Anda di halaman 1dari 26

Evaluasi Produk Kosmetik

dan Aspek Mikrobiologi

 Evaluasi Produk Kosmetik


 Aspek Mikrobiologi Produk Kosmetik

1
Evaluasi Produk Kosmetik
Organoleptik Fisika-Kimia Mikrobiologi

penampilan pH Tes efektivitas


warna % air antimikroba
bau viskositas
aroma uk. partikel Angka kuman
sentrifugasi
bobot jenis
granulometri
konduktivitas elektrik
kadar zat aktif

2
Evaluasi Produk Kosmetik…

 Evaluasi Fisika
Uji Stabilita
 Evaluasi Kimia

 Evaluasi Biologi - fungsi sediaan


- aspek mikrobiologi - keamanan

3
Uji Stabilita Produk Kosmetik

Dilakukan sebagai indikasi tingkat stabilita relatif produk


pada berbagai kondisi sejak pembuatan hingga akhir
masa berlaku.
Peranan uji stabilita :
 Sebagai panduan pengembangan formula produk
kosmetik
 Memperkirakan usia guna sediaan & sbg sarana
konfirmasinya
 Sbg panduan dalam memantau aspek stabilitas
organoleptik, fisika-kimia dan mikrobiologi
 Menjamin keamanan produk
4
Faktor yang Mempengaruhi
Stabilitas Produk Kosmetik
Setiap komponen bahan dapat mempengaruhi
stabilita produk kosmetik. Faktor lainnya :
 Variabel formulasi
 Proses fabrikasi
 Kondisi lingkungan
 Transportasi
Berdasarkan penyebabnya, perubahan
diklasifikasikan :
1. Ekstrinsik, jika ditentukan faktor eksternal
2. Intrinsik, jika ditentukan oleh seluruh faktor
5
formulasi
Faktor Ekstrinsik
 Waktu
 Suhu
- suhu tinggi : percepatan reaksi penguraian
- suhu rendah :kekeruhan, pengendapan, kristalisasi
 Cahaya dan Oksigen  pembentukan radikal bebas
 Kelembaban
 Bahan yg kontak langsung dengan produk : gelas, logam
 Mikroorganisme
produk yg mengandung air rentan serangan mikroba

6
Faktor Intrinsik
 Inkompatibilitas Fisika : pengendapan, pemisahan
fase, kristalisasi
 Inkompatibilitas Kimia
1. pH
2. Reaksi oksidasi-reduksi
3. Hidrolisis
4. Interaksi sesama komponen sediaan
5. Interaksi produk – bahan kemasan

7
Uji stabilita dilakukan saat :

 Selama pengembangan formula baru pada


skala lab & pilot
 Saat terjadi perubahan berarti selama
proses pembuatan : bahan baku, sediaan,
kemasan
 Validasi alat atau proses produksi baru

8
Kondisi Penyimpanan Uji Stabilita
 Suhu lingkungan (normal)
 Suhu tinggi (tergantung zona iklim dari target pasar)
Oven: T = 307 ± 2 oC
Oven: T = 40 ± 2 oC Rh 75%

 Suhu rendah
Refrigerator: T = 5 ± 20 oC
Freezer: T = -5 ± 20 oC or T = -10 ± 20 oC
 Paparan radiasi cahaya : lampu xenon ~ matahari
 Siklus freezing & defrosting
Cycles of 24 hours at room temperature and 24 hours at -5 ± 20
oC.

Cycles of 24 hours at 40 ± 2°C and 24 hours at 4 ± 20 oC.


Cycles of 24 hours at 45 ± 2°C and 24 hours at -5 ± 20 oC.
Cycles of 24 hours at 50 ± 2°C and 24 hours at -5 ± 20 oC.
9
Parameter Evaluasi Stabilita

 Organoleptik : penampilan, warna, bau dan


aroma;
 Fisika-kimia: pH, viskositas, bobot jenis,
 Mikrobiologi : angka kuman & tes efektivitas
pengawet

10
Uji Stabilita Dipercepat

 Uji stabilita dipercepat dilakukan pada suhu ekstrim


 Untuk menentukan usia guna dari produk kosmetik
 waktu daluarsa
 Produk diuji pada lebih dari satu kondisi suhu
sehingga perilaku produk dapat dievaluasi pada
berbagai kondisi penyimpanan
 Produk pembanding diuji bersama-sama dengan
produk uji pada kondisi penyimpanan yang sama

11
Usia Guna Produk Kosmetik

 Adalah masa pemakaian produk yang masih


memberikan produk yg memenuhi syarat
 Waktu daluarsa = tgl produksi + usia guna
 Dapat dihitung dari ekstrapolasi persamaan
Arrhenius pada pengujian dipercepat (Zona
IVb 40°C, Rh 70%) atau dari hasil
penyimpanan retain sampel pada uji stabilita
jangka panjang
12
Aspek Mikrobiologi Produk Kosmetik
Pengaruh mikroba pada produk kosmetik :
1. Bau tidak sedap pada produk
2. Rusaknya produk : tidak berefek, tidak aman lagi

+ pengawet

Bakteri
Mikroba
Ragi

Jamur 13
Bakteri
 Mrp organisme uniselular, hidup pada kondisi
tertentu, spesifik sesuai kemampuannya bertahan
hidup; memerlukan air / kelembaban tertentu
 Klasifikasi : bulat (kokus), batang (bacili) & spiral
 Hasil metabolisme bakteri dapat menghasilkan
modifikasi kimia pada lingkungan
 Bakteri dapat menginduksi degradasi jaringan kulit,
produk kosmetik  bau tidak sedap, iritasi atau
toksik
 Produk kosmetik diharapkan tidak terkontaminasi
bakteri
14
Ragi
 Organisme uniselular, mampu memfermentasikan
gula menjadi alkohol
Jamur
 Organisme dengan kelas besar : uniselular
sederhana s/d jamur
 Untuk hidup memerlukan : kelembaban tinggi, ada
senyawa C & N, ada gas oksigen, suhu yg optimum
(20-40oC)
 Spora jamur dapat berada di udara, bila
menemukan kondisi yg cocok  tumbuh dng koloni
besar; dapat melapisi permukaan produk kosmetik
dng warna hitam, abu-abu / hijau
15
Perbedaan Bakteri dan Fungi
Sifat komponen Bakteri Fungi
Ukuran sel (mm) 0,5 -5 ragi 20 -50
kapang > 100
Dinding sel as.leikoat, khitin, glukosa,
as. muramat mannan, diamino
peptida pinetic acid

Membran sitoplasmik tidak ada sterol sterol

Sitoplasma tidak ada ada mitokondria


mitokondria atau atau endoplasmik
endoplasmik retikulum
retikulum
Inti sel prokaryotik (tdk eukaryotik
ada membran) (membran tipis) 16
Flora Normal Kulit
Kulit manusia normal membawa mikroba
 resident flora
1. Staphylococcus aureus
- dapat hidup pd lingkungan dng pH 2,6-10; optimum 6,8-
8,2
- terdapat pada kulit, rambut, mulut, saluran cerna
- berbahaya bila dapat masuk ke area kulit terluka /
terbawa aliran darah
2. Staphylococcus albus
- hidup pada pH 5,5-8
- virulensi bervariasi, berbahaya bila masuk ke dalam
aliran darah
3. Bacillus subtilis
- tidak patogen, spora dapat hidup pada minyak
Mikroba patogen : M. smegmatis, C. botulinum, P. aeruginosa,
T. purpureum 17
Metode Pertahanan Kulit
Tujuan : menahan masuknya mikroorganisme masuk ke
lapisan kulit yang lebih dalam
Pertahanan kulit :
1. Penggantian lapisan epidermal secara kontinu
menuju arah luar
2. Kandungan lembab yg rendah dari lap tanduk
3. Senyawa dasar corium mrp barier efektif dari
serangan mikroba
4. Adanya flora normal kulit menyebabkan mikroba
lain sulit tumbuh di permukaan kulit
5. Mantel asam kulit  menghambat pertumbuhan
mikroba
18
Pengawet
 Diperlukan untuk menghambat pertumbuhan
mikroba pada produk kosmetik (bakteriostatik,
bakterisid).
 Efektivitas dipengaruhi :
1. Karakteristik pengawet
2. Konsentrasi
 Pemilihan berdasarkan :
1. Kompatibilitas dng komponen produk
2. Toksisitas selektif
3. Bakteriostatik dan bakterisid (tgt konsentrasi)
4. Spektrum kerja : sebaiknya luas
19
Pengawet…
 Etil dan propil alkohol
 Asam
 Turunan fenol
 Surfaktan
 Kompleks iodin
 Senyawa sulfur
 Garam fenilmerkuri
 Antibiotik
 Lainnya

20
Free preservative and self perserving
1. aw (aktivitas air)

aw = P/Po P = tekanan uap murni


Po = tekanan uap periodik
aw = P/Po
ERH = aw x 100
Tekanan osmotik = -RT ln aw / V = n1/n1 + n2

R = konstanta gas
T = temperatur absolut
V = volume air dalam molar
ERH : mengatur keseimbangan
aw = mengatur air pada produk 21
Harga minimum aw untuk pertumbuhan mikroorganisme

Mikroorganisme Harga aw minimum

Beberapa bakteri 0,91


Pseudomonas spp 0,97
Escheria coli 0,95
basillus subtilis 0,945
Stafilokokus areus 0,86
Halofilik bakteria 0,75
Beberapa ragi 0,88
Ragi osmofilik 0,60
Beberapa kapang 0,80
Fungi senofilik 0,65
22
2. Surfaktan

Surfaktan :

zat aktif permukaan menurunkan tegangan permukaan 


terjadi adsorpsi positif pada antar permukaan dua cairan

Fungsi :

detergen, foaming, wetting agent, solubiliser, dispersant dan


co emulsifier

Efek bakterisid dan fungisida


1. Meningkatkan kelarutan pengawet  efektivitas >>>>

2. Efek potensiasi dalam sediaan

3. Meningkatkan aktivitas antimikroba dari zat dengan cincin


halogenasi 23
3. Antioksidan dan bahan pengkhelat

Gabungan antara antioksidan dan bahan penghelat


bersifat sinergis sebagai anti mikroba

BHA,BHT,Propil galat, TBHQ (tertiar butyl


hidroquinon) + EDTA  Sinergis anti mikroba

24
4. Alkohol dan bahan kimia aroma

Ekstrak yang mengandung alkohol, fenol, ester, asam,


aldehida dan terpen mempunyai efek anti mikroba

Contoh :

Larutan antispetik pencuci tangan dg alkohol 60 – 95


%, benang bedah dengan isopropilalkohol 70 -91,3 %

25
Bacaan Lanjut…
1. Anvisa, Cosmetic Products Stability Guide,
Vol. 1, Mei 2004
2. Colipa-CTFA, Guidelines on Stability
Testing of Cosmetic, Maret 2004

26

Anda mungkin juga menyukai