Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DIABETES MELITUS BESERTA

PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS DI


PUSKESMAS KUALA BATEE

Pembimbing:
dr.Ahmad Fauzi

Disusun Oleh :
dr. Emmi Rosita

PUSKESMAS KUALA BATEE


ACEH BARAT DAYA ACEH
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya


kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi
DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.

WHO kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun


2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Tujuan

1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Kuala Batee terhadap diabetes melitus sehingga dapat dilakukan promosi
kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang
tidak menderita diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk
masyarakat yang menderita diabetes melitus tetapi tidak berobat rutin

2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja


Puskesmas Kuala Batee yang menjadi faktor resiko diabetes melitus
sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.
Manfaat

1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.

2. Bagi puskesmas dan masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat


menjadi bahan masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus
dan perlunya mengenali diabetes melitus lebih dini untuk menekan
prevalensi penyakit diabetes melitus di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA) 2005 Diabetes melitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

WHO 1980 diabetes melitus merupakan suatu kumpulan


problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan fungsi insulin.
Epidemiologi Diabetes Mellitus
Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Melitus
Makanan mulut

lambung metabolisme

usus

Glucose transport ←DNA ←reseptor ← insulin

DM tipe I » kelainan sekresi insulin oleh sel prankreas

DM tipe II »jumlah insulin normal namun reseptor insulin ↓

Patofisiologi Diabetes Melitus


• Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

• Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
• Pemeriksaan penyaring

KGD PUASA
 Normal :<100
 GDPT : 100-125
 DM : >126

TTGO (2 jam post pembebanan)


• Normal :<140
• TGT : 140-199
• DM : >200

Diagnosa
DIAGNOSA DM ( Perkeni 2015)

 KGDP ≥126 mg/dl


 TTGO≥200 mg/dl
 KGD R ≥ 200 mg/dl + gejala Klasik
 Salah satu kriteria diagnostik adalah kadar HbA1C (≥6,5 %) → diperiksa
interval3-6 bulan sekali.
Hipoglikemia

retinopati infeksi

neuropati nefropati

Komplikasi Diabetes Melitus


Terapi gizi Latihan Intervensi
Edukasi
medis Jasmani farmakologis

Pilar penatalaksanaan DM
• Mengikuti pola makan sehat
• Meningkatkan kegiatan jasmani
• Menggunakan obat diabetes
• Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
• Melakukan perawatan kaki secara berkala

Edukasi
Karbohirat

dianjurkan sebesar 45-65% total asupan


energi.

Lemak
dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak boleh »30% total asupan energi.

Protein

Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan


energi.

Terapi Gizi Medis


natrium
tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan
6-7 g (1 sendok teh) garam dapur..

serat
Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/1000
kkal/hari.

Pemanis
i alternatif

pemanis bergizi dan pemanis tak bergizi.

lanjutan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal,
ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu
jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan.

Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.


• Normal : BB ideal ± 10 %
• Kurus : < BBI - 10 %
• Gemuk : > BBI + 10 %

Kebutuhan kalori
Latihan jasmani
pemicu sekresi insulin (insulin
secretagogue):sulfonilurea dan glinid

penghambat glukoneogenesis (metformin)

penambah sensitivitas terhadap insulin:


metformin, tiazolidindion

penghambat absorpsi glukosa: alfa


glukosidase inhibitor ( Acarbose) .

Intervensi Farmakologis
• 15-30 menit sebelum makan
• Pilihan pertama untuk pasien berat badan kurang/ normal
• Kerja pendek: glikuidon
Sulfonil • Kerja sedang: glibenclamid
• Kerja panjang: glimepiride
urea

• Sesaat/ sebelum makan


• Cara kerja sama dengan sulfonil urea
• Masa kerja glinid lebih pendek →cocok untuk hiperglikemia
post prandial.
glinid • Repeglinid
• nateglinid

Cara Pemberian OHO


• Sebelum /pada saat/ sesudah makan
• efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), memperbaiki
ambilan glukosa perifer. dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
metformin • Efek mual.

• Bersama makan suapan pertama


• mengurangi absorpsi glukosa di usus halus → kadar glukosa darah sesudah
makan ↓
acarbose • efek flatus, diare, meteorismus.

• Tidak bergantung pada jadwal makan


• efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
Tiazolidindion pengangkut glukosa → ambilan glukosa di perifer ↑.

lanjutan
• BB ↓ cepat
• Hiperglikemia berat + ketosis
• Ketoasidosis diabetik
• Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
• Hiperglikemia dengan asidosis laktat
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis maksimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
• Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

Insulin
Pendekatan populasi beresiko

• Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik


masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup
beresiko.

Pendekatan individu beresiko


tinggi
• a. umur > 40 tahun
• b. gemuk
c. hipertensi
d. riwayat keluarga DM
e. riwayat melahirkan bayi >4 kg
f. riwayat DM pada saat kehamilan
g. dislipidemia

Strategi pencegahan
BAB III
KERANGKA KONSEP
BAB IV
METODE PENELITIAN

• Rancangan mini project


metode deskriptif dengan cara pengumpulan data melalui
wawancara terstruktur kemudian edukasi secara individual
terutama pada subjek yang tidak mengerti tentang diabetes
melitus tetapi memiliki faktor resiko menderita penyakit
tersebut.

• Waktu dan Tempat Mini Project


dilaksanakan pada tanggal 01 November- 15 Desember 2018
di poli dan IGD Puskesmas Kuala Batee.
• Populasi Mini Project
masyarakat yang berobat ke Puskesmas Kuala
Batee (acak).

• Subjek Mini Project


Subjek terdiri dari 4 orang laki-laki dan 17 orang
perempuan.
Subjek dengan
usia 41-50 tahun berjumlah 14 orang
usia 51-60 tahun berjumlah 6 orang
usia 61-70 tahun berjumlah 1 orang.
BAB V
HASIL PENELITIAN

• bahwa 2 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu


diabetes melitus/kencing manis dan bagaimana gejalanya,
sesuai dengan pernyataan subjek nomor 6 “saya tidak tau
kencing manis itu apa, yang saya tau penyakit kencing
manis itu ya kencing kita yang rasanya manis”

• Sementara itu, sejumlah 12 orang mengerti apa itu


diabetes melitus/kencing manis dan mengetahui gejala
pernyertanya.
• 7 orang subjek yang mengetahui gejala kencing manis,

• 3 orang menyebutkan gejalanya adalah sering buang air


kecil terutama pada malam hari,

• 2 orang menyebutkan lemas/mengantuk,

• 3 orang menyebutkan keluhan sering lapar meskipun


sudah banyak makan, 4 orang menyebutkan keluhan
sering haus,
• 2 orang menyebutkan keluhan luka yang tidak sembuh-
sembuh,

• 1 orang menyebutkan keluhan berat badan menurun,


impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh tubuh terutama
daerah kemaluan.
• 8 orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita
diabetes mellitus, seperti yang disebutkan oleh subjek
nomor 2 “kakak saya juga menderita kencing manis,
begitu pula almarhumah mama saya”.

• 2 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary


life style) sesuai pernyataan subjek nomor 11 “saya
setiap hari habis bangun subuh terus lanjut tidur lagi”
• 5 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi
gula 1 sendok makan , dan

• 2 orang diantaranya memiliki status gizi yang


berlebih/obesitas.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

• Kesimpulan

Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Kuala Batee terhadap diabetes melitus belum merata.

Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja


Puskesmas Kuala Batee menjadi faktor resiko diabetes melitus.
Oleh karena itu, promosi kesehatan primer nampaknya
akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara individual
(seperti konseling)
• Saran

Di wilayah sekitar Puskesmas Kuala Batee perlu dilakukan


promosi kesehatan terutama sebagai upaya pencegahan primer
dan sekunder dalam masyarakat terhadap penyakit diabetes
melitus.
Brosur penyuluhan individu

Anda mungkin juga menyukai