Anda di halaman 1dari 17

PEMBAGIAN TEORITIS

 Menurut Cristina de Maglie (Corporate


Crime and Sentencing: The Italian
Solution), ada 3 jenis sanksi untuk
korporasi :
1) Financial sanctions (denda);
2) Structural sanctions (pembatasan
kegiatan usaha; pembubaran korporasi);
3) Stigmatising sanctions (pengumuman
keputusan hakim; teguran korporasi).
Sbr: lht file Korporasi – korpo-daniel-cristina
• Menurut Gunter Heine
(Sanctions in the field of
Corporate Criminal Liability) :

1) Monetary sanction :
• recognisance;
• skimming-off of extra profits;
• forfeiture;
• compensation;
• restitution;
• exclusion from advantages;
• fees effecting enterpreneurial ethics;
• punitive damages;
• fine often including forfeiture;
• total confiscation of property;

Sbr : file korporasi – markus wagner


2) Restriction on enterpreneurial activities :
– suspension of certain rights;
– prohibition of certain activities;
– regulating organization and production;
– removal of managers;
– sequestration, appointment of a trustee;
– obligatory sale of a company;
– closure of the enterprise/departments thereof;
– winding-up of the enterprise (mengakhiri/menyudahi ->
pembubaran)

3) Sanksi lainnya :
– warning, reprimand;
– decision declaratoring of responsibility;
– equaty fines;
– corporate probation;
– publication of the judgment
JENIS SANKSI PIDANA
KORPORASI DALAM KUHP

• Kebanyakan negara tidak mengatur


(dalam Aturan Umum) jenis sanksi
pidana khusus untuk korporasi.
• Tidak membedakan jenis pidana untuk
“orang” & “korporasi”;

• Yang membuat ketentuan tersendiri


antara lain :
• Perancis
• Norwegia
KUHP PERANCIS
Dalam Buku I Title III ttg. “Penalties”,
Chapter I tentang “Jenis-jenis Pidana” (The
Nature of Penalties) dibedakan :
• Section 1 : Pidana untuk Orang (Penalties
applicable to Natural Persons), mulai Article 131-
1 s/d 131-36; dan

• Section 2 : Pidana untuk Badan Hukum


(Penalties applicable to Legal Persons), mulai
dari Article 131-37 s/d 131-49 : dibedakan sanksi
untuk :
• Felonies (kejahatan) & misdemeanor
(pelanggaran) ; dan
• Petty offences (pelanggaran kecil)
DI PERANCIS : Untuk Felonies &
Misdemeanours
1) Denda (Art. 131-37);
2) Salah satu atau lebih sanksi dalam Article 131-39 :
a. Pembubaran (dissolution),
b. Larangan melakukan satu atau lebih kegiatan sosial atau
kegiatan profesional (prohibition to exercise one or more social
or professional activity),
c. Pengawasan judisial (placement under judicial supervision);
d. Penutupan selamanya atau sementara (permanent closure or
closure for up to five years)
e. Pembatalan tender publik (disqualification from public tenders)
untuk selamanya atau sementara;
f. Larangan permintaan dana kpd publik (prohibition to make a
public appeal for funds);
lanjutan
g. Larangan mengeluarkan cek & menggunakan kartu kredit
(prohibition to draw cheques & to use credit cards) ;
h. Perampasan barang (confiscation of the thing) yg digunakan,
akan digunakan, atau yang dihasilkan;
i. Pengumuman keputusan pidana (the public display of the
sentence)

Catatan :
– pidana sub (a) dan (c) tidak dapat dikenakan kpd. Badan
hukum publik, partai politik, yayasan/ asosiasi, atau serikat
sekerja/koperasi;
– pidana sub (a) tidak dapat dikenakan kpd. Lembaga-lembaga
pekerja/buruh.
– Sanksi di atas tidak menghalangi dijatuhkannya satu atau
lebih pidana tambahan dalam Psl. 131-43
Untuk “Petty offences”
1) a fine; art. 131-40
2) the penalties entailing forfeiture or restriction of
rights set out under article 131-42 (dapat satu
atau lebih) :
– 1° prohibition to draw cheques, and the
prohibition to use credit cards, for a maximum
period of one year;
– 2° confiscation of the thing which was used or
was intended for the commission of an offence, or
of any thing which is the product of it.
Catatan :
– Sanksi di atas tidak menghalangi dijatuhkannya
satu atau lebih pidana tambahan dalam Psl. 131-43
KUHP NORWEGIA
 § 48 a.
3) The penalty shall be a fine. The enterprise may also by a
judgment be deprived of the right to carry on business or
may be prohibited from carrying it on in certain forms, cf.
section 29.

 Jenis sanksi pidana untuk “enterprise” ialah :


1) pidana denda (a fine);
2) perampasan hak untuk melakukan bisnis (deprived of the
right to carry on business) ; atau
3) larangan melakukan kegiatan bisnis tertentu (prohibited
from carrying it on in certain forms).
PEDOMAN PEMIDANAAN KORPORASI
(Psl. 48a NORWEGIA)
Dalam menetapkan, apakah pidana dalam Psl. 48a akan dikenakan
kepada “enterprise”, harus mempertimbangkan :
a. Efek preventif dari pidana itu,
b. Sifat serius (bobot) tindak pidana;
c. Apakah “enterprise” telah mencegah terjadinya delik itu (berda-
sarkan pedoman, instruksi, pelatihan, kontrol, atau tindakan lain);
d. Apakah delik itu dilakukan untuk memajukan kepentingan peru-
sahaan itu;
e. Apakah perusahaan itu telah atau dapat memperoleh keuntungan
dari tindak pidana itu;
f. Kemampuan ekonomi dari perusahaan itu;
g. Apakah sanksi-sanksi lain sebagai akibat dari delik itu telah
dikenakan kepada perusahaan itu atau pada seseorang yang
melakukan atas nama perusahaan, termasuk apakah pidana telah
dikenakan kepada individu perorangan.
Paragraf 6 Korporasi
Pasal 48
• Korporasi merupakan subjek tindak pidana.
Pasal 49
• Tindak pidana dilakukan oleh korporasi jika
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kedudukan fungsional dalam struktur organisasi
korporasi yang bertindak untuk dan atas nama
korporasi atau demi kepentingan korporasi,
berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan
hubungan lain, dalam lingkup usaha korporasi
tsb, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama.
• Pasal 50
• Jika tindak pidana dilakukan oleh korporasi,
pertanggungjawaban pidana dikenakan terhadap
korporasi dan/atau pengurusnya atau personil
pengendali korporasi.
• Pasal 51
• Korporasi dapat dipertanggungjawabkan secara pidana
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan untuk
dan/atau atas nama korporasi, jika perbuatan tersebut
termasuk dalam lingkup usahanya sebagaimana
ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain
yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan.
• Pasal 52
• Pertanggungjawaban pidana
pengurus korporasi dibatasi
sepanjang pengurus mempunyai
kedudukan fungsional dalam struktur
organisasi korporasi.
• Pasal 53
• (1) Dalam mempertimbangkan suatu tuntutan
pidana, harus dipertimbangkan apakah bagian
hukum lain telah memberikan perlindungan
yang lebih berguna daripada menjatuhkan
pidana terhadap suatu korporasi.
• (2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dinyatakan dalam putusan
hakim.

• Pasal 54
• Alasan pemaaf atau alasan pembenar
yang dapat diajukan oleh pembuat yang
bertindak untuk dan/atau atas nama
korporasi, dapat diajukan oleh korporasi
sepanjang alasan tersebut langsung
berhubungan dengan perbuatan yang
didakwakan kepada korporasi.
KONSEP KUHP 2015
• Paragraf 9
• Pidana Pengganti Denda untuk Korporasi
• Ps. 87 . Jika pengambilan kekayaan atau
pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 84 ayat (2) tidak dapat
dilakukan maka untuk korporasi dikenakan
pidana pengganti berupa pencabutan izin
usaha atau pembubaran korporasi.

Anda mungkin juga menyukai