Anda di halaman 1dari 19

Pemberontakan PRRI

Permesta
Latar Belakang
Adanya masalah perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah.
Sejak tahun 1950, daerah menjadi
produsen ekspor, namun hasilnya
lebih dimanfaatkan oleh pusat.
Selain itu, dana alokasi dari pusat
tidak mencukupi untuk
pembangunan daerah.
Tokoh-tokoh militer dan sipil yang
merasa kecewa atas ketidakadilan
tersebut membentuk dewan-dewan
daerah, meliputi
Dewan Banteng Letkol Ahmad Husein
Sumatera Barat
Dewan Gajah Kol. Maludin Simbolon
Sumatera Utara
Dewan Garuda Letkol Barlian
Sumatera Selatan
Dewan Manguni Letkol D.J. Somba
Sulawesi Utara
Tujuan Awal
Pembentukan Dewan
Untuk mengatasi situasi politik
Indonesia yang mengarah pada
perpecahan serta mengimbangi
parlemen dalam rangka
memajukan pembangunan daerah
tertinggal.
Pada 9 Januari 1958, para pendiri dewan
dan pemerintah sipil mengadakan
pertemuan di Sungai Dareh (perbatasan
Padang dan Jambi), yang dihadiri oleh:
Letkol Ahmad Husein Moh. Natsir
Letkol Vence Samuel Burhanuddin
Kolonel Simbolon Harahap
Kolonel Dahlan Jambek Syarif Usman
Kolonel Zulkifli Lubis Syafruddin
Prawiranegara
Tujuan Pertemuan
Mengamanatkan perwira untuk aktif
mencari senjata dari luar negeri.
Mematangkan rencana
pemberontakan.
Merencanakan pemberian ultimatum.
Pembentukan negara yang terpisah
dari RI jika ultimatum tidak
dilaksanakan.
Selanjutnya, pada 10 Februari 1958
dalam rapat raksasa di Padang Letkol
Ahmad Husein mengeluarkan ultimatum
yang berisi:
Dalam 5 x 24 jam, kabinet Juanda
menyerahkan mandat kepada presiden.
Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta
dan Sultan HB IX untuk membentuk
Zaken Kabinet.
Meminta presiden agar kembali kepada
kedudukannya sebagai presiden
konstutisional.
Namun, pemerintah menolak
ultimatum tersebut dan memecat para
perwira tinggi ( Letkol Ahmad Husein, Kol.
Simbolon, Kol. Dahlan Djambek, dan Kol.
Zulkifli Lubis).
15 Februari 1958, Kol. Ahmad Husein
memproklamasikan PRRI dan mengangkat
Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana
menteri.
Dua hari kemudian, Permesta
memutuskan hubungan dengan
pemerintah RI dan bergabung dengan
PRRI. Permesta menjalin hubungan
dengan pemberontak luar negeri
(Filipina, Taiwan, Korea Selatan, dan
CIA) untuk keperluan peralatan
perang modern.
Operasi Penumpasan
Pemerintah Indonesia dengan segera
melaksanakan operasi militer untuk
membasmi PRRI dan Permesta, sebagai
berikut:

PRRI:
Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol
Kaharudin Nasution dengan sasaran
daerah Riau.
Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel
Ahmad Yani dengan sasaran daerah
Sumatera Barat.
Operasi Saptamarga dipimpin oleh Brigjen
Jatikusumo dengan sasaran daerah
Sumatera Utara.
Operasi Sadar dipimpin oleh Letkol dr.
Ibnu Sutowo dengan sasaran daerah
Sumatera Selatan.
Permesta:
Dilaksanakan Operasi Merdeka yang
dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat.
Operasi Merdeka terdiri dari beberapa
operasi, yakni :Operasi Saptamarga I VI
dan Operasi Mena I dan II.
Penumpasan Permesta lebih berat
dibandingkan dengan PRRI karena situasi
wilayah yang mendukung serta
persenjataan yang lebih kuat.

Tahun 1961, operasi penumpasan


untuk PRRI-Permesta selesa iditandai
dengan menyerahnya petinggi-petinggi
beserta para pasukan.
Tokoh- Tokoh yang terlibat:
Ahmad Husein Ahmad Yani
Allan Pope GPH Jatikusumo
Ibnu Sutowo Simbolon

Anda mungkin juga menyukai