Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM MARITIM DAN TRANSPORTASI


“HUKUM PERKAPALAN”

Dosen Pengampu :
PRISILIA FRELY WORUNG SH,MH

Di Susun Oleh :
Reynaldo Muaya Moh Lutvi F A Melanu
Verenly Pesak Geralva Engka
Nasario Tampi Andrea Rooroh
Mario Kawung Elsadai Suot
Rafael Woi Prayshe Lelet
Kevin Ratulangi Marcelino Tiwang
Ekni Siwu Kristinnia Pongoh
Yeremia Rende

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS HUKUM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Hukum Perkapalan” ini dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah Kami menyampaikan penghargaan dan

terima kasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat kepada Ibu yang mengajar

mata kuliah Hukum Maritim dan Transportasi karena adanya pihak tersebut, Kami

dapat memacu untuk segera menyelenggarakan tugas belajar ini.

Semoga makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada

umumnya. Setiap saran, kritik, dan komentar sangat Kami harapkan untuk

meningkatkan kualitas penyusunan makalah di masa mendatang.

Manado, 4 Mei 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Perkembangan Regulasi Hukum Perkapalan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa
............................................................................................................................6
B. Struktur Organisasi dalam perkapalan................................................................8
BAB III........................................................................................................................13
KESIMPULAN...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan,Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas
daripada wilayah daratan. Hal ini menjadi potensi sumberdaya dalam
keanekaragaman flora dan fauna. Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan dan mata
pencaharian bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir.
Kapal merupakan salah satu bentuk transportasi laut yang mengangkut, baik
berupa barang, penumpang, bahan tambang, dan lain-lain pada semua daerah yang
mempunyai wilayah perairan tertentu. Karena sebagian besar 2/3 permukaan bumi
adalah air, kapal sejak dahulu digunakan manusia sebagai sarana transportasi yang
sangat penting untuk hubungan dagang, penyebaran agama, pencarian emas atau
rempah-rempah, hubungan diplomatik, dan lainlain. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat industri perkapalan pun ikut berkembang. 1
Bila dahulu kapal hanya digunakan untuk sarana transportasi laut, maka sekarang
ini kapal mampu untuk melakukan berbagai kebutuhan seperti mengangkut manusia
atau barang, membawa muatan cair atau gas, perang, eksplorasi, ekspor/impor,
penelitian di laut, penangkapan ikan, pengeboran (drilling), dan lain-lainya.
Berdasarkan kebutuhan diatas, kapal dibagi menjadi beberapa macam (type)
berdasarkan fungsinya yaitu : Kapal Barang (Cargo Ship); Kapal Penumpang
(Passenger Ship); Kapal Tanki (Tanker Ship); Kapal Peti Kemas (Container Ship);
Kapal Pengangkut Muatan Curah (Bulk Carrier Ship); dan kapal-kapal khusus seperti
Kapal Keruk (Dredger Vessel), Kapal Ikan (Fishing Vessel), Kapal Perang, dan
Kapal Tunda (Tug Boat).
Hukum Perkapalan termasuk dalam bagian hukum laut keperdataan, yang
wujudnya adalah sekumpulan norma yang mengatur hubungan antara perseorangan
dimana hubungan hukum itu terjadi di kapal-kapal atau di dalam lingkungan
1
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

4
perusahaan-perusahaan atau badan-badan lain yang tugasnya berhubungan dengan
laut. Menurut teori tujuan, kapal adalah setiap benda yang dengan sengaja dibangun
untuk dapat bergerak di atas air, baik dengan kekuatan sendiri yang telah dibangun di
dalamnya ataupun ditempelkan maupun dengan cara yang sedemikian rupa dengan
tujuan untuk pelayaran guna pengangkutan barang atau orang ataupun untuk tujuan
lain.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan regulasi hukum perkapalan di Indonesia dari masa ke
masa ?
2. Bagaimana Struktur Organisasi dalam Perkapalan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan perkembangan regulasi hukum perkapalan di Indonesia dari masa
ke masa
2. Menjelaskan Struktur Organisasi dalam perkapalan

D. Manfaat
Untuk Mengetahui terhadap bagaimana regulasi hukum perkapalan dan
bagaimana Struktur Organisasi dalam perkapalan ?

2
https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/slims/pn-jakartaselatan/index.php?
p=show_detail&id=1932#:~:text=Hukum%20Perkapalan%20termasuk%20dalam%20bagian,yang
%20tugasnya%20berhubungan%20dengan%20laut diakses 4 Mei 2024

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Regulasi Hukum Perkapalan Di Indonesia Dari Masa Ke


Masa
Regulasi adalah aturan atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah atau
otoritas terkait untuk mengatur perilaku, kegiatan, atau operasi dalam suatu domain
tertentu. Tujuan dari regulasi ini adalah untuk menciptakan kerangka kerja yang jelas,
adil, dan aman bagi berbagai pihak yang terlibat dalam suatu industri, sektor, atau
aktivitas tertentu. Indonesia dalam hal ini Kementerian Perhubungan, Ditjen
Perhubungan Laut, telah mengambil tindakan untuk meningkatkan keselamatan
pelayaran di perairan Indonesia. Setiap tahunnya, Indonesia menyelenggarakan
kampanye keselamatan Pelayaran bagi pelayaran domestik. Tujuan dari kampanye
tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran dan budaya keselamatan bagi seluruh
pemangku kepentingan di sektor maritim. 3 Sebagian besar wilayah Indonesia
merupakan perairan maka usaha perkapalan, pelayaran dan perhubungan laut nasional
mempunyai peranan yang penting serta strategis didalam upaya menggapai tujuan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yaitu mewujudkan Wawasan Nusantara serta memantapkan
ketahanan nasional. Adapun untuk mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut
diperlukan sistem transportasi nasional berupa armada angkutan laut yang cukup
besar dan layak digunakan untuk mengoptimalkan pemberdayaan industri perkapalan,
pelayaran dan perhubungan laut nasional, mendorong dan menggerakkan roda
perekonomian nasional serta memperkukuh pengembangan wilayah dan kedaulatan
negara. Salah satu armada angkutan laut yang dapat memajukan sektor perkapalan,
pelayaran dan perhubungan laut di Indonesia ialah kapal laut.4

3
https://hubla.dephub.go.id/home/post/read/5330/indonesia-sampaikan-upaya-peningkatan-
keselamatan-pelayaran-domestik-pada-the-international-at-sea-confer di akses 4 Mei 2024
4
Indriyanti, F. (2019). Hipotik Kapal Laut Dalam Mencapai Negara Kesejahteraan. Dialogia
Iuridica, Vol 10/2.

6
Perkembangan regulasi hukum perkapalan di Indonesia telah melalui beberapa
tahap penting sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini. Berikut adalah gambaran
umum tentang perkembangan tersebut:

a. Era Awal Kemerdekaan (1945-1960an)


 Pada masa awal kemerdekaan, regulasi hukum perkapalan di Indonesia
masih terbatas dan terpengaruh oleh warisan kolonial Belanda.
 Undang-Undang Pelayaran No. 9 tahun 1939 menjadi dasar hukum
perkapalan di Indonesia pada masa ini.
 Terjadi upaya pertama untuk menyesuaikan regulasi dengan kebutuhan
Indonesia pasca-kemerdekaan.
b. Era Pembangunan (1960an-1990an)
 Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan regulasi hukum perkapalan
yang lebih komprehensif untuk mendukung pembangunan nasional,
termasuk industri perkapalan.
 Undang-Undang Dasar 1945 menjadi landasan hukum untuk pengembangan
regulasi perkapalan.
 Berbagai undang-undang dan peraturan diperkenalkan untuk mengatur
berbagai aspek perkapalan, termasuk operasi kapal, keamanan, dan
perlindungan lingkungan.
c. Era Reformasi (1998-sekarang)
 Setelah era reformasi dimulai pada tahun 1998, ada upaya untuk
memperbaiki dan menyempurnakan regulasi hukum perkapalan.
 Pemerintah fokus pada modernisasi regulasi untuk menciptakan lingkungan
yang lebih kondusif bagi industri perkapalan dan investasi asing.
 Peningkatan dalam ketaatan terhadap standar internasional, seperti yang
ditetapkan oleh International Maritime Organization (IMO), menjadi
prioritas.

Perkembangan regulasi hukum perkapalan di Indonesia dari masa ke masa


mencerminkan evolusi kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk

7
mengatur berbagai aspek perkapalan dalam konteks negara ini. Regulasi tersebut
meliputi berbagai hal, seperti pengaturan terhadap operasi kapal, perlindungan
lingkungan maritim, keselamatan pelayaran, tanggung jawab pemilik kapal, dan
berbagai aspek lain yang terkait dengan industri perkapalan.
Seiring dengan perkembangan industri dan dinamika global, regulasi hukum
perkapalan di Indonesia juga mengalami perubahan dan penyempurnaan dari waktu
ke waktu. Ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perkembangan
teknologi, kebijakan pemerintah, tuntutan pasar, serta masukan dari berbagai
pemangku kepentingan dalam industri perkapalan.5
B. Struktur Organisasi dalam perkapalan
Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di
atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non
perwira/bawahan (subordinate crew). Struktur organisasi kapal diatas bukanlah
struktur yang baku, karena tiap kapal bisa berbeda struktur organisaninya tergantung
jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut. Selain jabatan-jabatan tersebut dalam contoh
struktur organisasi kapal diatas, masih banyak lagi jenis jabatan di kapal, diluar
jabatan Nakhoda.
Misalnya di kapal pesiar ada jabatan-jabatan Bar-tender, cabin-boy, swimming-
pool boy, general purpose dan lain sebagainya. Dikapal lain misalnya terdapat jabatan
juru listrik (electrician), greaser dan lain sebagainya. Semua orang yang mempunyai
jabatan di atas kapal itu disebut Awak kapal, termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal
atau Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas
kapal kecuali jabatan Nakhoda. Untuk kapal penangkap ikan masih ada jabatan lain
yaitu Fishing master, Boy-boy (pembuang umpan, untuk kapal penangkap pole and
Line (cakalang), dan lain sebagainya.6

5
Ananta, Rizal. "Hukum Perkapalan Nasional." PT RajaGrafindo Persada, 2020. hlm. 21
6
Ibid, hlm 78

8
Gambar 1.

a. Nahkoda
UU. No.21 Th. 1992 dan juga pasal 341.b KUHD dengan tegas menyatakan
bahwa Nakhoda adalah pemimpin kapal, kemudian dengan menelaah pasal 341
KUHD dan pasal 1 ayat 12 UU. No.21 Th.1992, maka definisi dari Nakhoda adalah
sebagai berikut: “ Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani
Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai
Nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku “ Pasal 342 KUHD secara

9
ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya berada pada tangan
Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi tanggung
jawab Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.
Misalkan seorang Mualim sedang bertugas dianjungan sewaktu kapal mengalami
kekandasan. Meskipun pada saat itu Nakhoda tidak berada di anjungan, akibat
kekandasan itu tetap menjadi tanggung jawab Nakhoda. Contoh yang lain seorang
Masinis sedang bertugas di Kamar Mesin ketika tiba-tiba terjadi kebakaran dari
kamar mesin. Maka akibat yang terjadi karena kebakaran itu tetap menjadi tanggung
jawab Nakhoda. Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal
dapat dirinci antara lain :

 Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna


 Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
 Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)
 Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
 Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas kapalnya
 Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku

b. Anak Buah Kapal (ABK)


Anak Buah Kapal (ABK) atau Awak Kapal adalah semua orang yang bekerja di
kapal, yang bertugas mengoperasikan dan memelihara serta menjaga kapal dan
muatanya, terkecuali Nahkoda. Awak Kapal ini terdiri dari beberapa bagian, dan
masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri, ABK ini bertanggung
jawab terhadap perwira kapal tergantung department masingmasing. Pimpinan
tertinggi ABK atau Awak Kapal ini adalah Mualim 1 (Chief Officer) pada Deck
Department sedangkan Mualim 1 itu sendiri bertanggung jawab terhadap Nahkoda,
namun kebanyakan di atas kapal ABK belum mengetahui tugasnya masing-masing .7
1. Hak-hak Anak Buah Kapal
7
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan dan
Pelatihan Bagi Awak Kapal

10
 Hak Atas Upah
 Hak Atas Tempat Tinggal dan Makan
 Hak Atas Perawatan waktu sakit/kecelakaan
 Hak Atas Cuti
 Hak Atas Pengangkutan untuk dipulangkan

2. Kewajiban Anak Buah Kapal

Kewajiban-kewajiban Anak Buah Kapal antara lain :

 Taat kepada perintah atasan, teristimewa terhadap perintah Nakhoda


 Meninggalkan kapal (turun ke darat) harus dengan ijin Nakhoda atau yang
mewakilinya
 Tidak membawa barang dagangan, minum-minuman keras, dan senjata (api)
di atas kapal
 Melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh
Nakhoda
 Turut membantu menyelamatakan kapal, penumpang, dan muatannya, dalam
kecelakaan kapal
 Berprilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal dalam rangka turut
menciptakan keamanan dan ketertiban diatas kapal

Untuk mengoptimalkan hasil yang ingin diperoleh, diperlukan perencanaan dan


struktur organisasi yang tertata rapi dalam suatu pekerjaan. Selain itu komunikasi
antara pekerja juga sangat penting, tanpa adanya komunikasi semua akan kacau dan
menyebabkan kurang tercapai secara maksimalnya suatu tujuan.8

8
Mochtar Kusumaatmadja, "Hukum Perkapalan di Indonesia" , PT RajaGrafindo Persada, 2008, hlm
23

11
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas secara komprehensif tentang hukum
perkapalan yang mencakup regulasi, perkembangan, serta tantangan yang dihadapi
dalam industri perkapalan. Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa hukum
perkapalan merupakan landasan yang sangat penting untuk menjaga keselamatan,
keamanan, dan ketertiban dalam aktivitas maritim.
Regulasi yang ada menunjukkan komitmen untuk meningkatkan standar
keselamatan, perlindungan lingkungan, serta efisiensi dalam industri perkapalan.

12
Namun, masih terdapat beberapa tantangan seperti penegakan hukum yang konsisten,
kepatuhan terhadap regulasi, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Saran

1. Penguatan Penegakan Hukum: Pemerintah perlu meningkatkan penegakan


hukum secara konsisten untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi
perkapalan. Hal ini dapat dilakukan melalui pengawasan yang ketat, inspeksi
rutin, dan sanksi yang tegas bagi pelanggar.
2. Edukasi dan Pelatihan: Penting bagi pemerintah dan industri perkapalan untuk
mengadakan program edukasi dan pelatihan secara teratur bagi para pemangku
kepentingan di industri ini. Hal ini akan meningkatkan kesadaran akan regulasi,
meningkatkan keterampilan, dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia
dalam menjalankan aktivitas perkapalan dengan aman dan efisien.

Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan industri perkapalan dapat terus


berkembang secara berkelanjutan, menjaga keselamatan dan keamanan di laut, serta
memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Ananta, Rizal. "Hukum Perkapalan Nasional." PT RajaGrafindo Persada, 2020

Mochtar Kusumaatmadja, "Hukum Perkapalan di Indonesia" , PT RajaGrafindo


Persada, 2008

Jurnal

Indriyanti, F. (2019). Hipotik Kapal Laut Dalam Mencapai Negara Kesejahteraan.


Dialogia Iuridica, Vol 10/2.

13
Internet

https://hubla.dephub.go.id/home/post/read/5330/indonesia-sampaikan-upaya-
peningkatan-keselamatan-pelayaran-domestik-pada-the-international-at-sea-confer di
akses 4 Mei 2024

https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/slims/pn-jakartaselatan/index.php?
p=show_detail&id=1932#:~:text=Hukum%20Perkapalan%20termasuk%20dalam
%20bagian,yang%20tugasnya%20berhubungan%20dengan%20laut diakses 4 Mei
2024

Perundang-Undangan

Uu No 17 Tahun 2008 Mengatur Tentang Pelayaran

Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 31 Tahun 2021

Penyelenggaraan Bidang Pelayaran

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2022 Tentang


Kelaiklautan Kapal Kecepatan Tinggi Berbendera Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai