Atrian Anansyah Hidayatullah. Morbus Hansen. Pare-Pare. FK UMI. 2017
Atrian Anansyah Hidayatullah. Morbus Hansen. Pare-Pare. FK UMI. 2017
(LEPRA)
Disusun Oleh :
Atrian Anansyah Hidayatullah
111 2016 2155
SUPERVISOR :
dr. Harfiah, Sp.KK, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PARE-PARE
2017
PENDAHULUAN
Disebabkan oleh
Mycobacterium leprae
Ditemukan oleh
G.H Armauer
Hansen di Norway
MORBUS HANSEN pada tahun 1873
Penyebab tersering
Neuropati Perifer
Kemungkinan berasal dari
Mesir dan Timur Tengah
lainnya pada awal 2400
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Mycobacterium leprae
Kerusakan jaringan
Infeksi tidak teratasi
LEPRAMATOSA
TUBERKULOID
KLASIFIKASI
Klasifikasi Zona spectrum kusta
Ridley&Jopling TT BT BB BL LL
Puskesmas PB MB
Indeterminate Leprosy (IL)
Tuberculoid Leprosy (TT)
Lepromatous Leprosy (LL)
Borderline Tuberculoid (BT)
Borderline Leprosy (BL)
Borderline (BB)
Gejala Kerusakan Saraf
N. Medianus N. Fasialis
N. Radialis N. Trigeminus
2. Pemeriksaan Histopatologi
3. Pemeriksaan Serologik
4. Tes Lepromin
DIAGNOSIS
Vitiligo
Pityriasis Alba
Pityriasis Versikolor
Tinea Korporis
PENATALAKSANAAN
(50-70 kg)
(5-14 th)
PENATALAKSANAAN
Rifampicin Dapson
Dewasa 600 mg/bulan 100 mg/hr diminum di rumah
Diminum di depan
petugas kesehatan
Anak-anak 450 mg/bulan 50 mg/hari diminum di rumah
KERUSAKAN TANGAN
KEBUTAAN
FENOMENA LUCIO
VASKULITIS NEKROTIKUS
PROGNOSIS
Bergantung pada seberapa luas lesi dan tingkat
stadium penyakit. Kesembuhan bergantung pula
pada kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Terkadang pasien dapat mengalami kelumpuhan
bahkan kematian, serta kualitas hidup pasien
menurun.
KESIMPULAN
Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, dan
penyebabnya Mycobacterium leprae, yang bersifat
intraselular obligats. Insidensi puncak pada usia 10-20
tahun dan 30-50 tahun. Kusta terdapat dimana-mana,
terutama di Asia, Afrika, Amerika latin, daerah tropis dan
subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah.
Berdasarkan Ridley aand Jopling kusta dibagai menjadi TT,
BT, BB, BL ,LL, dan menurut WHO dibagi menjadi
Multibasiler dan Pausibasiler. Diagnosis Kusta dilakukan
berdasarkan pemeriksaan klinis, bakteriologis, dan
histopatologis. Penatalaksanaan kusta dengan terapi
regimen Multi Drug Treatment mulai diterapkan untuk
mencegah kemungkinan timbul resistensi. Dengan
pelaksanaan MDT, kusta sekarang jauh lebih mudah untuk
dikontrol. Deteksi dini dan pengobatan penyakit, reaksi,
dan kekambuhan merupakan kunci untuk mencegah
kecacatan dan memungkinkan pasien untuk menjalani
kehidupan yang relatif normal.
TERIMA KASIH