Anda di halaman 1dari 19

ANESTESI PADA OBESITAS

DI S U SU N OL E H
I G A FA L DI NI G A ZA L I
1 1 0 2013130
P E M BI MBI NG
D R. A G U S S A P T I A DY, S P. A N
Obesitas merupakan suatu
kelainan komplek pengaturan
Faktor genetik diketahui
nafsu makan dan
sangat berpengaruh bagi
metabolisme energi yang
perkembangan penyakit ini.
dikendalikan oleh beberapa
faktor biologik spesifik.

Obesitas didefinisikan
sebagai akumulasi lemak
yang tidak normal atau
berlebihan dijaringan
adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan.
Overweight
13.5% dan
obesitas
15.4%. (2013)

600 juta
penduduk
memiliki BMI
≥ 30kg/m2

WHO 2014, 1.9 milyar


penduduk dunia
memiliki BMI ≥
25kg/m2
Hipertensi

OBESITAS Diabetes Mellitus

Hiperlipidemia

Obstructive Sleep
Apnea (OSA)
IMT Kategori IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18.5
Kisaran normal 18.5 – 24.9
Berat badan lebih > 25
Pra-obes 25.0 – 29.9
Obes tingkat I 30.0 – 34.9
Obes tingkat II 35.0 – 39.9
Obes tingkat III > 40.0
Manajemen Anestesi Pada
Pasien Obesitas
Opioid dan obat sedatif dapat menyebabkan depresi
Pra operasi
napas pada pasien obesitas, maka obat-obatan jenis
ini sebaiknya dihindari.
Obat-obatan yang dimasukan dengan cara injeksi IM
dan sub-kutan juga sebaiknya tidak digunakan.

Resiko aspirasi asam lambung  pasien obesitas


sebaiknya diberikan profilaksis berupa kombinasi H2
blocker (ranitidin 150mg per oral) dan prokinetik
(metoklopramid 10mg per oral) 12 jam dan 2 jam
sebelum pembedahan.
Pasien obesitas memilki risiko >> untuk mengalami
infeksi pada luka paska-operasi, maka pemberian
antibiotik sebagai profilaksis dapat dipertimbangkan.

DVT  dapat diberikan heparin dosis rendah sebagai


profilaksis dan diteruskan setelah operasi sampai pasien
dapat bergerak.

Pemeriksaan : ro dada, EKG, dan analisis gas darah


pemeriksaan darah lengkap, foto thoraks, fungsi paru
dan oksimetri. Pasien yang dicurigai menderita OSA
disarankan melakukan tes polysomnografi.
Regional anestesi dengan peralatan dan teknik biasa
terkadang sulit dilakukan

Pasien juga harus diingatkan risiko spesifik dari anestesi,


kemungkinan dilakukannya intubasi dalam kesadaran
penuh, pemberian ventilasi pascaoperasi mengingat
pasien obesitas mungkin sulit untuk diintubasi.

Penderita obesitas yang akan menjalani operasi harus


diperiksa gula darahnya, baik gula darah sewaktu atau
dapat juga dilakukan tes toleransi glukosa.
Intra-operasi
Dianestesi di atas meja operasi di dalam kamar
operasi untuk mempermudah proses pemindahan
pasien sehingga mengurangi risiko cedera baik
pada pasien maupun pada petugas kesehatan.

Setelah pasien diposisikan, maka perhatian


khusus harus diberikan pada bagian-bagian tubuh
yang tertekan selama operasi untuk menghindari
kerusakan saraf akibat penekanan.
Jika monitoring tekanan darah dilakukan, maka harus tersedia
ukuran manset yang sesuai.

Anestesi regional pada pasien obesitas menurunkan risiko


dari kegagalan intubasi dan aspirasi asam lambung.

Untuk pembedahan dada dan abdomen, sebagian besar


dokter anestesi menggunkan teknik kombinasi epidural dan
anestesi umum.

Teknik ini memberikan lebih banyak keuntungan dibandingkan


jika menggunakan anestesi umum saja, karena akan mengurangi
penggunaan opioid dan anestesi inhalasi.
Pasien obesitas memerlukan dosis anestesi spinal 20-25%
lebih sedikit daripada dosis normal karena vena epidural
yang terdistensi dan tekanan intra-abdomen yang meningkat
menyebabkan menyempitnya ruang epidural

Berat badan total (total body weight) seseorang terdiri


dari berat badan tanpa lemak (lean body weight) dan
berat lemak pada tubuh orang tersebut

Secara teoritis, cadangan lemak yang banyak akan


meningkatkan volume distribusi dari obat yang larut dalam
lemak (benzodiazepin, opioid).
Dosis obat-obatan seperti ini dihitung berdasarkan
berat badan total, sedangkan dosis obat-obatan
yang tidak larut dalam lemak dihitung berdasarkan
berat badan tanpa lemak.

Perlu diketahui jenis obat-obatan yang larut dalam


lemak dan yang larut dalam air untuk menentukan
apakah dosis obat tersebut dihitung berdasarkan
berat badan total, berat badan tanpa lemak, atau
bahkan berat badan ideal.
Pasien obesitas biasanya diintubasi pada
semua kasus anestesi umum kecuali pada
kasus anestesi umum yang sebentar.

Beberapa sumber menyarankan intubasi


dilakukan dalam kesadaran penuh terutama jika
berat badan sesungguhnya > 175% berat badan
ideal.

Apabila terdapat gejala OSA, maka sudah dapat


dipastikan morfologi jalan napas bagian atas
yang sedikit berbeda yang membuat pemakaian
sungkup menjadi sulit, sehingga intubasi dalam
kesadaran penuh lebih disarankan.
Posisi pasien saat intubasi
dilakukan sangat membantu dan
auskultasi napas untuk
memastikan apakah ETT sudah
masuk.

Ventilasi terkendali mungkin


membutuhkan konsentrasi
oksigen inspirasi yang lebih
besar untuk mencegah
hipoksia, terutama pada posisi
lithotomi, Trendelenburg, atau
tengkurap.
Paska Operasi
• Kegagalan napas merupakan masalah pasca-operasi terbesar
pada pasien obesitas.

• Risiko hipoksi pasca-operasi meningkat pada pasien dengan


hipoksi pra-operasi yang diikuti dengan pembedahan rongga
dada atau abdomen bagian atas.

• Ekstubasi harus ditunggu hingga kerja dari pelumpuh otot


telah dibalikkan dan pasien sadar. Pasien obesitas harus tetap
diintubasi hingga jalur napas yang adekuat dan volume tidal
dapat dipertahankan secara pasti.
Untuk penatalaksanaan nyeri
paska-operasi, analgesik Pemberian analgesik epidural
epidural dengan opioid atau juga dapat diiringi dengan
anestesi lokal merupakan pemberian parasetamol atau
pilihan yang paling efektif dan NSAIDs
aman bagi pasien obesitas.

Penanganan nyeri yang baik


akan membuat pasien dapat
melakukan mobilisasi lebih
awal untuk mengurangi risiko
terjadinya infeksi paru dan
trombosis vena dalam.
Hal lain yang perlu diperhatikan:

Infeksi Luka Oprasi

Kontrol gula darah pasien obesitas paska-operasi.

Pemberian antibiotik dengan waktu dan dosis yang tepat.


Kesimpulan
Kondisi pasien yang berkaitan erat dengan gangguan
sistem kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, dan
metabolisme menuntut klinisi dalam bidang anestesi
untuk dapat memonitor secara ketat perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi selama operasi.

Tindakan pra-operasi, intra-operasi, dan paska-operasi


yang adekuat sangat mendukung keberhasilan
kesembuhan pasien.

Diperlukan kerjasama yang baik, dari dokter, perawat


anestesi, dokter penyakit dalam, maupun dokter bedah
agar kerberhasilan tindakan pada pasien obesitas dapat
tercapai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai