ANAMNESIS
Keluhan utama : tekanan darah tinggi, gerak janin aktif, kenceng-kenceng jarang.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari PKM Sawahan dengan G3P2002 uk 34/35 minggu dengan gemelli,
letak sungsang dan PEB.
Riwayat pernikahan
Status : Menikah
Banyak : 1 kali
Usia kawin : 19 tahun
Lama kawin : 20 tahun
…
Riwayat menstruasi :
HPHT : 29-12-2017
HPL : 05-10-2018
Usia kehamilan : 34/35 minggu
Riwayat kontrasepsi sebelum hamil : Pil selama 15 tahun, terakhir tahun 2017
Riwayat Perawatan Antenatal :
BPM : 11 kali
Sp.OG : 2 kali
…
…
Riwayat persalinan yang lalu :
PEMERIKSAAN FISIK
Status Obstetri
Leopold I
teraba bulat, keras, melenting, tinggi fundus uteri 37 cm.
Leopold II
Letak memanjang, sisi kanan ibu teraba datar seperti papan, DJJ 150 kali/menit, sisi kiri ibu
teraba datar seperti papan, DJJ 153x permenit.
Leopold III
teraba bulat, lunak, tidak melenting bokong
Leopold IV
konvergen bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul (PAP)
Kesimpulan palpasi :Letak janin Letak sungsang-letak sungsang, punggun kanan/punggung kiri, HIS
(-).
TFU= 37 cm, DJJ + 150/+153x/menit
VT : Ø 0 cm
Hematologi Hasil Kimia Klinik Hasil
SGPT 11 U/L
Trombosit 283 x 103/µL
Neutrofil * 76,0 %
Limfosit * 14,9 %
Monosit 6,2 %
DIAGNOSIS
NST
Infus RD5 1000 /24 jam
Injeksi MgSO4
Injeksi Dexamethason 2 x 6 mg selama 2 hari
Nifedipin 3 x 10 mg
Metildopa 3 x 250 mg
Pro SC + MOW Senin 27/08/2018
NST
NST
Diagnosa pre-operasi : G3P2002 34/35 minggu GHHIU
Neutrofil * 80,7 %
Limfosit * 9,7 %
Monosit 9,1 %
Dasar Teori
“Gemelli & Letsu”
DEFINISI
1. Monozigot
• Muncul dari satu ovum tunggal yang dibuahi dan kemudian membagi dua
struktur yang sama, masing-masing dengan potensi untuk berkembang
menjadi suatu individu yang terpisah. Hasil akhir dari proses ini tergantung
pada kapan pembelahan tersebut terjadi.
• Dua embrio akan terjadi, masing-masing dalam kantung yang terpisah dengan
korion yang bersama.
2. Dizigotik
• Kembar dizigotik atau fraternal adalah kembar yang disebabkan dari
ovum yang terpisah. Kembar dizigotik merupakan produk dari dua ovum
dan dua sperma
3. Conjoined Twin
• Kembar dimana janin melekat satu dengan lainnya. Monozigot akibat
segmentasi inkomplit antara usia kehamilan 13-14 hari. Jenis: pygopagus
(sakrum), Thoracopagus (thorax), craniopagus (kepala), omphalopagus
(abdomen).
Klasifikasi :
4. Superfekundasi
• Pembuahan dua ovum dalam satu siklus ovulasi yang sama tetapi bukan
pada koitus yang sama, dan tidak harus oleh sperma dari pria yang sama.
5. Superfetasi
• Kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau bulan setelah
kehamilan pertamaWanita yang telah hamil tetap berovulasi dan dibuahi
sperma, walau ukuran dan berat berbeda, namun akan lahir bersamaan.
Klasifikasi :
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
Plasenta
• Uterus lebih besar (>4 cm) dibandingkan usia kehamilannya.
• Penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak
disebabkan oleh edema atau obesitas.
• Teraba 3 bagian besar janin
• Ballotement lebih dari 1 fetus
• Polihidroamnion
• Banyak bagian kecil yang teraba
• Denyut jantung janin lebih dari 2 dengan jarak berjauhn dan
perbedaan kecematannya paling tidak 8 detak per menit.
• Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan
bayi.
Pemeriksaan Klinis
Inspeksi dan palpasi
DIAGNOSIS Kesan uterus lebih besar dan lebih cepat
tumbuhnya dari biasa
Gerakan-gerakan janin lebih sering
• Ultrasonografi Laboratorium
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang Pada hamil kembar terdapat plasenta besar
berdenyut, dapat ditemukan pada trimester atau ada 2 plasenta, maka produksi HCG akan
1. tinggi.
Dengan pemeriksaan USG, kantong Nilai hematokrit, Hb dan jumlah sel darah merah
gestasional yang terpisah dapat diidentifikasi menurun, berhubungan dengan peningkatan
pada awal kehamilan kembar. volume darah. Kebutuhan Fe melebihi
kebutuhan maternal untuk mensuplai Fe pada
trimester kedua.
Letak dan Presentasi
4. IUGR
• Pada kehamilan kembar pertumbuhan dan perkembangan salah
satu atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak janin
yang terbentuk maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin
besar.
Dasar Teori
“PEB”
DEFINISI
Hipertensi kronik,
• dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mmHg sebelum hamil atau
didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu , atau bila terdapat hipertensi
didiagnosa setelah usia gestasi 20 minggu dan persisten 12 minggu setelah
melahirkan.
Hipertensi gestasional
• dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg untuk pertama
kalinya ketika hamil, bila tidak terdapat proteinuria, dan tekanan darah
kembali normal kurang dari 12 minggu setelah melahirkan.
…
Preeklampsia
• dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg setelah usia gestasi 20 minggu
pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah yang normal dan adanya
gangguan fungsi organ seperti proteinuria, atau komplikasi berat seperti trombositopeni,
gangguan ginjal, gangguan liver, edema paru, gangguan neurologis dan IUGR
• Hipertensi kronis yang disertai dengan gangguan fungsi organ seperti proteinuria, atau
komplikasi berat seperti trombositopeni, gangguan ginjal, gangguan liver, edema paru,
gangguan neurologis dan IUGR
Penelitian berbagai faktor risiko terhadap hipertensi pada
kehamilan / preeklampsia /eklampsia (Cunningham, 2012).
Tingkah
Diet/gizi Iklim / musim laku/sosioekono Hiperplasentosis
mi
Hidrops fetalis :
berhubungan, Diabetes Riwayat pre- Kehamilan
mencapai sekitar mellitus eklampsia. pertama
50% kasus
Peran Prostasiklin
dan Tromboksan
Faktor Gizi •penurunan produksi prostasiklin
(PGI 2) dan pelepasan
tromboksan (TXA2) kerusakan
endotel
MANIFESTASI
Plasenta
• Pada pasien pre-eklampsia terjadi peningkatan
spasme arteriola spiralis desidua.
• Spasme tersebut menyebabkan aliran darah ke
plasenta menurun sehingga oksigenasi untuk janin
berkurang.
• Selain itu struktur plasenta mengalami perubahan
dalam hal menipisnya sinsitium, menebalnya dinding
vascular oleh karena fibrosis.
• Kejadian tersebut dapat berujung pada kejadian
gawat janin, dan bahkan lebih parah menjadi
kematian janin (Cunningham et al., 2012).
Ginjal
• protein positif kerusakan sel glomerulus
menyebabkan peningkatan permeabilitas
membrane basalis sehingga terjadi kebocoran
dan sebabkan proteinuria.
• Oliguria deskuamasi epitel tubulus henle dan
hipertrofi sel juxtaglomerular serta edema
sitoplasmik yang terjadi dapat menyebabkan
retensi garam dan air. Menurunnya aliran darah
ke ginjal akibat hipovolemia (Cunningham et
al., 2012).
Hepar
• Sebuah penelitian mengungkap
bahwa pada hasil pemeriksaan
mikroskopik pada pasien-pasien
PEB terjadi perdarahan pada sel
periportal lobus perifer yang
menyebabkan nekrosis sel hepar
dan peningkatan enzim hepar.
Oleh karena itu pemeriksaan
SGOT/SGPT juga perlu
diperhatikan pada pasien PEB
(Angar, 2009).
Retina
• Pada pasien PEB dapat terjadi
spasme arteriola di diskus
optikus, edema diskus dan
bahkan ablasio retina akibat
eksudasi ke lapisan subretinal.
Parameter klinis yang mudah
dikenali adalah keluhan pasien
berupa pandangan yang tiba-
tiba kabur saat kehamilan
dengan hipertensi terjadi
(Angar, 2009).
Paru- paru
•Pada pasien didapatkan edema paru,
hal ini di buktikan dengan adanya gejala
sesak nafas yang kadang disertai batuk.
•Pada pemeriksaan fisik juga dapat
ditemukan suara rhonki di sepertiga basal
kedua lapang paru.
•Rhonki edema paru dapat didapatkan
pada pasien-pasien PEB akibat kelebihan
cairan di dalam tubuh, sehingga cairan
masuk ke dalam interstisial di paru-paru
dan menyebabkan sesak napas. (Angar,
2009).
PATOFISIOLOGI
Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala berikut :
1. TD ≥ 160 / 110 mmHg
2. Proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+
3. Oliguria ≤ 500 ml / 24 jam disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4. Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus
5. Gangguan visus dan cerebral
6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru atau sianosis
8. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)
9. HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme, LP = Low Platelet Counts)
Tatalaksana
Preeklampsia tanpa Gejala Berat
Preeklampsia
Perawatan poliklinik
Terminasi
• Kontrol 2 kali per minggu. Antihipertensi (-)
Kehamilan
• Evaluasi gejala pemberatan preeklampsia (Tekanan darah, tanda impending, edema paru)
• Cek laboratorium (trombosit, serum kreatinin, albumin, AST/ALT) setiap minggu
• Evaluasi kondisi janin (hitung fetal kick count/hari, kesejahteraan janin (NST dan USG) 2
kali / minggu, evaluasi pertumbuhan janin setiap 2 minggu)
Tidak
Perawatan konservatif:
• Usia kehamilan
• Evaluasi di kamar bersalin • Pemberian anti HT jika
≥ 34 minggu
selama 24-48 jam TD ≥ 160/110
• KPP atau
•Rawat inap hingga • Pematangan paru 2x24
inpartu
terminasi jam
• Perburukan
• Stop MgSO 4 profilaksis • Evaluasi maternal-fetal
maternal - fetal
(1x24jam) secara berkala
Tatalaksana
Preeklampsia dengan Gejala Berat
Anti hipertensi diberikan jika TD ≥ 160/110
Antihipertensi yang direkomendasikan:
Lini 1 : nifedipin short acting
Lini 2 : metildopa
Jika hipertensi emergency: pilih yang IV (efek cepat): nicardipine
Berikan Magnesium Sulfat untuk tatalaksana dan pencegahan eklampsia sesuai syarat
dan indikasi
Konsultasi dengan bagian lain harus disesuaikan indikasi (tidak rutin). Contoh: kondisi
hipertensi emergency, penurunan kesadaran, curiga kelainan jantung atau gangguan
organ lainnya
Cara terminasi
Diusahakan pervaginam. Perabdominam ~ indikasi obstetrik
Ripening misoprostol. Jika > 24 jam konsul fetomaternal : induksi langsung atau SC.
Tergantung pelvic score
Berikan MgSO4 sesuai syarat dan indikasi
Indikasi
1. Jika terjadi kejang / eklampsia untuk menghentikan kejang
(sekaligus dilakukan stabilisasi)
2. Pada kasus preeklampsia berat untuk mencegah agar
tidak terjadi kejang
Konservatif Preeklampsia
dilanjutkan hingga 24 jam
• Berikan pematangan paru (Dexamethason 2 x 6mg i.m
selama 2 hari atau betamethason 1 x 12mg i.m selama 2 hari)
• Evaluasi keseimbangan cairan
Perawatan
Pindah ruangan, lakukan evaluasi ketat
Hipofibrinogenemia
Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum.
Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim.
Prematuritas