Anda di halaman 1dari 10

Gerakan Sparatisme

“pemberontakan PRRI dan


Permesta”
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) merupakan salah satu
gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat
yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 dengan keluarnya
ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad
Husein Padang, Sumatera Barat
Perdjuangan Rakyat Semesta (Permesta) adalah sebuah gerakan baru militer
di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pimpinan sipil oleh Letkol Ventje
Sumual. Pada tanggal 17 Februari 1958 Letnan Kolonel D.J Sumba,
menyatakan diri putus hubungan dengan Pemerintah Pusat dan mendukung
sepenuhnya PRRI
Pemimpin utama : syafrudin prawiranegara
Pemimpin daerah : -sumatera Barat (Dewan Banteng): Kol. Ahmad Husein
-Sumatera Utara (Dewan Gajah) : Kol. Simbolan
-Sumatera Selatan (Dewan Garuda) :Kol. Barlian
-Sulawesi Utara (Dewan Manguni) : Kol. Ventje Sumual
Untuk mengatasi pemberontakan, dikeluarkan Dekrit Presiden
Merupakan pemberontakan terbesar yang hampir meruntuhkan NKRI.
Pengaruh dari PKI
terhadap pemerintah
pusat dan hal ini
Tingkat kesejahteraan menimbulkan terjadinya
prajurit dan masyarakat kekecewaan pada
yang sangat rendah daerah tertentu.
Kekecewaan atas minimnya Ketidakpuasaan dari beberapa
kesejahteraan tentara di Sumatera daerah yang berada di wilayah
ddan Sulawesi Sumatera dan Sulawesi terhadap
alokasi biaya pembangunan yang
diberikan oleh pemerintah pusat.
Kekecewaan tersebut diwujudkan Tokoh sipil dan pusat yang
dengan pembentukan dewan- berpartisipasi : Syafruddin
dewan daerah sebagai alat Prawiranegara, Burhanuddin
perjuangan tuntutan. Harahap dan Mohammad Natsir.
Latar Belakang

 Adanya hubungan yang tidak harmonis antara pemerintah pusat dengan


pemerintah daerah terutama di Sumatera dan Sulawesi mengenai
masalah otonomi daerah dan perimbangan keungan antarapusat dan
daerah.
 Kekecewaan atas kesejahteraan tentara yang tidak terpenuhi
 Kesenjangan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
 Meluas => tuntunan otonomi daerah => mendapat dukungan dari
dukungan dari sejumlah perwira militer => PRRI
Pada tanggal 30 November 1957 hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah menjadi memburuk
karena adanya usaha pembunuhan yang gagal
terhadap presiden Soekarno yang terjadi di Cikini saat dia
akan berkunjung ke skolah putranya.
Para pemimpin Masyumi dan Partai Sosiialis diintimidasi oleh kelompok
pemuda yang pro-pemerintah. Akibatnya, sejumlah tokoh seperti
Mohammad Nasir, sjarifuddin Prawiranegara, dan Sumitro
Djojohadikusuma mengungsi ke Sumatera Tengah. Disana mereka
bergabung dengan beberapa panglima yang berada di Sumatera
dan membentuk Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
SEBAB SEBAB KELUAR

 Pemberontakan PPRI dan Permesta terjadi karena adanya ketidakpuasaan


beberapa daerah di Sumatra dan Sulawesi terhadap alokasi biaya
pembangunan dari pemerintah pusat. Ketidakpasaan tersebut didukung
oleh beberapa panglima militer.
 Selain itu ada pula penyebab PRRI dan Permesta ingin keluarga dari
Indonesia
 1. kondisi politik
 2. kondisi perekonomian
 3. permasalahan Militer di Indonesia
Tujuan

Ialah guna mendorong pemerintah supaya memperhatikan pembangunan


negeri secara menyeluruh, sebab saat itu pemerintah hanya fokus pada
pulau Jawa.
Meskipun alasan yang dilakukan oleh PRRI ini benar, namun cara yang
digunakan untuk mengooreksi pemerintah pusat itu salah. PRRI menuntut
kepada pemerintah pusat dengan nada paksaan, sehingga pemerintah
menganggapnya pemberontakan. Hal tersebut menimbulkan kesan bagi
pemerintah pusat bahwa PRRI adalah suatu pemberontakan padahal
sebenarnya PRRI ingin membenahi dan memperbaiki sistem pembangunan RI
DAMPAK

1. Pemerintah pusat membentuk sebuuah pasukan untuk menumpas


pemberontakan yang dilakukan PRRI
2. Adanya pertumpahan darah dan jatuhnya korban jiwa baik dari TNI
maupun PRRI
3. Pembangunan menjadi terbengkalai
4. Timbulnya rasa trauma masyarakat Sumatera terutama daerah Padang
Akhir pemberontakan

 Pemberontakan di sumatera dapat dengan mudah ditumpas pada bulan


Agustus 1958-1961 oleh pemerintah. Mereka tidak melakukan perlawanan
yang berarti. Pasukan banyak yang melarikan diri, bersembunyi dan
menyerah. Para tentara kebanyakan dari para pelajar dan mahasiswa
yang belum berpengalaman dalam perang. Tawanan Soekarno dan
Nasution tentang pemberan amnesti, abolisi dan rehabilitasi diterima oleh
mereka.

Anda mungkin juga menyukai