Anda di halaman 1dari 5

Salaam,

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang tentu saja digunakan


untuk pembangunan yang tujuannya diperuntakkan bagi seluruh rakyat. Pajak
dilihat dari segi sosial, berkaitan dengan pungutan pajak sebagai kewajiban
masyarakat. Dalam UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
UU No. 6 tahun 1983 telah diatur bagaimana ketentuan mengenai tata cara
perpajakan.

Sehuhubungan dengan itu:

Berikan analisis mengenai fungsi pajak bagi negara, jika dilihat dari fungsinya
mengapa masih terjadi penggelapan pajak, dan bagaimana pencegahannya,
berikan contoh penggelapan pajak dan analisis kasusnya

Jawaban :

Fungsi pajak bagi Negara adalah :

1. Fungsi Anggaran

Fungsi pajak yang pertama adalah fungsi anggara atau budgetair. Di Indonesia, pajak
merupakan kontributor terbesar pendapatan negara. Pajak digunakan untuk membiayai
anggaran yang berkaitan dengan pembangunan dan kepentingan negara. Sebagai
sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan. Contoh fungsi pajak ini adalah menyediakan fasilitas
kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan pelayanan publik lainnya.

2. Fungsi Mengatur

Fungsi pajak yang kedua adalah fungsi mengatur atau Regulerend. Melalui pajak,
pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya, untuk melindungi produksi
dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
Adanya kebijakan pajak bisa mencerminkan kebijakan perekonomian suatu negara.

3. Fungsi Stabilitas
Fungsi pajak yang ketiga adalah stabilitas. Dengan pajak, pemerintah memiliki dana
untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga. Ini membuat
inflasi dapat dikendalikan dan ekonomi berjalan stabil. Pajak memainkan peran penting
untuk menjaga keseimbangan perekonomian suatu negara. Fungsi pajak satu ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan. Pembangunan yang dimaksud seperti pembangunan
ekonomi yang menciptakan lapangan pekerjaan. Terbukanya lapangan pekerjaan dapat
mendistribusi pendapatan masyarakat secara merata.

Mengapa masih terjadi penggelapan pajak?


sebab-sebab wajib pajak melakukan tax evasion adalah:
(1) WP berpersepsi tentang:
(a) Tarif pajak terlalu tinggi;
(b) Sistem keadilan dan kejujuran dalam perpajakan yang kurang;
(c) Bagaimana kebijakan pemerintah dalam membelanjakan uang dari pembayaran pajak oleh Wajib
Pajak;
(2) Kecenderungan individu yang kurang memahami aturan dan hukum yang berlaku;
(3) Perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelompok sehingga mempengaruhi individu tersebut
melakukan tax evasion;
(4) Tax audit, pelaporan informasi dan potongan dalam pajak;
(5) Administrasi pajak yang kurang dimengerti oleh tax payer;
(6) Praktisi pajak;

(7) Kemungkinan ketahuan dan penegakan hukum yang kurang dari pemerintah; dan

(8) Servis dari Wajib Pajak yang kurang dinikmati.

Dalam mencegah tindakan penghindaran/penggelapan pajak, pemerintah


perlu menerapkan AUPB yang ada pada Undang - Undang
Administrasi Pemerintahan dalam bidang perpajakan secara tepat,
oleh karenanya saya mencoba menjabarkan peran good governance pada
sektor pemerintah melalui penerapan AUPB dalam bidang perpajakan
sebagai upaya pencegahan tindakan penghindaran perpajakan.
1. Penerapan Asas kepastian hukum
Penegakan hukum dalam bidang perpajakan khususnya pada tindakan
penghindaran pajak dapat dilakukan tergantung dari pembentukan
peraturan perundang-undangan yang jelas, adil, dan tidak tumpang
tindih, sehingga dari pembentukan aturan pajak yang baik tersebut
akan mencegah munculnya celah bagi wajib pajak untuk melakukan
penghindaran pajak. Selain itu, aturan pajak juga perlu dibentuk
dengan mempertimbangkan permasalahan pajak yang kemungkinan akan
terjadi, sehingga perkembangan skema dari penghindaran pajak dapat
dicegah dengan aturan yang sudah mengakomodir permasalahan yang
sebelumnya sudah diperkirakan akan terjadi.

2. Penerapan Asas kemanfaatan


Asas kemanfaatan diterapkan oleh pemerintah dengan memperhatikan
sejauh mana pajak dapat bermanfaat bagi rakyat dan tidak disalahgunakan
oleh pemerintah dengan tindakan-tindakan yang berdampak pada kerugian
keuangan atau aset negara, seperti tindakan KKN. Pemerintah perlu
menekankan kepercayaan wajib pajak dengan memperlihatkan
penggunaan APBN yang tepat seperti pada kebutuhan kesehatan,
pendidikan, kebutuhan pangan, permukiman, pertanian, dan lain
sebagainya, sehingga dari penggunaan APBN yang tepat wajib pajak
merasa percaya untuk percaya kepada pemerintah dan merasa sadar
bahwa uang yang dibayarkan kepada pemerintah digunakan sebagaimana
kebutuhan rakyatnya dan tidak digunakan untuk kepentingan entitas
tertentu namun sepenuhnya digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat.

3. Penerapan Asas kecermatan


Dalam hal kepentingan pemungutan pajak, pemerintah perlu
mengetahui informasi dari pada wajib pajak itu sendiri, sehingga
fiskus dapat menetapkan bahwa informasi atau perhitungan yang
diberikan oleh wajib pajak benar atau tidak benarnya. Asas kecermatan
sendiri mengadung arti bahwa suatu keputusan atau tindakan yang
dilakukan oleh pemeritnah harus didasarkan dengan informasi dan
data yang lengkap untuk membuat keputusan atau tindakan tersebut
menjadi legal atau berdasar.

4. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan


Asas ini berperan sebagai pencegah bagi institusi pemerintah yang
berkaitan dengan kegiatan perpajakan untuk melakukan tindakan fraud
yang dapat berbentuk KKN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Pemberantasan Tindakn Pidana Korupsi. Dalam melaksanakan asas ini,
pemerintah dapat meningkatkan fungsi pengawasan pada sektor internal
sebagai wujud good governance dan clean governance. Pengawasan yang
dimaksud dapat dilakukan oleh Inspektorat Kementerian Keuangan (Itjen
Kemenkeu), Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yang ada pada
instansi pemerintahan lainnya, dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), sehingga dengan maksimalnya fungsi instansi pengawasan
tersebut, maka akan timbul penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dan bersih.

5. Asas keterbukaan
Penerapan asas keterbukaan adalah bagaimana pemerintah dapat
memberikan akses informasi kepada masyarakat yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif yang mana tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasian negara. dalam hal
pencegahan penghindaran pajak, pemerintah perlu menerapkan asas
ini untuk membuka akses informasi kepada masyarakat seperti
informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh wajib pajak dalam rangka
melaksanakan kewajiban perpajakan. Selain itu akses dari aturan
pajak serta putusan sengketa pajak perlu dibuka untuk kemudian
akses tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran bagi masyarakat,
untuk mengetahui ketentuan pajak.

6. Asas kepentingan umum


Dalam membentuk setiap aturan maupun kebijak perpajakan,
pemerintah perlu mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak
diskriminatif. Artinya dalam memberikan pelayanan pajak kepada
masyarakat, pemerintah tidak boleh mengedepankan kepentingan
sebagian pihak saja, misalnya kepentingan keluarga, kerabat dekat,
entitas yang mempunyai pengaruh ekonomi maupun politik, namun
pemerintah harus senantiasa mengedepankan kepentingan umum.

7. Asas pelayanan yang baik


Dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan peerpajakan maka
pemerintah perlu menerapkan pelayanan yang tepat waktu, prosedur
dan biaya yang jelas, sehingga wajib pajak tidak bingung dalam
melaksanakan kegiatan perpajakan, hal ini berkaitan dengan
bagaimana pemerintah dapat beradapatasi dengan perkembangan
teknologi informasi secara global yang terjadi saat ini. Dengan
penerapan pelayanan yan baik secara efesien dan efeketif, maka
tidak hanya akan memudahkan dan memperkecil biaya pelayanan
namun juga berpengaruh terhadap tingkat kemungkinan terjadinya
kecurangan seperti pungutan liar dan transaksi curang lainnya.

Contoh kasus :
Kasus penggelapan pajak yang terjadi pada perusahaan konstruksi PT. Geuruete
Meugah Perkasa, Dirut perusahaan ini dengan sengaja menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dan tidak menyetorkan pajak
yang telah dipungut sejak tahun 2011-2014 dan dengan sengaja tidak menyampaikan SPT masa
pajak sejak Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 sehingga menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara sebesar Rp1.080.019.475,- (satu milyar delapan puluh juta sembilan belas
ribu empat ratus tujuh puluh lima rupiah).

Faktor penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan pajak pada PT. Geuruete Meugah
Perkasa, dipicu oleh karena adanya penolakan terhadap nilai pajak yang begitu tinggi,
minimnya sosialisasi, kesempatan dan keinginan, rendahnya rasa kepatuhan dan kesadaran
hukum, serta lemahnya koordinasi antar instansi penegak hukum.

Tingginya besaran pajak yang harus dikeluarkan suatu badan usaha tetap (BUT), diakui
oleh mantan Direktur Utama PT. Geureuete Meugah Perkasa menjadi motif untuk melakukan
penggelapan pajak, dengan menyampaikan SPT yang tidak benar, yang tepatnya memanipulasi
profit yang diperoleh perusahaannya.

Rendahnya kepatuhan dan kesadaran hukum, juga ikut memicu terjadinya tindak
pidana, di samping adanya kesempatan dan keinginan dari pelaku. Penyidik Kepolisian Resor
Kota Meulaboh dalam tmenangani indak pidana penggelapan pajak oleh Dirut Pt. Geureuete
Meugah Perkasa, piahkanya menemukan bahwa adanya kesempatan yang terbuka,
mengundang keinginan pelaku untuk merealisasikan perbuatannya.

Sumber :
Eka Ulfadani & Dahlan Ali. Tindak
Pidana Penggelapan Pajak (Suatu Penelitian Di Wilayah
Hukum Pengadilan Negeri Meulaboh). JIM Bidang Hukum Pidana, Vol. 3, No.2, Mei 2019. ISSN : 2597-
6893 (online).
Hansen Nehemia Effendi, Amelia Sandra. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Tindakan Wajib
Pajak Melakukan Penggelapan Pajak. Jurnal Akuntansi, Vol. 11, No. 1, Februari 2022. p-ISSN 2089-
7219, e-ISSN 2477-4782.

Anda mungkin juga menyukai