Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mandiri

ZIHAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqih Munakahat 1

Dosen Pengampu : Saipudin, S.Sy., M.M, MH

Disusun Oleh :

VIA ASTRIANASARI

NPM : 233501005

FAKULTAS SYARIAH, PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AL MA’ARIF WAY KANAN 2024


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu

saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami

meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu saya menerima segala saran dan

kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya

berharap semoga makalah bahasa indonesia ini dapat memberikan manfaat

maupun inspirasi bagi pembaca.

Wassalammualaikum wr.wb

Baradatu, 13 mei 2024

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. definisi zihar…….................................................................................2

B. Rukun Zihar………..............................................................................3

C. Pelaksanaa dan sebab hukumnya…..………………….….….……….6

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan …………..……………………….……….……………..8

DAFTAR PUSTAKA ……………………….……………….….………………9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam mengatur keluarga dengan segala perlindungan dan pertanggungan


syariatnnya. Islam juga mengatur hubungan lain jenis yang didasarkan pada
perasaan yang tinggi, pertemuan dua tubuh, dua jiwa, dua hati, dan dua ruh., yakni
ikatan sebuah perjanjian perkawinan untuk menjalin kehidupan bersama untuk
menggapai sebuah bahtera rumah tangga yang didambakan setiap manusia.
Islam mengatur hubungan ini dengan segala perlindungan yang menjamin
ketentraman dan kontinuitas tersebut sehingga mencapai tingkatan taat yang
tinggi. Islam juga mengatur hubungan antara suami istri dengan syariat dan
menegakanperaturan rumah tangga atas kepemimpinan salah satunya, yakni
suami. peraturan inilah yang memelihara dan membimbing batera rumah tangga
dengan kasih sayang dan taqwa kepada Allah.
Akan tetapi, realita kehidupan manusia membuktikan banyak hal yang
menjadikan rumah tangga hancur sekalipun banyak pengarahan dan bimbingan,
yakni kepada kondisi yang harus dihadapi secara praktis. suatu kenyataan yang
harus diakui dan tidak dapat diingkari ketika terjadi kehancuran rumah tangga dan
mempertahankannya pun sebuah perbuatan sia-sia dan tidak mendasar.
Perceraian telah ada pada masa sebelum Islam masuk, tetapi bentuk dan
caranya tidak manusiawi. Dalam makalah ini penulis akan menbahas tentang
“zihar”, yang mana pada masa zahiliyah zihar dianggap sebagai talak, lalu dihapus
dengan kedatangan Islam. Karenanya, hukum yang telah dihapus tidak boleh
dilaksanakan lagi . Zihar juga merupakan sebuah perlakuan buruk yang
dicerminkan masyarakat zahiliyah kepada seorang wanita.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi, Sebab dan Rukun Zihar?
2. Bagaimana Pelaksanaan dan akibat Hukumnya?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ZIHAR
Zihar berasal dari kata azh-Zahr, artinya tulang belakang. maksudnya,
ucapan suami kepada istrinya, “bagiku, engkau seperti punggung ibuku” . Seorang
Arab, pada masa kegelapan Jahiliyah mungkin akan mengatakan”Anti ‘alayya ka
zhahri ummi”, hal ini disebut zihar. setelah kata-kata ini diucapkan, dengan
seketika juga hubungan suami istri itu berakhir seperti halnya perceraian .

Dalam Fath al-Bari dinyatakan bahwa punggung disebut secara khusus


dalam ungkapan ini, bukan anggota tubuh yang lain, karena pada umumnya
punggung merupakan tempat tunggangan. oleh sebab itu, tempat tunggangan
biasa disebut sebagai tulang belakang. kemudian perempuan diumpamakan
dengan tulang belakang karena perempuan menjadi tunggangan bagi laki-laki.

Para ulama mazhab sepakat bahwa, apabila seorang laki-laki mengatakan


hal seperti itu kepada istrinya, maka laki-laki itu tidak halal lagi mencapuri
istrinya sampai dia memerdekakan budak, kalau tidak mampu dengan berpuasa
dua bulan berturut-turut, kalau tidak mampu lagi, dia harus emberi makan enam
puluh orang miskin .

zihar sebagaimana tertera dalam al-Qur’an, sebagai berikut:


“orang-orang yang menzihar istrinya diantara kamu, (menganggap isterinya
sebagai ibunya), padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka
tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka
sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf Lagi Maha Pengampun.”
Dalam hukum zihar adalah, bahwasanya aus bin shamit pernah melakukan
zhihar kepada istrinya yang bernama Khaulah binti Malik bin Tsalabah. Dia
adalah perempuan yang pernah berdebat dengan Rasulullah SAW. dan
mengadukan nasibnya kepada Allah SWT. kemudian Allah SWT. mendengarkan
pengaduannya dari langit ketujuh. Khaulah berkata: “wahai Rasulullah, aus bin
Shamit telah menjadikanku sebagai istrinya. ketika itu aku masih seorang gadis

2
dan akupun mencintainya. akan tetapi, ketika usiaku sudah tua dan perutku
mebuncit, dia menyamakanku seperti ibunya. Rasulullah SAW. menjawab
kemudian berkata kepadanya, ”Aku belum mendapat jawaban berkaitan dengan
masalah yang engkau alami ini.”. kemudian Khaulah membaca doa, Ya Allah,
sesungguhnya aku mengadu kepadamu. Kemudian turunlah ayat QS. al-
Mujadalah .
Tak lama kemudian, Rasulullah SAW. berpaling kepada Khaulah dan
seraya berkata, “Panggillah Suamimu”. Ketika Aus datang menghadap beliau,
Rasulullah pun membacakan ayat tersebut. setelah Rasulullah membacakan ayat
tersebut, beliau bertanya kepada Aus, Apakah engkau mampu memerdekakan
seorang sahaya?”

“kalau itu yang harus saya lakukan, habislah seluruh harta saya.”
Rasulullah bertanya pula, “mampukah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut?”
“demi Allah kalau saya tidak makan tiga kali sehari mata saya menjadi rabun, dan
saya khawatir kedua mata saya jadi buta.” jawab Aus.

“kalau begitu”, kata Nabi selanjutnya. “apakah engkau bisa memberi makan enam
puluh orag miskin?”
“tidakkah Tuan bisa membantu saya, ya Rasulullah?” tanyanya lagi.
Rasulullah SAW. pun menjawab, “saya bantu engkau dengan lima belas sha, dan
aku doakan untukmu keberkahan.”
Maka Aus pun melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Dia menjamu orang-
orang miskin dan makan pula bersama mereka. Maka berakhirlah persoalan
bersama istrinya.

B. RUKUN ZIHAR
Zhihar memiliki beberapa rukun, yaitu :
1. Suami
2. Istri
3. Perkara yang diserupakan
4. Lafaz zihar

3
Rukun Pertama: Tidak disertakan kerana meyakini ianya jelas, Rukun Kedua:
Tidak disertakan kerana menyakini kejelasannya, dan rukun Ketiga: (Perkara yang
diserupakan).
Untuk mentsabitkan rukun ini, beberapa syarat berikut mesti dipahami: Syarat
yang disepakati oleh jumhur ulama’ :
1. Anggota-anggota yang haram dilihat oleh sesama mahram. Contoh punggung,
perut, kemaluan di sekitarnya dan yang seumpama dengannya. Penyamaan dengan
tangan, kepala, kaki, rambut, dan lain-lain . Demikian pandangan kebanyakan
ulama’, Ulama’ Hanbali dan Maliki mensabitkan seluruh anggota sama ada haram
dilihat mahupun tidak, semuanya boleh mensabitkan zihar . Pandangan yang rajih
adalah pandangan jumhur.

2. Mestilah anggota-anggota ini daripada wanita yang diharamkan berkawin


dengan si lelaki sama ada tahrim secara berkekalan (muabbad) atau keturunan
(nasab) atau susuan dan musoharah. Seperti Ibu, Anak, Adik beradik, dan lain-lain
yang berkaitan. Selain pandangan mazhab utama, ia juga pandangan Hasan al-
Basri, Ato’ Abi Rabah, As-Sya’bi, An-Nakha’i, Al-Awza’i, at-Thawry, Ishak
Rahawaih, Abu Ubaid, Abu Thaur. Pandangan Imam Syafi’i dalam 'qawl qadim’
tidak jatuh zihar terhadap semua wanita kecuali ibu dan nenek sahaja kerana ayat
berkenaan zihar itu ditujukan khas untuk ibu. Tetapi Qaul Jadid Imam Syafi’i
ijtihadnya dengan mengatakan jatuh zihar kerana wanita yang diharamkan tadi
menyerupai pengharaman ibu.Manakala yang tidak muabbad seperti wanita asing,
adik beradik perempuan bagi isteri dan lain-lain. Tidaklah penyerupaan dengan
mereka dianggap zihar.
Ulama Maliki menambah bahwa binatang juga termasuk dalam kategori
yang tidak boleh disamakan. Kerana asalnya manusia tidak boleh berhubungan
jenis dengan binatang. Maliki juga mensabitkan zihar kiranya menyamakan
rambut isteri dengan rambut ibu dan lain-lain. Manakala jumhur tidak
berpandangan sekian.
Syarat yang diperselisihkan :
- Mestilah diserupakan dengan anggota wanita.

4
- Kiranya ditasybihkan dengan lelaki seperti “Belakang atau punggung kamu
seperti belakang atau punggung bapaku”. Ulama Hanafi dan Syafie mengatakan
TIDAK JATUH ZIHAR.
- Bagaimanapun Ulama’ Hanbali dan Maliki mengatakan JATUH ZIHAR
DENGAN SYARAT MENYAMAKAN DENGAN SEBATANG ANGGOTA
YANG TIDAK HALAL DILIHAT SEPERTI PERUT, PAHA, KEMALUAN,
PUNGGUNG dan lain-lain yang seerti. Kiranya menyamakan dengan kepala
bapa, rambut, hidung dan lain-lain, TIDAKLAH DIANGGAP ZIHAR. Semua
mazhab mempunyai dalil masing-masing.
Ulama Syafi’iyyah mengatakan kiranya tasybih itu bukan pada bahagian
haram dilihat tadi, ia bergantung kepada niat, kiranya ia berniat memuliakan,
bangga maka tidaklah jatuh zihar, jika sebaliknya maka jatuh zihar.
Rukun Keempat: Sighah (Lafaz Zihar), syarat lafaz untuk untuk sabit zihar
adalah:
a. Perlu kepada niat, kiranya ia dibuat secara Kinayah (tidak jelas). Sighah
Sorihah (terang, jelas) seperti: “ Punggung Dinda benar-benar seperti punggung
bunda Kanda”. Lafaz seperti di atas tidak perlu kepada niat, bahkan jatuh zihar
apabila didengari.
b. Tidak disyaratkan untuk sabit zihar, mesti menggunakan lafaz yang memberi
pengertian semasa. Zihar jatuh dengan lafaz yang membawa pengertian semasa
seperti “Punggung dinda benar-benar seperti punggung bunda Kanda”Juga jatuh
kiranya diikat dengan waktu tertentu seperti “Kiranya dinda masuk ke rumah itu
maka perut dinda seperti perut bondaku”
Jatuh zihar juga kiranya disandarkan ke zaman akan datang seperti : “Punggung
dinda seperti punggung bondaku sehingga awal tahun depan” atau “Perut dinda
seperti perut bunda Kanda dalam masa sebulan”. Semua lafadz tadi cukup untuk
menjatuhkan hukum zihar.
c. Mestilah lafadz tadi disandarkan kepada anggota tubuh wanita samada secara
juzu’ atau sepenuhnya.

5
C. PELAKSANAAN DAN AKIBAT HUKUMNYA.
Pelaksanaan zihar sedikit telah disinggung diatas, sebagaimana
dicontohkan kepada seorang sahabat yang bernama Aus bin Shamit yang pernah
menzhihar istrinya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa zhigar hanya dikhususkan pada ibu,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan sedikit
telah dibahas diatas. apabila suami berkata kepada istrinya, “bagiku kamu seperti
punggung ibuku,” berarti dia telah melakukan zhihar. jika dia berkata, “bagiku
kamu seperti punggung saudara perempuanku,” apa yang dikatakannya tidak
termasuk zhihar. Sebagian ulama mazhab Hanafi, al-Auza’I, ats-Tsauri. Syafi’i
dalam salah satu pendapatnya Zaid bin Ali berpendapat ibu nesti dikiaskan dengan
semua perempuan yang menjadi muhrimnya (haram dinikahi). dalam pandangan
mereka zihar adalah seorang suami yang menyamakan istrinya dengan salah
seorang perempuan yang diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya.
Zhihar memiliki konsekwensi yang harus diterima oleh sang suami yang
melakukan zhihar kepada istrinya, zhihar yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang suami yang berakal sehat, dewasa dan beragama Islamyang ditujukan
kepada istrinya yang telah melakukan akad nikah secara sah. Dampak dari
konsekwensi zhihar yang harus diterima oleh seorang suami adalah:
Pertama, dia tidak diperbolehkan menyetubuhi istrinya sebelum membayar
kafarat zhihar. Dengan diharamkannya melakukan persetubuhan, maka segala
sesuatu yang dapat merangsang untuk pada persetubuhan juga diharamkan, seperti
mencium, mengecup leher, dan sebagainya. Inilah pendapat yang dikemukakan
mayoritas ulama. Kedua, dia harus membayar kafarat jika ingin kembali kepada
istrinya.
Jika suami mengatakan zhihar kepada istrinya, dia diharamkan
menyetubuhinya sebelum membayar kafarat, sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya. kafarat yang wajib dikeluarkan oleh suami karena mengucapkan kata
zhihar hanya satu kali; ia tidak akan terhapus dan juga tidak akan berlipat ganda
(jika ditunda). as-Shalat bin Dinar berkata, saya pernah bertanya kepada sepuluh
orang ulama fiqh mengenai seseorang yang mengucapkan zhihar kepada istrinya

6
lantas dia menyetubuhinya sebelum membayar kafarat. mereka menjawab, dia
hanya wajib membayar kafarat satu kali saja.
Kafarat zhihar bagi seorang yang mengucapkan zhihar kepada istrinya
adalah memerdekakan budak, jika tidak mampu dia harus berpuasa selama dua
bulan berturut-turut, jika tidak mampu di harus member makan sebanyak enam
puluh orang miskin. sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an:
“Orang-orang yang menzhiharistri mereka, kemudian mereka hendak menarik
kembali apa yang mereka ucapkan., maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan
kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang siapa
yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa
(wajiblah atasnya) member makan enam puluh orang miskin” .

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zhihar adalah ucapan seorang suami kepada istrinya dengan
mengibaratkan kepada ibu si suami, yaitu, “bagiku, engkau seperti punggung
ibuku”. Zihar yang mana pada masa zahiliyah zihar dianggap sebagai talak, lalu
dihapus dengan kedatangan Islam. Karenanya, hukum yang telah dihapus tidak
boleh dilaksanakan lagi. Zihar juga merupakan sebuah perlakuan buruk yang
dicerminkan masyarakat zahiliyah kepada seorang wanita.

Para ulama mazhab sepakat bahwa, apabila seorang laki-laki mengatakan


hal seperti itu kepada istrinya, maka laki-laki itu tidak halal lagi mencapuri
istrinya sampai dia memerdekakan budak, kalau tidak mampu dengan berpuasa
dua bulan berturut-turut, kalau tidak mampu lagi, dia harus emberi makan enam
puluh orang miskin.
Zhihar memiliki konsekwensi yang harus diterima oleh sang suami yang
melakukan zhihar kepada istrinya, zhihar yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang suami yang berakal sehat, dewasa dan beragama Islamyang ditujukan
kepada istrinya yang telah melakukan akad nikah secara sah. Dampak dari
konsekwensi zhihar yang harus diterima oleh seorang suami adalah: Pertama, dia
tidak diperbolehkan menyetubuhi istrinya sebelum membayar kafarat zhihar.
Kedua, dia harus membayar kafarat jika ingin kembali kepada istrinya.

8
DAFTAR PUSTAKA
AL-QUR’AN AL-KARIM
Sabiq,Sayyid, Fiqh Sunnah 4. cet. 1. Jakarta: Cakrawala Pubishing. 2009.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqh Lima Mazhab. cet. 4. Jakarta: PT Lentera
Basritama. 1999.
Rahman, Abdur, Prof. Ph.D. Perkawinan Dalam Syariat Islam. cet. 1. Jakarta:
PT Rineka Cipta. 1992.
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyad
Hawwas, Fiqh Munakahat “Khitbah, Nikah, dan Talaq. cet. 1. Jakarta: Amzah.
2009.
http://abinyaazka.blogspot.com/2010/10/arti-zihar-hukum-serta-kifaratnya.html.
http://badruddin69.wordpress.com/2009/05/21/zihar-dalam-islam/.
http://al83-perkahwinan.blogspot.com/2008/03/zihar.html.

Anda mungkin juga menyukai