Anda di halaman 1dari 10

REFERAT KEPANITERAAN ILMU GERIATRI

“ULKUS DEKUBITUS”
ULKUS DEKUBITUS
Ulkus dekubitus  kerusakan kulit 
akibat kekurangan aliran darah dan iritasi
(kulit yang menutupi tulang yang menonjol)
 kulit tersebut mendapatkan tekanan
dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya
dalam jangka panjang.1,2,4,7
National Pressure Ulcer Advisory Panel
(NPUAP), ulkus dekubitus  suatu daerah
tertekan yang tidak nyeri, batas yang
tegas, biasanya pada penonjolan tulang,
 iskemik, kematian sel dan nekrosis
jaringan.
ULKUS DEKUBITUS
Etiologi Faktor Resiko

•Iskemik  penyebab utama. •Usia yang tua,


•Kurangnya mobilitas, •Perawatan di rumah sakit yang
•Kontraktur, lama,
•Spastisitas, •Orang yang kurus,
•Berkurangnya fungsi sensorik, •Inkontinesia urin dan alvi,
•Paralisis, •Merokok,
•Malnutrisi, •Penurunan kesadaran mental,
•Anemia, •Penyakit lain (DM dan gangguan
•Hipoproteinemia, vaskuler) 4,6,8
ST. 1

ST. 2

ST. 3

ST. 4
KLASIFIKASI
1. Tipe normal
 Beda temperatur <2,5oC dibandingkan kulit sekitarnya
 Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran
darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
 Akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu.

2. Tipe arterioskelerosis
• Beda temperatur <1oC antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya.
• Gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut
perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan.
• Sembuh dalam 16 minggu dengan perawatan.

3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
KOMPLIKASI
•Infeksi setempat (bersifat multibakterial (aerobik & anerobik),
•Keterlibatan jaringan tulang dan sendi  periostitis, osteitis,
osteomielitis, artritis septik
•Septikemia,
•Anemia,
•Hipoalbuminemia,
•Kematian.2,7,9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
•Kultur dan analisis urin  pada •Pemeriksaan darah  melihat
keadaan inkontinensia  melihat reaksi inflamasi yang terjadi
ada masalah ginjal / ISK (leukosit & LED). Kultur darah 
bakteremia dan sepsis.
•Kultur tinja  pada keadaan
inkontinesia alvi  melihat leukosit •Nutrisi  proses penyembuhan
dan toksin Clostridium difficile. (albumin level, prealbumin level,
transferrin level, dan serum protein
•Biopsi  pada keadaan luka yang level)
tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan yang intensif / ulkus •Radiologis  melihat adanya
dekubitus kronik  melihat proses kerusakan tulang akibat
yang mengarah keganasan. osteomyelitis. (sinar-X, scan tulang
atau MRI)
PRINSIP TATALAKSANA
1. Perawatan luka harus dibedakan ke dalam metode operatif dan
nonoperatif.
2. Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus
dekubitus stadium 1 dan 2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4
harus menggunakan metode operatif.
3. Sekitar 70-90% ulkus dekubitus adalah superfisial dan sembuh
dengan penyembuhan sekunder.
4. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus.
TATALAKSANA
Non-medikamentosa Medikamentosa
•Pengaturan diet  diet yang • Kompres / pencucian  lar. NaCl
tinggi kalori, protein, vitamin dan 0,9%; lar. H202 3%+NaCl 0,9%
mineral  meningkatkan status • Mengangkat jaringan nekrotik
gizi  memperbaiki sistem imun (debridement)
 mempercepat penyembuhan. • Mengatasi infeksi  antibiotik
sistemik
•Rehabilitasi medik  radiasi
infra merah, short wave • Merangsang pembentukan
diathermy, dan pengurutan jaringan granulasi dan epitelisasi
memberikan efek peningkatan  salep asam salisilat 2%,
vaskularisasi  membantu preparat seng (ZnO, ZnSO4)
penyembuhan ulkus. • Tindakan bedah  myocutaneous
flap, skin graft serta intervensi
lainnya terhadap ulkus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendland, Susan L., dkk. Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T. DiPiro, dkk, editor.
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edisi 6. Chicago: McGrawHill Company; 2005. p1998-90
2. Staf Mayoklinik. 2007. Bedsores (pressure sores). Availaible from: www.mayoclinic.com diakses tanggal
22 Januari 2017
3. Jr, Don R Revis. 2008. Decubitus Ulcer. Availaible from: www.emedicine.com diakses tanggal 22 Januari
2017
4. Hidayat, Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar Hamzah. Ulkus Dekubitus . Dalam Cermin Dunia
Kedokteran No. 64, Tahun 1990. Availaible from: www.kalbe.co.id diakses tanggal 22 Januari 2017
5. Wilhelmi, Bradon J. 2008. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and Principles. Availaible from:
www.emedicine.com diakses tanggal 22 Januari 2017
6. Anonim. 2008. Bedsores. Availaible from: www.dermnetnz.org diakses tanggal 22 Januari 2017
7. Salcido, Richard. 2006. Pressure Ulcers and Wound Care. Availaible from: www.emedicine.com diakses
tanggal 22 Januari 2017
8. Thomas, David R. Prevention and treatment of pressure ulcers: What works? What doesn’t? Dalam
Cleveland Clinic Journal Of Medicine. Volume 68 Number 8 Augustus 2001. Availaible from: www.ccjm.org
diakses tanggal 22 Januari 2017
9. Kirman,Christian N. 2008. Pressure Ulcers, Nonsurgical Treatment and Principles. Availaible from:
www.emedicine.com diakses tanggal 22 Januari 2017
10.Pershall, Linda D.2008. Decubitus Ulcer Information and Stages of Wounds. from: http://expertpages.com
diakses tanggal 22 Januari 2017
11.Anonim. 2006. Decubitus Ulcers. Availaible from: www.expertlaw.com diakses tanggal 22 Januari 2017
12.Susanto, Heri. 2008. Integumen Disorder. Availaible from: http://els.fk.umy.ac.id diakses tanggal 22
Januari 2017
13.Anonim 2008. Pressure Sores, Pressure Ulcers or Decubitus Ulcers. Availaible from: www.apparelyzed.com
diakses tanggal 22 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai