Rachmat
Kriyantono,PhD
School of
Communication
Brawijaya
University
clash of civilization,
culture war,
konflik etnis,
perlakuan dan kebijakan diskriminatif,
Bisa
muncul
masalah:
hubungan eksploitatif,
bias (perlakuan tak adil yang tak disengaja),
prasangka negatif,
kesalahpahaman,
marjinalisasi,
kekerasan fisik/simbolik,
ketimpangan dan kesenjangan yang tajam
POLITIK
BUDAYA
ORBA
TERBUKTI:
RUNTUHNYA STRUKTUR POLITIK NEGARA-NEGARA EROPA TIMUR (AKHIR
1980-AWAL 1990).
PENGERTIAN
Dari aspek Antropologi: multikultura &
plural = sama, masy yg memiliki
keragaman budaya
Multi = banyak; Kultur = budaya
Plural = jamak
Sufiks isme: membawa dampak psikologis
terkait beda ideologi
PENGERTIAN
Multikulturalisme: pandangan dunia yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang
menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan,
pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai
pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran
politik (Azyumardi Azra, 2007)
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan
serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang
lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan,
penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang
majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,
namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat
kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk
mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap,
2007)
SIFAT MULTIKULTURAL
Sifat yang mengakui dan menghargai perbedaan
dalam kesederajatan.
*
MULTIKULTURALISME
PLURALISME
ideologi yg mengakui
dan mengagungkan
perbedaan dalam
kesederajatan, baik
secara individu maupun
komunal (Politic of
Recognition)
ideologi yg memandang
keanekaragaman
budaya yg lebih
menekankan perbedaan
antara satu masyarakat
dengan masyarakat
lainnya.
Kurang memerhatikan
interaksinya
Lebih menonjolkan
keunikan dan entitas itu
sendiri
Lebih cenderung sbg
politik kebudayaan
seragam
PERJALANAN MULTIKULTURALISME DI
AS
Dinamika perspektif keanekaragaman di AS dimulai
dengan melting-pot assimilation menjadi salad
bowl berkembang lagi menjadi cultural pluralism
dan akhirnya multiculturalism.
Dinamika perspektif itu bermula dari gerakan warga
kulit hitam yang menuntut kesetaraan hak sipil dan
politik pada 1960-an. Kemudian tahun 1970-an
muncul gerakan civil society, yang diikuti gerakan
perempuan, lalu muncul gerakan pribumi Amerika
dan kelompok kulit berwarna. Pada tahun 1980-an
hingga 1990-an muncul pemikiran kritis terhadap
kurikulum sekolah dasar perihal sejarah, demografi,
dan pendidikan kewarganegaraan, yang menggugat
perspektif melting-pot assimilation.
1. MELTING-POT ASSIMILATION
Menyatukan seluruh budaya dengan
meleburkan masing-masing budaya
Konsep ini dipopulerkan melalui drama
karya Zangwill.
Dalam perspektif melting-pot ditonjolkan
perihal lahirnya manusia baru yang
disebut Amerika, yaitu merupakan idealisasi
peleburan beraneka ragam budaya yang
berasal dari Eropa dan Afrika.
Pemikiran kritis mengungkapkan bahwa
melting-pot ternyata bersifat monokultur.
Karena, dominasi dan hegemoni WASP
(White Anglo-Saxon Protestant) amat
mengedepan.
2. SALAD BOWL
Untuk mengakomodasi dan mengapresiasi
kontribusi non-WASP, dikembangkan
perspektif pengganti yang disebut salad
bowl.
Budaya asal tidak dihilangkan tapi
diakomodasi dan memberikan kontribusi bagi
budaya bangsa, tapi, interaksi kultural belum
berkembang baik
Unsur non-WASP memang diakomodasi, tapi
ternyata tak mengurangi unsur pokoknya
yang dominan, yaitu budaya WASP.
Perspektif salad bowl masih tetap dirasakan
3. CULTURAL PLURALISM
Horace Kallen (1970) memperkenalkan perspektif
cultural pluralism untuk menggantikan salad bowl.
Perspektif ini membedakan antara ruang publik dan
ruang privat.
Ruang publik: ruang terbuka tempat bertemunya
orang dari berbagai ikatan budaya.
Ruang privat: ruang yang disediakan untuk mewadahi
dan merawat spesifikasi ikatan budaya di dalam
masing-masing keluarga atau komunitas yang
berbeda-beda.
Ternyata perspektif ini juga rapuh dan tak memuaskan,
karena mengandaikan dapat memisahkan sepenuhnya
antara ruang publik dan ruang privat. Di samping itu
mengandaikan wilayah non-budaya terlepas dari
wilayah budaya di dalam ruang publik.
4. MULTICULTURALISM
* Diperkenalkan tahun 1980-an, sebagai upaya memperoleh
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di ruang publik,
dan selanjutnya juga mengkritisi jalinan hubungan kekuasaan
yang ada agar menjamin hak, keadilan dan kesempatan yang
sama bagi semua WN yang dihormati latar belakang ikatan
budayanya.
* Ikatan suku, ras, agama, daerah, bahasa, kebiasaan -- dapat
hidup berdampingan secara damai, saling mendukung dlm
posisi setara, dan menikmati kehidupan yang makin adil (dlm
suatu negara atau wilayah pengorganisasian hidup bersama).
* Multikulturalisme tidak untuk menghilangkan kekhususan
(specifity) dari ciri budaya; tidak juga untuk meleburnya ke
dalam keumuman (generality) budaya.
* Multikulturalisme menawarkan hadirnya realitas
ganda/ragam : differences similarities, diversity unity,
identity integration, particularity universality, nationality
Multikulturalisme:
Muncul
Politik
MULTIKULTURALISME
Kritik atas pluralisme yg fokus pada keanekaragaman suku bangsa dan budaya
shg budaya dianggap entitas yg distinktif
Setiap kelompok budaya ingin hidup dengan caranya sendiri; dan ini adalah hak
mereka.
Tapi, jangan menjurus ke sikap dan tindakan yang eksklusif, egois, serta arogan
yang dapat mengancam kebersamaan kehidupan dalam keanekaragaman budaya.
Disebabkan:
Determinisme teknologi
PRO-KONTRA MULTIKULTURALISME
Ada
Bikhu
Parekh
(2002)
Pluralitas kebudayaan
Cara merespon
Reformasi 1998:
Isu-isu demokratisasi:
dari sentralistik-otoritarian ke desentralistik-otonomi daerah
Minoritas vs mayoritas
DI INDONESIA
Scr historis berbeda-beda
Tidak perlu pluralisme... Tapi Nasionalisme:
-Kesadaran identitas bersama
-Ideologi ttg historis bersama & senasib
sepenanggungan
-Adanya gerakan sosial bersama untuk
mencapai satu tujuan bersama
Akan kuat jika ada musuh dari luar
TANTANGAN GLOBALISASI
Surutnya nasionalisme
Determinasi teknologi
komunikasi
REFERENCES
Kriyantono, R. (2012). Etika & filsafat ilmu komunikasi.
Malang: UB Press.
Mantik, M.J. (2012). Konsep multikulturalisme &
pluralisme dalam Lalita kaya ayu utami. Prosiding
Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi.
Syaifuddin, A.F. (2006). Membumikan multikulturalisme
di Indonesia. Jurnal Etnovisi, 11 (1).