Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

PASIEN DENGAN MALARIA


FALCIPARUM +4 DAN
A N E M I A B E R AT
Oleh:
Aditya Yulianasari Tamanampo, S.Ked

Pembimbing:
dr. GRACIA YVETTE V. DAIMBOA, Sp.PD
PENDAHULUAN
• Malaria merupakan penyakit infeksi oleh
parasitPlasmodiumdan ditularkan oleh
Latar nyamukAnophelesbetina.
Belakang • Resiko tinggi adalah bayi, balita, ibu hamil.

• World malaria Report 2015 menyebutkan bahwa


malaria telah menyerang 106 negara di dunia.
Latar • Annual parasite incidence (API) di Papua pada tahun
Belakang 2016 adalah sebesar 49,6 per 1.000 penduduk.

• Presentase kasus positif malaria di Provinsi Papua tahun


2016 adalah 54,3% yang artinya diantara 100 slide darah
Latar penderita suspek malaria yang diambil terdapat 54 slide
Belakang darah yang positif.
LAPORAN KASUS
• Nama : Ny. YI
• Tanggal Lahir : 26/08/1978
• Umur : 40 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : APO
• Agama : Kristen Protestan
• Pekerjaan : Peternak
• Suku : Papua
• Ruangan : Penyakit dalam wanita
• Tanggal Masuk RS : 15/11/2018
• Tanggal Keluar RS : 22/11/2018
• Jaminan : KPS
• No. DM : 457553
• Keluhan utama : Demam tinggi

• Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien dating dengan keluhan demam tinggi dirasakan 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam dirasakan tiba-tiba langsung tinggi,
mendadak. Demam sangat tinggi dirasakan terutama saat pagi
menjelang siang hari. Pada hari yang sama pasien merasakan demamnya
turun dan merasa dingin sekitar pada sore hari. Saat menjelang malam
pasien mengalami keringat yang banyak dan membasahi hampir seluruh
tubuhnya. Keesokan harinya pasien kembali demam lagi seperti
sebelumnya dan hal ini kembali berulang selama 5 hari. Saat demam
pasien merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa pegal
ini dirasakan pada sendi panggul, bahu dan tulang belakang. Selain
demam pasien juga mengeluhkan pusing pada kepalanya. Pusing ini
dirasakan seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga
mengalami mual-mual dan muntah. Mual-mual ini disertai nyeri ulu hati
yang kadang timbul kadang juga hilang. Nafsu makan menurun, minum
baik, BAK warna seperti air coca cola dan BAB normal.
Riw.penyakit
• Riwayat Malaria (+) September 2018
Dahulu

• Dalam keluarga pasien tidak ada yang


Riw. Keluarga menderita sakit yang sama seperti pasien.

• Pasien mempunyai kebiasaan tidur tidak


Riw. Kebiasaan menggunakan kelambu, merokok(-), Minum
beralkohol(-).

• Pasien tinggal di perumahan padat penduduk


tidak menggunakan kain has pada ventilasi,
Riw. Sosial mempunyai bak penampungan yang tidak
tertutup.
PEMERIKSAAN FISIS

Status Vital saat MRS


• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan darah : 90/50 mmHg
• Nadi : 95x/menit
• Respirasi : 24x/menit
• Suhu badan : 38,9°C
• Kepala/leher
Mata : Konjungtiva Anemis(+/+), Sklera Ikterik(-/-),
Hidung : Deformitas (-), secret (-)
Telinga : Deformitas (-), secret (-)
Mulut : Deformitas (-), Bibir sianosis (-), Oral Candidiasis
(-), ulserasi (-), hipertrofi gusi (-), atrofi papil lidah (-),
Leher : Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-)

• Thorax
Pulmo : Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, jejas (-)
Palpasi : Vocal Fremitus D=S
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : SN vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing
(-/-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS IV linea
parasternal dextra
Batas kiri jantung ICS V linea
midclavicula sinistra
Auskultasi: BJ I–II regular, murmur (-), Gallop (-).
Abdomen : Inspeksi : tampak datar, jejas (-)
Auskultasi: Bising Usus (+)
Palpasi : Supel, didapatkan nyeri tekan
epigastrium. Hepar tidak teraba, Lien
teraba schuffner I-II
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral teraba hangat, Edema (-/-), Ulkus (-/-),
CRT < 2’
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSA KERJA

• Malaria Falciparum +4
• Anemia Berat
• Trombositopenia
PENGOBATAN

• IVFD RL loading 1 kolf, maintenance RL 8 jam


• Inj. Artesunat 2 vial
• Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
• Inj. Antrain 3 x 1 amp
• Primakuin 1x 1 tab
• Transfusi PRC 2 kolf
FOLLOWUP HARIAN
Hari/tanggal Follow up

Jumat, S : Lemas A:
16/11/2018 O: Malaria Berat
KU :Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos Mentis Anemia Berat
TD : 100/60 mmHg, N : 67x/m, R : 22x/m, SB : 36,90C, SpO2 :
P:
98%
IVFD RL / 8 jam
K/L : CA (+/+), SI (-/-), OC (-), P>KGB (-), JVP (normal) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Paru  I : Simetris, Ikut gerak napas Inj. Antrain 3 x 1 amp
P : Vokal Fremitus D=S Inj. Artesunat 2 vial
P : Sonor Primaquine 1x1 tab
A : Suara Napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Transfusi PRC
Wheezing (-/-)
Jantung  I : Ictus cordis tidak tampak
P : Iktus cordistidak teraba, thrill (-)
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen  I : Tampak supel
A : Bising Usus (+)
P : Supel, nyeri tekan abdomen (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba
P : Timpani
Ekstremitas  akral HKM, udem (-), CRT <2”
Vegetatif  Ma/Mi(--/+), BAB/BAK(+/+).
Hari/tanggal Follow up
Sabtu, S : Lemas A:
17/11/2018 O : KU :Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos Mentis Malaria Berat +
TD : 80/50 mmHg, N : 69x/m, R : 21x/m, SB : 37,30C, SpO2 Anemia Berat
: 99%
K/L : CA (-/-), SI (-/-), OC (-), P>KGB (-), JVP (normal) P:
Paru  I : Simetris, Ikut gerak napas - IVFD RL/ 8 jam
P : Vokal Fremitus D=S - Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
P : Sonor - Inj.Artesunat 2 vial
A : Suara Napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), - Transfusi PRC 2 kolf
Wheezing (-/-)
Jantung  I : Ictus cordis tidak tampak
P : Iktus cordisa tidak teraba, thrill (-)
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen  I : Tampak supel
A : Bising Usus (+)
P : Supel, nyeri tekan abdomen (-), hepar
tidak teraba, lien tidak teraba
P : Timpani
Ekstremitas  akral HKM, udem (-), CRT <2”
Vegetatif  Ma/Mi(-/+), BAB/BAK(+/+).
Hari/tanggal Follow up
Senin, S : Lemas, nyeri ulu hati. A:
19/11/2018 O : KU :Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos Mentis - Malaria Berat +
TD : 90/60 mmHg, N : 67x/m, R : 20x/m, SB : 36,80C, SpO2 Anemia Berat
: 99%
K/L : CA (-/-), SI (-/-), OC (-), P>KGB (-), JVP (normal) P:
Paru  I : Simetris, Ikut gerak napas - IVFD RL/ 8 jam
P : Vokal Fremitus D=S - Darplex 1x4 tab
P : Sonor - Sucralfat 3 x1 tab
A : Suara Napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), - Lansoprazole 1 x1
Wheezing (-/-)
Jantung  I : Ictus cordis tidak tampak
P : Iktus cordisa tidak teraba, thrill (-)
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen  I : Tampak supel
A : Bising Usus (+)
P : Supel, nyeri tekan abdomen (-), hepar
tidak teraba, lien tidak teraba
P : Timpani
Ekstremitas  akral HKM, udem (-), CRT <2”
Vegetatif  Ma/Mi(+/+), BAB/BAK(+/+).
Hari/tanggal Follow up
Kamis, S :- A:
22/11/2018 O : KU :Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos Mentis - Malaria Berat +
TD : 100/60 mmHg, N : 86x/m, R : 21x/m, SB : 370C, SpO2 : Anemia Berat
99% P:
K/L : CA (-/-), SI (-/-), OC (-), P>KGB (-), JVP (normal) - BPL
Paru  I : Simetris, Ikut gerak napas - Darplex 1 x 4 tab
P : Vokal Fremitus D=S - Lansoprazole 1 x 1
P : Sonor - Sucralfat 3x1 C
A : Suara Napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung  I : Ictus cordis tidak tampak
P : Iktus cordisa tidak teraba, thrill (-)
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen  I : Tampak supel
A : Bising Usus (+)
P : Supel, nyeri tekan abdomen (-), hepar
tidak teraba, lien tidak teraba
P : Timpani
Ekstremitas  akral HKM, udem (-), CRT <2”
Vegetatif  Ma/Mi(+/+), BAB/BAK(+/+).
PEMBAHASAN

Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit


plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina. Spesies plasmodium pada
manusia adalah plasmodium falcifarum, vivax, p.ovale dan
p.malariae. Penularan penyakit malaria tidak terjadi pada suhu
di bawah 16° C atau di atas 33° C dan ketinggian di atas 2.000
meter dari permukaan laut. Kondisi optimum untuk transmisi
adalah lingkungan dengan kelembaban tinggi dan suhu antara
20° - 30°C dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi
• Pada kasus ini pasien tempat tinggal pasien di jayapura yang
merupakan daerah endemik malaria, di tambah tempat tinggal
pasien yang tidak menggunakan has pada ventilasi dan kebiasaan
tidur tidak menggunakan kelambu.
Trias malaria :
• Demam. Timbul setelah menggigil, biasanya sekitar 37,5 - 40° C; pada
penderita hiperparasitemia (hitung parasit >5%), suhu bisa meningkat
sampai >40° C. Proses demam berlangsung 2 - 6 jam. Dengan pecahnya
skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen
ini akan merangsang sel magrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF(tumor nekrosis
factor). TNF akan dibawah aliran darah ke hipotalamus yang merupakan
pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Demam pada p.vivax
selang waktu satu hari.
• Berkeringat. Timbul setelah demam, erjadi akibat gangguan
metabolisme yang menjadikan produksi keringat bertambah. Dalam
keadaan yang berat, keringat yang keluar bisa sampai membasahi
sekujur tubuh. Proses ini berjalan 2 - 4 jam. Setelah berkeringat,
biasanya penderita merasa sehat kembali.
• Menggigil. Terjadi setelah pecahnya skizon dalam eritrosit yang diikuti
keluarnya zat-zat antigen. Proses menggigil berlangsung 15 - 60 menit.
• Dari anamnesa yang didapatkan Dari anamnesa didapatkan trias
malaria yaitu demam naik-turun sejak ± 5 hari SMRS, Demam
disertai menggigil dan keringat dingin.
Gejala prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa
kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, nyeri sendi dan
tulang, demam, anoreksia. Dari anamnesa didapatkan juga mual
serta muntah, menggelu lemas, badan seperti rasa tidak enak, nyeri
pada otot-otot seluruh tubuh, nyeri seperti ngilu-ngilu pada sendi
dan tulang.
• Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
a. Pada periode demam:
– Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh
meningkat dapat sampai di atas 40 C dan kulit kering.
– Pasien dapat juga terlihat pucat.
– Nadi teraba cepat
– Pernapasan cepat (takipnue)
Pada periode dingin dan berkeringat:
– Kulit teraba dingin dan berkeringat.
– Nadi teraba cepat dan lemah.
– Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran.

– Kepala : Konjungtiva pucat, sklera ikterik, bibir sianosis, dan


pada malaria serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
– Toraks : Terlihat pernapasan cepat.
– Abdomen : Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga
ditemukan asites.
– Ginjal : bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman,
oligouri atau anuria.
– Ekstermitas : akral teraba dingin merupakan tanda-tanda
menuju syok.

• Dari pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
didapatkan suhu badan 38,9⁰c, tekanan darah 90/50 cmHg,
nadi 95x/menit, respirasi 24x/menit, urin berwarna coklat
kehitaman seperti air cocacola. konjungtiva pucat, sklera
tidak ikterik, hepar tidak membesar dan lien tidak
membesar.
• Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau
didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
• Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
• Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
• Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
• Distres pernafasan
• Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
• Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
• Hemoglobinuria
• Perdarahan spontan abnormal
• Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Gambaran laboratorium :
• Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
• Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
• Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl
di daerah endemis tinggi)
• Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
• Pada pasien dari anamnesa didapatkan keadaaan umum yang
lemah, nafas cepat, dan warna air seni seperti teh tua (air
cocacola). Dari pemeriksaan fisik di dapatkan hipotensi dan
ditambah hasil pemeriksan lab ditemukan anemia berat 3.0
gr%.Temuan ini mendukung diagnosis pasien ini pada malaria
berat.
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
• Anemia disebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan,
eritrosit normal tidak dapat hidup lama, dan gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang. Menurut
Geoffrey Pasvol, indikasi transfusi pada penderita malaria apabila Hb
kurang dari 7 g/dl pada orang dewasa.

Pada pasien ini, Hb 3,0 g/dL sehingga diberikan transfusi PRC


sebanyak 600cc
• Pada pasien ini didapatkan masalah akibat malaria berat
yaitu trombositopenia akibat permukaan eritrosit terdapat
tonjolan-tonjolan, yang disebut knob, sehingga eritrosit
terinfeksi parasit akan bersifat mudah melekat, terutama
pada eritrosit sekitarnya yang tidak terinfeksi, trombosit dan
endotel kapiler yang menyebabakan berkurangnya jumlah
trombosit yang beredar dalam darah. Dimana Pada pasien ini
di dapatkan trombosit 100.000. Pemberian tranfusi
trombosit pada penderita malaria tidak diperlukan karena
kadar trombosit dapat meningkat seiring dengan pemberian
terapi anti-malaria.
Pada malaria diberikan dosis awal 2,4 mg/kgBB pada 12 jam pertama,
kemudian dilanjutkan pada 12 jam berikutnya. Pemberian dilakukan pada
hari ke 2 sampai dengan hari ke 4 dengan dosis 2,4mg/kgBB/ hari atau
sampai pasien mampu makan dan minum.
• Pada pasien ini diberikan artesunat injeksi II vial. Setelah
pasien sudah bisa minum obat dan produksi urinnya sudah
tidak pekat maka artesunat diganti darplex 1x4 tablet
selama 3 hari dan primaquin 1x1 tablet single dose

Anda mungkin juga menyukai