisah. Dan menerangkan tentang etika kedua orang
yang bertransaksi agar sama-sama jujur tidak merugikan salah satu pihak.
Serta menjelaskan bahwa dalam berbisnis yang dicari bukan hanya profit saja
melainkan menyertakan keberkahan juga, karena dengan berkahnya bisnis

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
4
yang kita jalankan maka hidup kita akan ikut berkah dan diridho Allah
sehingga kita mencapai hidup yang sejahtera.
Seperti contoh, bila ada seorang penjual kurma yang menjajakan
kurmanya dipasar, sebaiknya ia harus bersikap jujur dengan mengatakan
bahwa kurmanya kualitas baik jika itu memang baik, atau kurmanya kurang
baik jika memang ketika dilihat tampak tidak menarik.
Rasulullah telah melarang pebisnis melakukan perbuatan yang tidak
baik, seperti beberapa hal dibawah ini.
a. Larangan tidak menepati janji yang telah disepakati.
b. Larangan menutupi cacat atau aib barang yang dijual.
c. Larangan membeli barang dari orang awam sebelum masuk ke pasar.
B. Amanah
Memiliki arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban.Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan
yang optimal, dan berbuat yang terbaik dalam segala hal.Sifat amanah harus
dimiliki oleh setiap mukminin.Terlebih bagi mereka yang memiliki pekerjaan
yang berhubungan dengan bisnis dan pelayanan terhadap masyarakat.
Adapun ayat hadist nabi yang menjelaskan tentang amanah:
‫ هللا عنه عمر رضي هللا ابن عن عبد‬: ‫عليه وسّلم صلى هللا رسول هللا قال‬
‫ اْلُم ْس ِلُم َم َع الَّصُد ْو ُق ْاَالِم ْيُن الَّتا ِج ُر‬- ‫ َو ِفْي ِر َو اَيٍة الُّش َهَداِء‬: ‫ َو الِّصْيِقْيَن مع الَّنِبِّيَن‬- ‫ َيْو َم َو الُّش َهَداِء‬:
‫رواه إبن ماجه و الدارقطني و غير هم ) ْالِقَيا َم ِة‬

Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa


Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang muslim
yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi,
orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat
(nanti).”
Tafsirnya: Dari hadist diatas dijelaskan bahwa seorang pedagang yang
jujur dalam artian tidak melebih-lebihkan timbangan dan memebrikan barang
buruk kepada pembeli serta amanh dalam menjalankan tugasnya maka di hari
akhir nanti mereka adalah orang-orang yang beruntung.
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
5
Adapun surat Annisa ayat 58:
‫ِإَّن ٱَهَّلل َيْأُم ُر ُك ْم َأن ُتَؤ ُّد و۟ا ٱَأْلَٰم َٰن ِت ِإَلٰٓى َأْهِلَها َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتم َبْيَن ٱلَّناِس َأن َتْح ُك ُم و۟ا ِبٱْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن ٱَهَّلل ِنِعَّم ا‬
‫َيِع ُظُك م ِبِهٓۦۗ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َسِم يًۢع ا َبِص يًرا‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Tafsir: Ayat ini menjelaskan tentang keburukan orang yahudi yang tidak
mau menjalankan amanah yang Allah swt perintahkan yaitu mengamalkan kitab
suci dan tidak menyembunyikan isinya.
Amanah sendiri adalah yang diserahkan kepada Allah swt kepada
perantara pihak lain untuk dipelihara dan di kembalikan bila saatnya atau ketika
pemiliknya meminta.Amanah hanya di berikan kepada mereka yang mampu
memelihara dengan baik.
Seseorang yang melanggar Amanah digambarkan oleh Rasulullah
sebagai orang yang tidak beriman. Bahkan lebih jauh lagi, Digambarkan sebagai
orang munafik. Sabda Nabi tentang hal ini: Tidak beriman orang yang tidak
memegang Amanah tidak ada agama orang yang tidak menepati janji. (HR. Ad
Dalimi).
Tanda orang munafik itu ada tiga macam: jika berbicara ia berdusta, jika
berjanji ia mengingkari, dan jika diberi kepercayaan, dia khianat. (HR. Ahmad).

Sikap Amanah mutlak harus dimiliki oleh seorang pebisnis muslim.


Sikap amanah diantaranya :
a) Larangan memakan riba

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
6
Beliau (Nabi SAW) melaknat orang yang memakan riba, orang yang
menyerahkannya, para saksi serta pencatatnya. (HR. Ibnu Majah dari Ibnu
Mas'ud)
b) Larangan melakukan tindak kezaliman
Seorang muslim terhadap sesama muslim adalah haram: harta bendanya,
kehormatannya, dan jiwanya. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
c) Larangan melakukan suap
Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap di dalam kekuasaan.(HR.
Imam Abu Dawud dari Hurairah)
d) Larangan memberikan komisi yang haram
Seperti Contoh : Bila kita di beri tanggung jawab untuk menjual sebuah
kambing dengan harga tertentu, sebaiknya dilakukan kesepakatan untuk
komisi si penjual.Agar nantinya tidak terjadi riba, yaitu si penjual menjual
dengan harga yang tidak sesuai dengan seharusnya.

C. Fatanah
Memilik arti mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam
segala yang menjadi tugas dan kewajiban.Sifat ini akan menumbuhkan
kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yang
bermanfaat.Kreatif dan inovatif hanya mungkin dmiliki oleh seseorang yang
selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan,peraturan,
informasi baik yang berhubungan dengan perusahaan maupun yang bersifat
umum.
Sifat ini yang dimiliki nabi Muhammad saw saat dirinya belum
menjadi nabi dan telah berhasil dalam kegiatan perdagangan. (Riwayar imam
bukhari). Ada pula surat Al-quran yang berkaitan dengan fatanah seperti:
Qs.Albaqarah 282 :
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَذ ا َتَداَينُتم ِبَد ْيٍن ِإَلٰٓى َأَج ٍل ُّمَس ًّمى َفٱْكُتُبوُهۚ َو ْلَيْكُتب َّبْيَنُك ْم َك اِتٌۢب ِبٱْلَع ْد ِل ۚ َو اَل َيْأَب‬
ۚ‫َك اِتٌب َأن َيْكُتَب َك َم ا َع َّلَم ُه ٱُهَّللۚ َفْلَيْكُتْب َو ْلُيْمِلِل ٱَّلِذ ى َع َلْيِه ٱْلَح ُّق َو ْلَيَّتِق ٱَهَّلل َر َّب ۥُه َو اَل َيْبَخ ْس ِم ْنُه َش ْئًـا‬
ۚ ‫َفِإن َك اَن ٱَّلِذ ى َع َلْيِه ٱْلَح ُّق َسِفيًها َأْو َضِع يًفا َأْو اَل َيْسَتِط يُع َأن ُيِم َّل ُهَو َفْلُيْمِلْل َو ِلُّي ۥُه ِبٱْلَع ْد ِل‬

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
7
‫َو ٱْسَتْش ِهُدو۟ا َش ِهيَد ْيِن ِم ن ِّر َج اِلُك ْم ۖ َفِإن َّلْم َيُك وَنا َر ُج َلْيِن َفَر ُجٌل َو ٱْم َر َأَتاِن ِمَّم ن َتْر َض ْو َن ِم َن ٱلُّش َهَدٓاِء‬
‫َأن َتِض َّل ِإْح َد ٰى ُهَم ا َفُتَذِّك َر ِإْح َد ٰى ُهَم ا ٱُأْلْخ َر ٰى ۚ َو اَل َيْأَب ٱلُّش َهَدٓاُء ِإَذ ا َم ا ُدُعو۟ا ۚ َو اَل َتْس َٔـُمٓو ۟ا َأن َتْكُتُبوُه‬
‫َصِغ يًرا َأْو َك ِبيًرا ِإَلٰٓى َأَج ِلِهۦۚ َٰذ ِلُك ْم َأْقَس ُط ِع نَد ٱِهَّلل َو َأْقَو ُم ِللَّش َٰه َد ِة َو َأْدَنٰٓى َأاَّل َتْر َتاُبٓو ۟ا ۖ ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة‬
‫َح اِض َر ًة ُتِد يُروَنَها َبْيَنُك ْم َفَلْيَس َع َلْيُك ْم ُجَناٌح َأاَّل َتْكُتُبوَهاۗ َو َأْش ِهُد ٓو ۟ا ِإَذ ا َتَباَيْع ُتْم ۚ َو اَل ُيَض ٓاَّر َك اِتٌب َو اَل‬
‫َش ِهيٌد ۚ َو ِإن َتْفَع ُلو۟ا َفِإَّن ۥُه ُفُسوٌۢق ِبُك ْم ۗ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ َو ُيَع ِّلُم ُك ُم ٱُهَّللۗ َو ٱُهَّلل ِبُك ِّل َش ْى ٍء َع ِليٌم‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)
atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa
bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika
kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
8
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Tafsir :
Kata “Dain” atau utang terdapat antara dua orang yang hendak berjual, karena
yang seorang meminta supaya dia tidak membayar tunai melainkan dengan
utang. Muamalah seperti ini diperbolehkan syara` dengan syarat
ditangguhkannya pembayaran itu sampai satu tempo yang ditentukan. Tidak
sah menagguhkan pembayaran itu dengan tidak jelas tempo pembayarannya.
Kata “safih” ialah orang yang dungu, orang bodoh, yang otaknya mengalami
gangguan atau seorang boros dan mubazir yang memboroskan uangnya
ketempat yang tidak berguna. Orang “daif” ialah orang yang sudah terlalu tua
atau anak-anak yang belum baligh. Dalam keadaan itu wali mereka itulah yang
bertindak mengimlakkan akad maka apabila tidak ada yaitu dengan hakim.
orang yang hendak mengadakan utang piutang hendaklah menghadapkan
kepada dua orang saksi laki-laki muslim atau dua orang laki-laki dan dua
orang perermpuan. Kesaksian dua orang perempuan sama dengan kesaksian
seorang laki-laki menurut malik dan syafi`I. jika diantaranya terlupa maka
dapat diingatkan oleh orang yang lain yang disyaratkan kepada perempuan
karena perempuan itulah lebih lemah dari laki-laki. Sebagian ulama
menerangkan, bahwa saksi-saksi yang dimaksud disini ialah saksi-saksi yang
telah menyaksikan utang piutang itu sejak dari awal. Jika seseorang diminta
akan menyaksikan suatu hal, maka janganlah mereka merasa enggan untuk
menjadi saksi. Maka apabila saksi itu diperlukan, terutama dalam permulaan
mengikat janji dan membuat surat. menuliskan sekalian utang piutang, baik
yang kecil maupun yang besar. Dituliskan jumlahnya dan tempo
pembayarannya. Itulah yang lebih adil karena jika perselisihan tentulah
kesaksian yang tertulis itu lebih adil dan lebih dapat membantu menjelaskan
kebenaran dan juru tulis atau
saksi janganlah berlaku curang dalam menuliskan atau menyaksikannya baik
terhadap orang yang berutang maupun terhadap orang yang berpiutang.

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
9
Seperti Contoh: Jika ada dua orang melakukan transaksi sebaiknya mereka
mencatat transaksi di selembar kertas atau kwitansi dan kedua orang tersebut
haruslah memahami transaksi yang mereka lakukan, misalnya transaksi
bersifat tunai atau hutang.
D. Istiqamah
Mememiliki arti konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang
baik,meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan.Istiqamah dalam
kebaikan di tampilkan dalam ketegudan dan kesabaran serta keuletan sehingga
menghasilkan sesuatu yang optimal.Orang dan suatu lembaga yang istiqamah
dalam kebaikan berbisnis, maka setiap peluang bisnis akan terbuka lebar untuk
dapat prospektif dan menguntungkan. [5]
Adapun ayat Al-quran yang sesuai dengan istiqamah Qs. Al-Ahqaaf
13:
‫ِإَّن ٱَّلِذ يَن َقاُلو۟ا َر ُّبَنا ٱُهَّلل ُثَّم ٱْسَتَٰق ُم و۟ا َفاَل َخ ْو ٌف َع َلْيِهْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنوَن‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah", kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Tafsir:
Dari kalimat “Tuhan kami adalah Allah” tersebut memberi tahukan bahwa
keyakinan penuh pada Allah swt akan semua yang telah dikerjakan baik
kegiatan dan arah tujuan, dan semua gerak serta keyakinan hati.Sesungguhnya
Allah swt tidak pernah perhitungan bagi seseorang atau sesuatu
lainnya.Sehingga semua kegiatan, pemikiran, pemikiran hanya tertuju
kepadanya dan hanya mengharap ridhanya saja.

Kata Istiqamah sendiri berarti pelaksanaan sesuatu secara baik dan


benar serta bersinabung.Kata ini kemudian diartikan sebagai konsisten dan
setia melaksanakan sesuatu.
Menurut Abu Bakar, istiqomah berarti tidak menduakan Allah
swt.Dalam artian dengan tidk menduakannya maka Allah swt akan senantiasa
memberikan segala yang bermanfaat baginya, menolak kemudharatan,
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
10
menghilangkan duka cita yang mungkin ada pada dalam urusan duniawi
ataupun ukhrawi sehingga dadanya selalu lapang dan tentram.

E. Longgar dan Bermurah Hati


Dalam transaksi bisnis terkadang terjadi kontak bisnis antara penjual
dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan
bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini penjual akan mendapat
berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.
Surat Ali imran ayat 159
Artinya: Sekiranya kamu bersikap keras lagi bersikap kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri darimu”
Tafsir:
Dari kata sekiranya kamu bersikap keras lagi bersikap kasar, mengandung
makna bahwa Rasul saja (Muhammad) tidak pernah berhati keras.Sehingga
paras ahabatpun sangat sayang dan nyaman berada di dekat beliau.

Sistem muamalah pada dasarnya boleh dilakukan asalkan tidak ada


hukum yang melarangnya dan dengan tujuan kemaslahatan bersama.
Kebolehan-kebolehan tersebut dapat berubah menjadi sesuatu larangan apabila
ada alasan yang mendukungnya.
Demikianlah dengan hal perdagangan yang merupakan salah satu dari
bentuk muamalah. Pada prinsipnya perdagangan merupakan bentuk usaha
yang dibolehkan menurut Islam. Prinsip ini ditegaskan dan didukung dalam al-
quran dan as-sunnah serta kesepakatan ulama mengenai hal ini sebagai sesuatu
yang telah dipraktekkan pada masa Nabi SAW sampai sekarang.
Tetapi ada alasan tersendiri mengapa perdagangan itu tidak bisa
dikatan “SAH” dalam islam dan mengakibatkan dampak yang tidak baik
kepada manusia. Kesepakatan dan kerelaan (adanya unsur suka sama suka)
sangat ditekankan dalam setiap bentuk perdagangan. Namun hanya dengan
kesepakatan dan kerelaan yang bermula dari suka-sama suka tersebut , tidak

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
11
menjamin transaksi tersebut dikatan sah dalam islam yang mengatur adanya
transaksi yang dibolehkan dan tidak dibolehkan.
Menurut Hamzah Ya’qub, larangan Islam dalam perdagangan secara
garis besar dibagi atas tiga kategori.
1. Melingkupi barang atau zat yang terlarang untuk diperdagangkan.
2. Melingkupi semua usaha atau obyek dagang yang terlarang.
3. Melingkupi cara-cara dagang atau jual beli yang terlarang.
Perdagangan yang terlarang karena melihat dari jenis barang atau zat
yang memang dilarang menurut islam walaupun transaksi perdagangan
tersebut dipandang sah karena telah terpenuhi segala unsur transaksi namun
karena barang yang secara zatnya terlarang , maka ia akan menjadi haram
untuk dilaksnakan oleh kaum Muslim.

2.4. Hal Yang Menyebabkan Tidak sah nya Perdagangan


Adapun hal-hal yang mempengaruhi tidak sahnya perdangangan selain
dari zat barang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gharar
jual beli yang didalamnya mengandung unsur kesamaran,permainan atau
untung-untungan, meragukan dan mengandung unsur penipuan. Landasan
hukumnya terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 188:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara
kamu dengan jalan yang bati dan janganlah kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
Syaikhul Ibnu Taimiyah menjelaskan , dasar pelaragan jual beli gharar ini
adalah larangan Allah dalam Al-quran , yaitu larangan memakan harta orang
lain dengan batil. Begitu pula dengan Nabi Muhammad SAW melarang jual
beli gharar ini.

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
12
2. Tadlis
Tadlis masih termasuk dalam unsur jual beli yang mengandung penipuan ,
akan tetapi tadlis dibagi beberapa macam jenisnya. Berikut macam-macam
jenis tadlis.
a) Tadlis dalam kuantitas. Tadlis dalam kuantitas termasuk juga kegiatan
menjual barang kuantitas sedikit dengan barang kuantitas banyak.
Misalkan menjual baju sebanyak satu container. Karena jumlah banyak
dan tidak mungkin untuk mengitung satu demi satu , penjual berusaha
melakukan penipuan dengan mengurangi jumlah barang yang dikirim
kepada pembeli.
b) Tadlis dalam kualitas. Dalam kualitas termasuk juga menyembunyikan
cacat atau kualitas barang yang buruk dengan apa yang disepakati antara si
penjual dan si pembeli. Contoh tadlis dalam kualitas pada penjualan
computer bekas. Pedagang menjual laptop bekas dengan kualifikasi corei3
73% baik, dengan harga Rp.4.500.000,- .Pada kenyataannya , tidak semua
penjual laptop bekas dengan kualifikasi yang sama. Sebagian penjual
laptop bekas menjual dengan kualifikasi yang lebih rendah, tetapi
menjualnya dengan harga yang sama. Pembeli tidak dapat membedakan
mana laptop bekas dengan kualifikasi bagus, hanya saja penjuak yang
mengetahui dengan pasti kualifikasi laptop yang dijualnya.
c) Tadlis (penipuan) dalam harga ini termasuk menjual barang dengan harga
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena tidak ketahuan
pembeli atau penjual, dalam fiqih disebut Ghoban. Yang termasuk dalam
penipuan jenis ini adalah si penjual tahu persis ia tidak akan menyerahkan
barang tersebut pada esok hari, namun menjanjikan akan menyerahkan
barang tersebut pada esok hari. Walau konsekuensi tadlis dalam waktu
penyerahan tidak berkaitan secara langsung dengan harga ataupun jumlah
barang yang ditransaksikan, namun masalah waktu adalah yang sangat
penting. Lebih lanjut, pelarangan ini dapat menghubungkan dengan
larangan transaksi lain, yaitu transaksi kali bali. Dengan adanya
pelarangan tadlis waktu penyerahan, maka segala transaksi harus jelas
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
13
kapan pemindahan hak milik dan hak guna terjadi. Berbeda dengan
transaksi kali bali (transaksi jual beli, dimana obyek barang atau jasa yang
dipejualbelikan belum bepindah kepemilikan namun sudah dipejualbelikan
kepda pihak lain) dimana transaksi juga dilarang leh Rasulullah, karena
transaksi jual beli tidak diikutioleh perolehan hak milik.
Diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “siapapun yang membeli gandum tidak berhak menjual sebelum
memperoleh hak kepemilikan.”
3. Ghaban
Ghaban dilarang, karena menjual di atas harga pasar.
Firman Allah SWT:
‫َو اَل َتْقَر ُبو۟ا َم اَل ٱْلَيِتيِم ِإاَّل ِبٱَّلِتى ِهَى َأْح َس ُن َح َّتٰى َيْبُلَغ َأُش َّد ُهۥۖ َو َأْو ُفو۟ا ٱْلَكْيَل َو ٱْلِم يَز اَن ِبٱْلِقْس ِط ۖ اَل‬
‫ُنَك ِّلُف َنْفًسا ِإاَّل ُو ْس َعَهاۖ َو ِإَذ ا ُقْلُتْم َفٱْع ِد ُلو۟ا َو َلْو َك اَن َذ ا ُقْر َبٰى ۖ َو ِبَع ْهِد ٱِهَّلل َأْو ُفو۟ا ۚ َٰذ ِلُك ْم َو َّص ٰى ُك م ِبِهۦ‬
‫َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن‬
“ ……Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah adil walaupun dia adalah kerabat(mu).
Dan penuhilah janji Allah. Demikianlah yang telah diperintahkan-Nya
kepadamu agar kamu mendapat peringatan.” (QS. 6/ Al An’aam:152)
Tafsir:
Dilarangnya mengambil harta yang bukan miliknyadan memakannya untuk
keperluan pribadi tanpa sebab, selain itu memakan harta anak yatimpun
dilarang.Bila mana anak yatim tersebut masih belum dewasa dan diwaliklan
oleh walinya sesungguhnya kitapun tidak boleh mengurangi takaran yang
telah ditentukan melainkan karena khilaf.Dan kitapun harus dapat memenuhi
janji kepadaNya dan kepada orang lain pula.

Dengan demikian, sebagai umat Islam, kita hendaknya sadar dan responsive
terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta.
Prioritas-prioritas yang harus didahulukan adalah:

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
14
1. Mendahulukan mencari pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang
keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia;
2. Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara
moral kotor, meskipun akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar;
3. Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram;
4. Mendahulukan bisnis yang bermanfaat bagi alam dan lingkungan
sekitarnya daripada bisnis yang merusak tatanan yang telah baik.
Dari bahasan singkat di atas dapat disimpulkan, bahwa perilaku bisnis
yang baik dan benar telah di atur dengan seksama di dalam Al Qur’an sebagai
pedoman hidup yang komprehensif dan universal bagi seluruh umat Islam.
Dengan demikian marilah kita mulai menerapkan etika bisnis menurut ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah Shallullahu Alaihi wa Sallam sejak empat belas abad yang
lalu tanpa perlu bimbang dan ragu lagi.
4. Maisir
Dalam hukum syar’i maysir dan qimar disebut juga dengan kata judi, adalah
“transaksi yang dilakukan oleh dua belah untuk pemilikan suatu barang atau
jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu aksi atau peristiwa”.

Hai orang–orang yang beriman sesungguhnya arak,judi,berhala dan mengundi


nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. sesungguhnya
syaitan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran arak dan berjudi itu, menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan shalat; maka berhentilah kamu .(Q.S; Al –Maidah: 90-91)
Dengan kita ikut bermain maka kita juga ikut berperan aktif dalam
meramaikan perjudian itu sendiri. Dan Sarat suatu hal dikatakan sebagai
sebuah judi menurut agama adalah : 1. adanya harta yang dipertaruhkan. 2.
adanya suatu permainan yang digunakan untuk menentukan pihak yang
menang dan pihak yang kalah. 3. pihak yang menang akan mengambil harta
(yang menjadi taruhan) dari pihak yang kalah (kehilangan hartanya).
[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
15
‫رواه ابوداود كتاب‬. ‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس …ُثَّم َقاَل ِإَّن َهللا َح َّر َم َع َلَّى َأْو ُحِّر َم اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اْلُك وَب ُة‬
)‫ صحيح‬: ‫األشربة (تحقيق األلباني‬

Artinya: Dari Ibnu Abbas … kemudian Nabi s.a.w. bersabda: ”Sesungguhnya


Allah mengharamkan kepadaku (keragu-raguan rowi) atau telah diharamkan
khomer, judi, dan gendang.

‫ ِبالاَّل ِت‬:‫ َفَقاَل ِفي َحِلِفِه‬، ‫ " َم ْن َح َلَف ِم ْنُك ْم‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة‬
‫ َفْلَيَتَص َّدْق "رواه البخاري‬،‫ َتَع اَل ُأَقاِم ْر َك‬:‫ َو َم ْن َقاَل ِلَص اِح بِه‬،‫ َال ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬: ‫ َفْلَيُقْل‬،‫َو الُع َّز ى‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:
Barang siapa dari antara kalian yang bersumpah lantas berkata dalam
sumpahnya Demi lata demi uzza maka berkatalah laa ilaaha illallah dan
barang siapa yang berkata kepada temannya kemarilah aku akan berjudi
denganmu maka bersadakahlah.
Berdasarkan hadits nabi “Barangsiapa berkata kepada saudaranya marilah
kita bermain judi, maka hendaklah dia bersedekah.” (Riwayat Al-Bukhari &
Muslim)
Berdasarkan dalil-dali di atas dapat disimpulkan bahawa Islam menjadikan
judi sebagai satu kesalahan yang serius dan memandang hina apa jua bentuk
judi. Ini dapat dilihat dari petunjuk petunjuk berikut: Judi disebut dan
diharamkan bersama dengan perbuatan minum arak, berkorban untuk berhala
(syirik) dan menenung nasib. Kesemua ini adalah dosa besar di dalam Islam.
Oleh karena itu pengaharaman judi adalah sesuatu yang tsabit dengan
dalil qat’ii sama seperti pengharaman ke atas babi. artinya dalam apa jua
keadaan dan tempat, judi adalah haram sehingga hari Kiamat. Larangan
terhadapnya tidak dapat ditafsirkan dengan pengertian lain. Apa yang tidak
tsabit secara qat’ii ialah bentuk-bentuk permainan yang dikategorikan sebagai
judi. Dalam aspek ini sememangnya terdapat khilaf dikalangan ulama kerana
permainan selalunya berkembang dari masa ke semasa dan berbeza-beza
antara dahulu dan sekarang dan antara kalangan kaum..

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
16
Apapun juga permainan yang apabila seorang di antara yang bertaruh menang
lalu mendapatkan taruhan itu sedang bila kalah maka dia berhutang kepada
temannya dianggap sebagai judi yang diharamkan.

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Urgensi etika bisnis yaitu perilaku yang mencerminkan akhlak ( etika )


seseorang. Atau dengan kata lain, perilaku berrelasi dengan etika. Apabila
seseorang taat pada etika, berkecenderungan akan menghasilkan prilaku
yang baik dalam setiap aktifitas atau tindakannya, tanpa kecuali dalam
aktifitas bisnis.
2. Secara konkret bisa diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli
pada etika , bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu
melihat kepentingan orang lain ( moral alturistik ) dan sebagainya.
Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran etika,
dimanapun dan kapanpun saja tipe kelompok orang kedua ini akan
menampakkan sikap kontra produktif dengan tipe kelompok orang pertama
dalam mengendalikan bisnis. Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai
traspenden seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip
etika yang telah digariskan oleh Alquran , antara lain :
a. Berprilaku Shiddiq
b. Berperilaku Amanah
c. Berprilaku Fathananh
d. Berprilaku Istiqamah, serta
e. Longgar dan bermurah hati
3. Selain beretika dalam berbisnis, kita pun tidak boleh melanggar hal-hal
yang dilarang seperti:
1) Gharar
2) Tadlis
3) Ghaban
4) Maisir

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
18
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, kita bisa lebih memahami tentang Ayat
hadits tentang etika ekonomi dan bisnis, dan semoga bermanfaat bagi kita
semua. Penulis sangat mengharapkan kepada pembaca untuk bisa memberikan
masukan serta sarannya terhadap penulisan makalah inim karena penulis
masih menyadari banyaknya kekurangan serta kesalahan , baik dalam segi
penulisan dan mengolah data yang akurat.

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
19
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Azhari. Tafsir Ayat-ayat Ekonomi, Bandung : Cipta Pustaka


Djakfar, Muhammad.Etika Bisnis Islam, Malang : UIN Malang Pres, 2007
Keraf, Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta : Kanisius, 1998.

[1] A.Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta :Kanisius ,1998 ),.hal.14

[2] Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang : UIN Malang Pres ),. Hal. 73
[3] ibid
[4] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
[5] Didin hafiduddin, Islam Aplikatif , ( Jakarta : Gema Insani, 2003 ), hal.36
20

Anda mungkin juga menyukai