Fiqih Munakahat 1 (Via Astrianasari)
Fiqih Munakahat 1 (Via Astrianasari)
ZIHAR
Disusun Oleh :
VIA ASTRIANASARI
NPM : 233501005
Assalamualaikum wr.wb
dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya
Wassalammualaikum wr.wb
penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. definisi zihar…….................................................................................2
B. Rukun Zihar………..............................................................................3
A. kesimpulan …………..……………………….……….……………..8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi, Sebab dan Rukun Zihar?
2. Bagaimana Pelaksanaan dan akibat Hukumnya?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ZIHAR
Zihar berasal dari kata azh-Zahr, artinya tulang belakang. maksudnya,
ucapan suami kepada istrinya, “bagiku, engkau seperti punggung ibuku” . Seorang
Arab, pada masa kegelapan Jahiliyah mungkin akan mengatakan”Anti ‘alayya ka
zhahri ummi”, hal ini disebut zihar. setelah kata-kata ini diucapkan, dengan
seketika juga hubungan suami istri itu berakhir seperti halnya perceraian .
2
dan akupun mencintainya. akan tetapi, ketika usiaku sudah tua dan perutku
mebuncit, dia menyamakanku seperti ibunya. Rasulullah SAW. menjawab
kemudian berkata kepadanya, ”Aku belum mendapat jawaban berkaitan dengan
masalah yang engkau alami ini.”. kemudian Khaulah membaca doa, Ya Allah,
sesungguhnya aku mengadu kepadamu. Kemudian turunlah ayat QS. al-
Mujadalah .
Tak lama kemudian, Rasulullah SAW. berpaling kepada Khaulah dan
seraya berkata, “Panggillah Suamimu”. Ketika Aus datang menghadap beliau,
Rasulullah pun membacakan ayat tersebut. setelah Rasulullah membacakan ayat
tersebut, beliau bertanya kepada Aus, Apakah engkau mampu memerdekakan
seorang sahaya?”
“kalau itu yang harus saya lakukan, habislah seluruh harta saya.”
Rasulullah bertanya pula, “mampukah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut?”
“demi Allah kalau saya tidak makan tiga kali sehari mata saya menjadi rabun, dan
saya khawatir kedua mata saya jadi buta.” jawab Aus.
“kalau begitu”, kata Nabi selanjutnya. “apakah engkau bisa memberi makan enam
puluh orag miskin?”
“tidakkah Tuan bisa membantu saya, ya Rasulullah?” tanyanya lagi.
Rasulullah SAW. pun menjawab, “saya bantu engkau dengan lima belas sha, dan
aku doakan untukmu keberkahan.”
Maka Aus pun melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Dia menjamu orang-
orang miskin dan makan pula bersama mereka. Maka berakhirlah persoalan
bersama istrinya.
B. RUKUN ZIHAR
Zhihar memiliki beberapa rukun, yaitu :
1. Suami
2. Istri
3. Perkara yang diserupakan
4. Lafaz zihar
3
Rukun Pertama: Tidak disertakan kerana meyakini ianya jelas, Rukun Kedua:
Tidak disertakan kerana menyakini kejelasannya, dan rukun Ketiga: (Perkara yang
diserupakan).
Untuk mentsabitkan rukun ini, beberapa syarat berikut mesti dipahami: Syarat
yang disepakati oleh jumhur ulama’ :
1. Anggota-anggota yang haram dilihat oleh sesama mahram. Contoh punggung,
perut, kemaluan di sekitarnya dan yang seumpama dengannya. Penyamaan dengan
tangan, kepala, kaki, rambut, dan lain-lain . Demikian pandangan kebanyakan
ulama’, Ulama’ Hanbali dan Maliki mensabitkan seluruh anggota sama ada haram
dilihat mahupun tidak, semuanya boleh mensabitkan zihar . Pandangan yang rajih
adalah pandangan jumhur.
4
- Kiranya ditasybihkan dengan lelaki seperti “Belakang atau punggung kamu
seperti belakang atau punggung bapaku”. Ulama Hanafi dan Syafie mengatakan
TIDAK JATUH ZIHAR.
- Bagaimanapun Ulama’ Hanbali dan Maliki mengatakan JATUH ZIHAR
DENGAN SYARAT MENYAMAKAN DENGAN SEBATANG ANGGOTA
YANG TIDAK HALAL DILIHAT SEPERTI PERUT, PAHA, KEMALUAN,
PUNGGUNG dan lain-lain yang seerti. Kiranya menyamakan dengan kepala
bapa, rambut, hidung dan lain-lain, TIDAKLAH DIANGGAP ZIHAR. Semua
mazhab mempunyai dalil masing-masing.
Ulama Syafi’iyyah mengatakan kiranya tasybih itu bukan pada bahagian
haram dilihat tadi, ia bergantung kepada niat, kiranya ia berniat memuliakan,
bangga maka tidaklah jatuh zihar, jika sebaliknya maka jatuh zihar.
Rukun Keempat: Sighah (Lafaz Zihar), syarat lafaz untuk untuk sabit zihar
adalah:
a. Perlu kepada niat, kiranya ia dibuat secara Kinayah (tidak jelas). Sighah
Sorihah (terang, jelas) seperti: “ Punggung Dinda benar-benar seperti punggung
bunda Kanda”. Lafaz seperti di atas tidak perlu kepada niat, bahkan jatuh zihar
apabila didengari.
b. Tidak disyaratkan untuk sabit zihar, mesti menggunakan lafaz yang memberi
pengertian semasa. Zihar jatuh dengan lafaz yang membawa pengertian semasa
seperti “Punggung dinda benar-benar seperti punggung bunda Kanda”Juga jatuh
kiranya diikat dengan waktu tertentu seperti “Kiranya dinda masuk ke rumah itu
maka perut dinda seperti perut bondaku”
Jatuh zihar juga kiranya disandarkan ke zaman akan datang seperti : “Punggung
dinda seperti punggung bondaku sehingga awal tahun depan” atau “Perut dinda
seperti perut bunda Kanda dalam masa sebulan”. Semua lafadz tadi cukup untuk
menjatuhkan hukum zihar.
c. Mestilah lafadz tadi disandarkan kepada anggota tubuh wanita samada secara
juzu’ atau sepenuhnya.
5
C. PELAKSANAAN DAN AKIBAT HUKUMNYA.
Pelaksanaan zihar sedikit telah disinggung diatas, sebagaimana
dicontohkan kepada seorang sahabat yang bernama Aus bin Shamit yang pernah
menzhihar istrinya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa zhigar hanya dikhususkan pada ibu,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan sedikit
telah dibahas diatas. apabila suami berkata kepada istrinya, “bagiku kamu seperti
punggung ibuku,” berarti dia telah melakukan zhihar. jika dia berkata, “bagiku
kamu seperti punggung saudara perempuanku,” apa yang dikatakannya tidak
termasuk zhihar. Sebagian ulama mazhab Hanafi, al-Auza’I, ats-Tsauri. Syafi’i
dalam salah satu pendapatnya Zaid bin Ali berpendapat ibu nesti dikiaskan dengan
semua perempuan yang menjadi muhrimnya (haram dinikahi). dalam pandangan
mereka zihar adalah seorang suami yang menyamakan istrinya dengan salah
seorang perempuan yang diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya.
Zhihar memiliki konsekwensi yang harus diterima oleh sang suami yang
melakukan zhihar kepada istrinya, zhihar yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang suami yang berakal sehat, dewasa dan beragama Islamyang ditujukan
kepada istrinya yang telah melakukan akad nikah secara sah. Dampak dari
konsekwensi zhihar yang harus diterima oleh seorang suami adalah:
Pertama, dia tidak diperbolehkan menyetubuhi istrinya sebelum membayar
kafarat zhihar. Dengan diharamkannya melakukan persetubuhan, maka segala
sesuatu yang dapat merangsang untuk pada persetubuhan juga diharamkan, seperti
mencium, mengecup leher, dan sebagainya. Inilah pendapat yang dikemukakan
mayoritas ulama. Kedua, dia harus membayar kafarat jika ingin kembali kepada
istrinya.
Jika suami mengatakan zhihar kepada istrinya, dia diharamkan
menyetubuhinya sebelum membayar kafarat, sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya. kafarat yang wajib dikeluarkan oleh suami karena mengucapkan kata
zhihar hanya satu kali; ia tidak akan terhapus dan juga tidak akan berlipat ganda
(jika ditunda). as-Shalat bin Dinar berkata, saya pernah bertanya kepada sepuluh
orang ulama fiqh mengenai seseorang yang mengucapkan zhihar kepada istrinya
6
lantas dia menyetubuhinya sebelum membayar kafarat. mereka menjawab, dia
hanya wajib membayar kafarat satu kali saja.
Kafarat zhihar bagi seorang yang mengucapkan zhihar kepada istrinya
adalah memerdekakan budak, jika tidak mampu dia harus berpuasa selama dua
bulan berturut-turut, jika tidak mampu di harus member makan sebanyak enam
puluh orang miskin. sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an:
“Orang-orang yang menzhiharistri mereka, kemudian mereka hendak menarik
kembali apa yang mereka ucapkan., maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan
kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang siapa
yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa
(wajiblah atasnya) member makan enam puluh orang miskin” .
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zhihar adalah ucapan seorang suami kepada istrinya dengan
mengibaratkan kepada ibu si suami, yaitu, “bagiku, engkau seperti punggung
ibuku”. Zihar yang mana pada masa zahiliyah zihar dianggap sebagai talak, lalu
dihapus dengan kedatangan Islam. Karenanya, hukum yang telah dihapus tidak
boleh dilaksanakan lagi. Zihar juga merupakan sebuah perlakuan buruk yang
dicerminkan masyarakat zahiliyah kepada seorang wanita.
8
DAFTAR PUSTAKA
AL-QUR’AN AL-KARIM
Sabiq,Sayyid, Fiqh Sunnah 4. cet. 1. Jakarta: Cakrawala Pubishing. 2009.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqh Lima Mazhab. cet. 4. Jakarta: PT Lentera
Basritama. 1999.
Rahman, Abdur, Prof. Ph.D. Perkawinan Dalam Syariat Islam. cet. 1. Jakarta:
PT Rineka Cipta. 1992.
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyad
Hawwas, Fiqh Munakahat “Khitbah, Nikah, dan Talaq. cet. 1. Jakarta: Amzah.
2009.
http://abinyaazka.blogspot.com/2010/10/arti-zihar-hukum-serta-kifaratnya.html.
http://badruddin69.wordpress.com/2009/05/21/zihar-dalam-islam/.
http://al83-perkahwinan.blogspot.com/2008/03/zihar.html.