Anda di halaman 1dari 222

PELAYANAN PASTORAL

DI SAJIKAN OLEH
Pdt. Dr.Hendry. B. Tarigan, M.Th
Pendahuluan
A. Pentingnya Mata Kuliah ini
1. “Pelayanan Pastoral, adalah bagian integral
dari Teologi Praktikan melaluinya, orang-
orang kudus kepunyaan Allah menerima
pengajaran sesuai dengan kebenaran
Alkitab agar terlengkapi untuk hidup sesuai
dengan kehendak Tuhan, baik secara
pribadi, keluarga, dan jemaat (2 Tim. 3 : 15-
17, Mat. 28 : 19, Ef 4 : 12).
Penjelasan Umum
Pendidikan Teologi
1. Biblika – Memahami 4. Sejarah Gereja –
Alkitab secara Mempelajari
benar— Sejarah Iman
memperhatikan Kristen dan
bahasa Alkitab Perkembangan-
2. Dogmatika – nya
Mempelajari Dasar- 5. Praktika –
Dasar Iman Mempelajari
3. Etika – Menerapkan Iman Kristen
Alkitab secara secara
benar bertanggung Praktis(PAK,PAS-
jawab TORAL, DLL)
2. Dasarnya
a. Allah sendiri berkenan menjadi gembala
bagi umatNya dan Dialah satu-satunya
Gembala Agung (Maz. 23, Yoh. 10:11; 1 Pet
5:4)
b. Allah mengetahui kebutuhan umatNya yang
sangat memerlukan pelayanan
penggembalaan, dan karena itu Ia berkenan
mengangkat gembala-gembala pelaksana
untuk mengembalakan umatNya (Yeh. 34;
Bil. 27:16-17; Yoh. 21 : 15-17).
C. Roh Kudus yang memberi karunia untuk
melaksanakan tugas penggembalaan ini (I Kor.
12 : 28, Ef 4 : 11) dan menetapkan penatua-
penatua dalam gereja lokal untuk menjadi
gembala-gembala bagi umat ketebusanNya (kis.
2 : 28). Ia juga yang memerintahkan mereka agar
menggembalakan umat Allah dengan penuh rasa
tanggung jawab ( 1 Petrus 5 : 1-4)
Lingkup dan sasaran mata kuliah ini
Dalam mata kuliah ini akan dibahas tentang
panggilan, kepribadian, visi dan aspek-aspek
lainnya yang terkait. Serta fungsi seorang
gembala, dalam terang Firman Tuhan diharapkan
agar para mahasiswa memperoleh pemahaman
secara luas tentang pelayanan pastoral,
menghayatinya dan mengamalkannya dalam
kehidupan dan pelayanan pribadi sesuai dengan
panggilan Tuhan bagi mereka.
Pengertian Istilah
1. Pelayanan pastoral atau penggembalaan berasal dari
kata dasar “gembala”yang diterjemahkan dari kata
shepherd atau pastor (Inggris) dan poimen (yunani) yang
berarti örang yang memberi makan (memelihara,
merawat), membimbing dan melindungi (dari bahaya
terhadap kawanan domba. “Penggembalaan berarti hal-
hal yang berhubungan dengan tugas-tugas gembala atau
perihal mengembalakan.
2. Pelayanan pastoral atau
penggembalaan dalam gereja
dimaksudkan pemberian makanan,
pembimbingan rohani (firman
Tuhan), perlindungan (terhadap
ajaran-ajaran sumbang terhadap
orang-orang percaya)
Profil Seorang Gembala
A. Gembala dan Panggilannya
Seorang gembala sidang yang
sungguh-sungguh, bukannya
memilih jabatannya, melainkan
dipilih untuk jabatannya”(Robert
Cowles, Gembala sidang:7)
1. Ajaran Tuhan Yesus
a. Yohanes 15:16. Diruang atas menjelang
kematianNya di golgota, Tuhan Yesus
mengucapkan kata-kata ini kepada
kesebelas muridNya

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi


Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
memilih telah menetapkan (mentahbiskan)
kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan
buah…”
b. Yohanes 21:15-17. Dalam
acara pemulihan kembali Petrus
sangat dramatis melalui sebuah
sarapan pagi di tepi tasik Galilea
Tuhan Yesus mengucapkan kata-
kata seperti ini : “Gembalakanlah
domba-dombaKu”
c. Bagian dari Perintah
Amanat Agung (Matius
28:16-20)
2. Ajaran rasul Paulus
a. Kis 20:28 “Ditetapkan oleh Roh Kudus
b. Roma 12:6-8;
1 Kor 12:28
2 Timotius 1:11
Gembala-Gembala adalah karunia/
pemberian Allah bagi pembangunan
gerejaNya di bumi ini
3. Contoh-contoh lain dalam
terang Alkitab
a. Musa (Kel 3)
b. Yoshua (Yos 1:1-9)
c. Otniel, Gideon, Simson, dll (Hak)
d. Daud (1 Sam 16:1-13)
e. Nehemia (Neh 2:12)
f. Dan lainnya
B. GEMBALA DAN KEPRIBADIANNYA

1. Seorang gembala adalah seorang yang mengalami


kelahiran baru ( Yoh 3:3,5; 2 Kor 5:17; Tit 3:5)
2. Seorang Gembala adalah seorang yang memenuhi
kualifikasi kepribadian sesuai dengan 1 Timotius 3:1-7
dan Titus 1:5-7 yaitu :
a. Karakter Pribadi yang baik (1 Tim 3:2-4 ; Titus 1:7
b. Berhasil dalam memimpin keluarganya (1 Tim 3:2-4; Tit 1:6)
c. Seorang yang dewasa secara dewasa rohani/ iman (1 Tim
1:6)
d. Seorang yang mempunyai hubungan baik dengan
masyarakat luar (1 Tim 3:;7)
3. Seorang Gembala adalah seorang yang memiliki sikap hati
yang bersumber pada kasih kepada kawanan domba Tuhan yang
digembalakannya (1 Petrus 5:2-4).
a. Sikap hati yang penuh kerelaaan sesuai dengan kehendak
Allah (Ay 2b) bukan kehendak diri sendiri yang sering
terpaksa
b. Sikap hati yang bukan mencari keuntungan pribadi (Ay 2c)
c. Sikap hati yang penuh pengabdian diri (Ay 2d)
d. Sikap hati yang mau melayani, bukan memerintah (Ay 3)
e. Sikap hati yang mau menjadi teladan terhadap kawanan
domba (Ay 3 Bdg 1 Tim 4:12)
f. Sikap hati yang selalu dalam keadaan menanti kedatangan
kembali Gembala Agung (Ayat 4a)
g. Sikap hati yanga selalu melihat kepada kemuliaan yang akan
datang yang akan diberikan oleh Gembala Agung kepada
gemba-gembala yang telah melayani dengan baik (Ay 4b)
4. Seorang Gembala adalah seorang yang rendah hati
seperti pola kepribadian. Yohanes pembabtis terlihat
melalui pengakuannya
a. Saya ini hanya “suara” yang menyuarakan Firman
(Yohanes 1:23
b. Semuanya milik Tuhan (Yoh 3:27)
c. Konsetrasi hidup saya adalah meninggikan Tuhan
d. Ay 30:”Dia harus makin bertambah…….”
5. Gembala dan Visinya

1. Pendahuluan.
Pada tanggal 25 Mei 1961. Presiden F. Kenedy
menantang anggota-anggota Kongres dan seluruh
masyarakat di Amerika dengan suatu Visi yang besar.
Ia berkata :
“Saya yakin bahwa negara ini harus bertekad untuk
mencapai sasaran mendaratkan seorang manusia di
bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke
bumi sebelum dekade ini berakhir
2. Seorang Gembala adalah seorang
Pemimpin Rohani. Penting memiliki
Visi, agar memimpin dan
mengarahkan umat gembalannya ke
arah yang dikehendaki Allah
a. Amsal 29:18a “Bila tidak ada wahyu,
menjadi liarlah rakyat”
1. “Liar” artinya tak terkendalikan, tak
terarahkan, kacau, bingung. KJV
menggunakan kata perish yang berarti
“binasa”
2. Visi adalah pandangan (Kebenaran)
Allah tentang masa depan, yang
diberikan kepada pemimpin yang
melaluinya umat yang dipimpinnya
diarahkan
3. Visi (penglihatan) adalah indra vital bagi
seseorang. Dengan penglihatan ia dapat melihat
dunia ini dengan segala isinya. Tanpa penglihatan ia
tidak melihat apa-apa alias buta. Akibatnya ia
berjalan dengan meraba-raba seperti halnya orang
yang berjalan dalam kegelapan. Dalam keadaan
demikian dapatkah ia memimpin orang lain ? Lihat :
(a) Keluhan tentang hamba “buta”/ Yesaya 42:19, (b)
Kecaman Tuhan Yesus terhadap pemimpin-
pemimpin agama yang “buta” (Matius 3:16, 24), (c)
Teguran Tuhan Yesus kepada jemaat Laodikia yang
“buta” (Wahyu 3:17)
b. Visi berkaitan dengan Iman (Ibr 11:1)
1. “Iman” adalah kepercayaan yang
mutlak kepada Firman Tuhan. Visi
adalah Gambaran yang jelas tentang
apa yang Allah mau sekumpulan orang
untuk menjadi atau melakukan” (J.
Oswald Sanders)
2. Visi, Iman dan Program aksi sangat
berkaitan erat
Gembala dan Misinya
 Apkah Misi seorang gembala?
 Klau seorang gembala dipangil dan
dipercayakan untuk mengembalakan umat
kawanan domba milik gembala agung,maka ia
harus memahami misi yang dipercayakan
kepadanNya.

dalam efesus 4:11-12 dijelaskan


 1.gembala gembala di berikan kepada gereja ay
11
 2.Tugas nya memperlengkapi orang
orang kudus/warga gereja (ay 12)
 3.Tujuannya:spy setiap warga gereja
siap untuk melakukan pekerjaan
pelayanan
 4.Hasilnya :spy tubuh kristus
terbangun.
 Orang percaya harus dimuridkan
(Mat 28:16-20)
agar mampu memuridkan orang lain.
Inilah metode strategi pelipat gandaan yang
efektif untuk penjangkauan dunia.

Mengembalakan artinya memberi makan agar


domba menjadi sehat dan dewasa.
E. GEMBALA DAN
STUDINYA
1. Pendahuluan. Karena misi seorang gembala
walaupun indah namun tak ringan, maka tak
pelak lagi ia harus menjadi seorang murid yang
sejati yang terus belajar sampai akhir hayatnya.
a. Ilustrasi : sebuah mobil lengkap dalam
peralatannya, namun tidak dapat jalan jika kehabisan
bahan bakar.
Kebenaran umum : “saudara tidak mungkin
selalu memberi, kalau tidak menerima “
b. Kenyataan : para dokter dan pengacara
selalu terus menerus menggunakan banyak waktu
untuk mengikuti perkembangan- perkembangan
baru dibidang masing-masing, dengan jalan
membaca buku-buku, mempelajari teknik-teknik
baru dan meneliti hal-hal yang baru.

c. Demikianlah seorang gembala harus


berusaha secara terus menerus
meningkatkan diri melalui studi agar menjadi
seorang pemimpin rohani yang berkualitas
(iman, ilmu, terampil, ikhlas, handal, dan setia)
2. Pentingnya seorang gembala selalu
menjadi murid yang abadi, mengapa?
Karena hal-hal yang dikatakan oleh
Yesaya (50:4-6) dibutuhkan oleh seorang
gembala.
a. Ayat 4. hanya lidah seorang murid
yang dapat memberi semangat baru
kepada orang yang letih lesu.

b. Ayat 4. hanya telinga seorang murid


yang peka untuk mendengar.
c. Ayat 5. hanya sikap jiwa seorang
murid yang rela mendengar apa saja yang
Tuhan ajarkan.

d. Ayat 6. hanya sikap jiwa seperti inilah


yang kemungkinan seorang gembala
/pemimpin meneladani Kristus yang rela
menderita bagi domba-dombanya (bdg Yoh.
10:11)
3. Hal-hal yang perlu diusahakan , hubungan
dengan studi pribadi.
a. Kalau Tuhan membuka jalan untuk studi
secara formal, kesempatan tersebut harus diterima
dengan ucapan syukur.
b. Sebuah ruang belajar secara khusus dengan
perabot-perabot yang diperlukan.
c. Buku-buku : Alkitab, buku-buku teologi,
tafsiran-tafsiran, kamus/dictionary, buku-buku
pertumbuhan gereja, dan lainnya.Buku-buku,
majalah, surat kabar umum juga diperlukan untuk
mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi karena Allah mengasihi dunia, dan kita telah
diutus kedalamnya.

d. Waktu. Kesibukan karena berbagai hal dapat


menjadi godaan bagi seorang gembala jemaat untuk
tidak menggunakan waktunya secara seksama.
Perlu hikmat untuk mengatur waktu-waktu bagi
studi, membaca, saat teduh, menyiapkan
khotbah, tugas-tugas lainnya.
(1) waktu adalah pemberian Tuhan
karena itu sangat berharga, sementara hari-hari
kehidupan sangat singkat, karena itu perlu akal
budi untuk mengelolanya agar memuliakan
Allah dan tidak sia-sia (Maz. 90:12 ; Ef. 5:15
dst)
(2) contoh “Pengelolaan Pribadi dan
Rohani” (MKA) oleh OC International
Yogyakarta sangat baik untuk dipedomani.
F. GEMBALA DAN DOANYA
 Seorang pernah berkata : “Berdoa adalah berpegang pada
kuasa sorga, berpuasa adalah melepaskan genggaman
keduaniawian”
 Pentingnya doa bagi seorang gembala :
1. Ajaran Tuhan Yesus (Yoh. 15 :1-10)
2. Teladan Tuhan Yesus
Ia sering menyendiri untuk bersekutu dengan Allah
BapaNya (Mk. 1 :35 ; 6:46 ; Luk. 5:16 ; 6:12 ; Yoh.17). Bahkan Ia
mendorong murid-muridNya agar berdoa dengan tidak
bosan-bosan (Luk. 11 : 1-13 ; 18:1-8) juga agar mereka
berdoa dan berpuasa ( Mat. 17:21) khususnya dalam
menghadapi kuasa kegelapan.
3. Contoh dari para Rasul (Kis. 6:4)
4. Teladan dari rasul Paulus.
Ia selalu bertekun dalam mendoakan umat, dan
mengajar mereka agar senantiasa berdoa (1 Tes. 5 :17 ;
Ef. 6: 18-20 ; 1 Tim. 2 :1-3)
5. Contoh dari para pemimpin jemaat Anthiokia (Kis. 13:1-3).
kesimpulan : Alkitab penuh dengan ajaran dan
dorongan untuk berdoa. Pahlawan - pahlawan iman PL,
Tuhan Yesus, para rasul, pemimpin- pemimpin Gereja
Mula-mula berhasil karena doa mereka berepa lebih
kita pada saat ini. Kesibukan, hal-hal lainnya tidak
boleh menjadi sebab para gembala mengabaikan saat
teduh mereka bersama Tuhan.
“When we work, we
work. When we pray,
God works.”
— James Hudson Taylor
6. Charles Hodge menyarankan isi doa sebagai
berikut
a. Pemujaan - mengekspresikan jiwa
terhadap kebesaran, keagungan, dan
kemuliaan Allah
b. Pengucapan Syukur – mengekspresikan
jiwa terhadap kebaikan Allah
c. Pengakuan – mengekspresikan jiwa
tentang dosa dan kesalahan kita
d. Permohonan – mengekspresikan jiwa
tentang keperluan kita (dan umat).
G. GEMBALA DAN
KELUARGANYA
1. Pendahuluan. Barangkali yang paling
bernilai bagi seorang gembala dari segala
hal yang lain adalah jika ia memiliki
seorang istri yang baik dan berbudi.
“Adalah malang bagi seseorang gembala
yang memulai pelayanannya tanpa istri,
tetapi lebih malang lagi bagi gembala
yang memulai pelayanannya dengan istri
yang tidak sesuai”.
a. Kejadian 2:18, dalam rencana orisinil Allah ,
istri dimaksudkan menjadi “penolong yang
sepadan dengan suaminya”. Fakta bahwa wanita
diambil dari laki (bukan dari debu) memberi
indikasi “sedaging” atau kesatuan (oneness).
Dengan kata lain, tanpa istri seorang pria
tidak lengkap.
b. Kejadian 2:22, “dan dari rusuk yang diambil
Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunNya lah
kepada manusia itu, dibangunNyalah seorang
perempuan lalu dibawaNyalah kepada manusia
itu”. Kebenaran ini menegaskan bahawa istri
adalah pemberian (anugerah) Allah kepada
suami, karena itu harus dihargai dan dikasihi.
c. Karena fakta diatas, maka pemilihan istri
haruslah jangan terburu-buru, dengan banyak doa
agar Tuhan memberi yang terbaik dan sepadan
(“tulang rusuk yang pas”)
2. Gembala harus menjadi kepala keluarga yang baik
dan bertanggung jawab.
a. Ia harus menghormati perkawinan, dengan
jalan menjaga kesuciannya dan keutuhannya ( Ibr.
13:4, karena perkawinan adalah Lembaga Ilahi
pertama, diciptakan dalam dunia pra dosa (Kej. 2).
b. Ia harus mengasihi istrinya seperti Kristus
telah mengasihi jemaat dengan jalan menyerahkan
diriNya baginya (Ef. 5:25-31 ; Kol. 3 :19 ; 1 Pet. 3:7).
Sikap tsb harus ditumbuh-kembangkan karena suami
adalah gambaran (potret) Kristus terhadap jemaat
Allah.
c. Ia harus mendidik anak-anaknya dalam ajaran
dan nasihat Tuhan
(1) pendidikan Kristen dalam keluarga
gembala penting, karena bagian dari ibadahnya kepada
Tuhan (Ul. 6:4-7)
(a) mendidik anak-anak dalam Tuhan
membuktikan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan
sebagai Tuhan satu-satunya (Esa) ay. 3,4
(b) pendidikan harus dilakukan dengan terus-
menerus setiap hari (ay.7). Pendeknya Allah harus
menjadi pokok percakapan setiap hari dalam aspek
hidup.
(2) Pendidikan Kristen dalam
keluarga gembala penting karena itu
bagian yang integral dari pelayanannya
( 1 Tim. 3: 2, 4-5).
Dengan kata lain rumah tangga
gembala yang dalam satu, tidak
berhasil dipimpin, bagaimana mungkin
memimpin keluarga
Allah (jemaat) yang terdiri dari banyak
rumah tangga-rumah tangga.
(3) pendidikan Kristen dalam keluarga gembala penting, karena
pendidikan membawa arah (Ams. 22:6).
(a) Bentuk Gramatika – imperative suatu
keharusan/tidak dapat ditawar.
(b) arti kata “didiklah”
(c) waktunya – “orang muda”
1 Samuel 4:21 – bayi yang baru lahir
Kejadian 21:14 – Ismael yang berusia 15 tahun
Kejadian 37 : 30 – Yusuf yang berusia 17 tahun
Kejadian 34 : 5 – putri Yakub yang cukup umur
untuk menikah.
jadi “orang muda” dari 0 tahun – cukup umur
untuk menikah.
Para ahli ilmu perkembangan anak : “0-6 tahun
adalah waktu yang terbaik untuk
melaksanakan pendidikan Kristen”

“ Apa yang dimasukkan orangtua kedalam anak


pada 6 tahun pertama hidupnya akan
keluar lagi dari otaknya selama 70 tahun
berikutnya (Paul D. Meier,Membesarkan Anak
dan Perngembangan Watak
secara Kristen, YAKIN, p.11)
(d) Jaminan tentang hasil (ay.6b)
d. Gembala sebagai kepala keluarga harus
berusaha menciptakan iklim keluarga yang sejuk dan
harmonis.
(1) Mengadakan ibadah keluarga
(2) Mengadakan pertemuan keluarga
(3) Mengadakan piknik/rekreasi keluarga
(4) Memberi waktu kepada keluarga
(5) Menjadi teladan dalam kata dan laku
3. Istri Gembala haruslah seorang Kristen yang baik,
dan pengabdian diri
a. Seorang yang mengasihi Tuhan dan
pekerjaanNya
b. Memahami peranannya sebagai penolong
terhadap suaminya dalam segala hal (Kej. 2:18)
c. Bersikap hormat terhadap suami dalam
gambaran tentang ketundukan seperti jemaat tunduk
kepada Kristus (Ef. 5:22-23 ; Kol. 3:18 ; 1 Pet. 3:1-6)
d. Menjadi teladan bagi ibu-ibu lainnya baik
dalam gereja maupun dalam masyarakat (1 Tim. 3 : 11)
e. Menjadi ibu rumah tangga yang mengasihi
keluarga dan bersama suaminya selalu berusaha
mendidik anak-anaknya dalam ajaran Tuhan
dan membangun keluarga yang berpusatkan
Kristus.
f. Menjadi seorang ibu yang selalu tekun
berdoa
g. Menjadi teladan dalam hal iman, kesabaran,
bagi kehidupan anak-anaknya
h. Turut berperan dalam pelayanan gereja
sesuai dengan talentanya ( pelayanan SM,
Remaja, Kaum Wanita, Konseling, dll)
II. FUNGSI SEORANG GEMBALA
A. Gembala dan Pelayanan Firman
1. Sesuai dengan mandat yang
dipercayakan maka pelayanan Firman
haruslah menjadi prioritas bagi seorang gembala,
baik melalui khotbah, pengajaran, pembimbingan,
nasihat, dll
a. Arti kata “mengembalakan”
b. Contoh dari para rasul (Kis. 6:2,4,
20:20)
c. Diperintahkan oleh Alkitab (2 Tim.
4:2)
Beberapa tugas
penggembalaan
adalah sebagai
berikut:
1. Pelayanan firman, yaitu menyampaikan
firman Tuhan dan menguraikannya, biasa
dalam kebaktian; Yoh 21
2. Pelayanan sakramen, termasuk memimpin
upacara baptisan dan perjamuan khusus;
3. Mengajar, merupakan tugas penting lainnya
untuk membina jemaat ke arah dewasa
secara iman
 4) Hamba Tuhan Sebagai Teladan

 Teladan artinya sesuatu yang patut ditiru atau baik


untuk di contoh, tentang perbuatan, kelakuan, sifat
dan sebagainya. Pelajaran yang dapat dipetik,
apabila berkomitmen menjadi pelayan Tuhan
seperti gembala, pendeta atau majelis adalah
sebagai berikut, yakni: Kehidupan mereka adalah
cermin yang memantulkan prinsip-prinsip ajaran
Tuhan yang ingin diikuti pengikut atau jemaatnya,
siap menderita artinya menuntut ketekunan,
kerendahan hati dan resiko, konsisten antara
tindakan dan ajaran Firman Tuhan sebagai
petunjuk kehidupan orang percaya.
 5) Hamba Tuhan Sebagai Konselor
 Kata konselor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti, anggota (staf) perwakilan di luar negeri,
kedudukannya di bawah duta besar dan bertindak
sebagi pembantu utama (pemangku) kepala
perwakilan; orang yang melayani konseling; penasihat;
penyuluh. Dengan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa konselor ialah orang yang memilki
tugas dan tanggung jawabdalam kegiatan yang
menguatkan, menghibur, yang dimintakan nasehat
dan merunding dengan seseorang atau usaha yang
dilakukan untuk membantu orang lain agar ia dapat
menolong dirinya sendiri oleh proses perolehan
pengertian tentang konflik-konflik batiniahnya.
Jenis-Jenis Pelayanan Pastoral
Menurut H. B. London dan Neil
B. Wiseman dalam buku
mereka yang berjudul
”Menikmati panggilan di
Ladang-Nya” mengatakan
bahwa: ”
1. Visiting/Visitasi
Panggilan dirumah-rumah anggota jemaat atau di
tempat kerja mereka dalam suatu program
sistematis untuk bertemu antara anggota yang
satu dengan yang lainnya yang memilki
kepentingan.
Hal ini akan terjadi apabila pelayanan sebagai
pemimpin sukarela membantu dalam komunitas,
hal ini menjadikan dunia lebih baik bagi anak-
anak Allah.
Menurut Peter Wongso dalam bukunya“Teologi
Penggembalaan” mengatakan sebagai berikut.
“Perkunjungan (Visitation)
a. Perkunjungan Rutin
Melakukan perkunjungan rutin
sesuai dengan banyaknya-
sedikitnya jemaat, yaitu setiap
minggu atau dalam satu bulan
sebanyak satu atau dua kali.
B. PERKUNJUNGAN ORANG
SAKIT
TAHU PENDERITA SAKIT APA, DI
RUMAH SAKIT ATAU DI RUMAH,
MENJENGUK DIA, BERDOA
BAGINYA DAN MEMBER
NASIHAT SEPERLUNYA; TETAPI
HARUS HATI-HATI DALAM
MEMPERKENALKAN OBAT ATAU
DOKTER.
c. Perlawatan orang yang berkabung

d. Perkunjungan khusus
• Anggota baru
• Orang yang lama tidak datang gereja
• Kelahiran seorang bayi
• Pasangan yang baru nikah
• Yang memperoleh hal-hal istimewa
• Perselisihan”
2. Teaching

Pengajaran merupakan konfirmasi kelas,


perencanaan dan atau pengajaran kelas-
kelas pengajar sekolah gereja, pengajar
dalam kelas-kelas pendek atau blok sitem,
dan lain-lain.
Kita diajar untuk melayani sebagai
pemimpin dalam jemaat – pribadi dimana
setiap individu dapat meminta saran dan
bimbingan dalam segala aspek kehidupan
dan pekerjaan dari jemaat.
3. Counseling

Konseling dengan pribadi-pribadi dan


masalah rohani, dengan pasangan yang
dilayani, dengan beberapa orang lain
secara pribadi dan lain-lain.
Richard R Klein dalam bukunya,
”Growing Smaller Churches”
mengatakan bahwa: ” counseling is for
the church office.”
4. Administration

Melayani ”sebagai ”sekretaris


eksekutif” dari jemaat, bekerja dengan
komite-komite, membantu
merencanakan program keuangan
dalam gereja” , bekerja dengan komite
atau sinode dalam merencanakan dan
mengimplementasikan program, dan
lain-lain.
5. Evangelism

Panggilan terhadap orang-orang diluar


gereja dalam komunitas, menjadi saksi bagi
Kabar Baik, panggilan bagi anggota baru,
dan pelatihan untuk penginjil-penginjil.
Menurut Ralph M. Riggs, dalam bukunya
”Gembala Sidang Yang Berhasil”
mengatakan bahwa: ”semua orang Kristen
diperintahkan oleh Tuhan melalui para
rasulNya untuk pergi bersaksi, mengajar dan
memberitakan Injil.”
6. A Leader among Leaders

Melayani dengan
kepemimpinan sebagai bagian
dari para pemimpin dalam
jemaat, dimana mereka
memilki karunia yang unik dan
tanggung jawab yang spesifik.
2. Pelayanan Firman melalui khotbah

a. Khotbah pada hakekatnya haruslah


pesan dari Allah. Karena itu pengkhotbah harus
selalu menyediakan diri dan waktu untuk datang
kepada Allah untuk menerima pesan itu melalui
Alkitab. Pengkhotbah perlu menyadari beberapa hal
dibawah ini :
(1) Pada hari Minggu jemaat
menyisihkan segala kegiatan-
kegiatan pentingnya supaya dapat hadir di
gereja dan mendengarkan khotbah; karena
itu mereka layak diperhatikan dengan
sebaik-baiknya.
(2) Gembala harus memiliki kerinduan
agar melalui khotbahnya jemaat yang hadir
makin dikuatkan, iman mereka terus
bertumbuh, kehidupan rohani mereka
bertambah dewasa, persoalan-persoalan
mereka dapat terselasaikan, kondisi
kerohanian secara keseluruhan makin
bertambah, terjadi pertobatan jiwa-jiwa
baru,
b. Khotbah hendaknya berpusatkan
Alkitab (ekspositori) baiks secara berseri
maupun secara topikal.

c. Sebagai alat bantu untuk menolong


gembala agar khotbahnya kena pada
sasaran artinya relevan dengan situasi dan
kebutuhan umat, maka suatu bentuk riset
penggembalaan dapat dibuat (contoh
terlampir)
3. Pelayanan Firman melalui program
pengajaran yang berencana a. Pentingnya
program ini
(1) Pengajaran Firman kepada orang-orang
percaya adalah termasuk tugas pokok dari
gembala jemaat (Ef. 4:11-16)
(2) pengajaran adalah bagian yang
sangat integral dalam proses
pemuridan (Mat. 28:19)
(3) pengajaran yang benar akan
membuat orang percaya bertumbuh (1
Pet. 2:2), supaya mencapai kedewasaan
rohani, tahap mana mereka siap untuk
menghasilkan buah (Yoh.15:16)
(4) pengajaran Firman Tuhan
akan membuat orang percaya
terlengkapi bagi pekerjaan Allah
(Ef. 4 : 12-16; 2 Tim. 3:15-17)

(5) Pengajaran Firman


membawa perubahan sikap
dan membentuk pola hidup
Kristiani (Kis. 11:26)
b. Bahan-bahan pengajaran
(1) Buku Kepercayaan dan
Kehidupan Krsiten hasil karya P3S
STII, suatu bahan yang sarat
konprehensif, yang tentu sangat
berguna bagi pembinaan warga
gereja.
(2) Bahan “Memperlengkapi Kaum
Awam” (MKA), yang diterbitkan oleh
OC International, Yogyakarta tentu
sangat bermanfaat untuk
pemuridan.
(3) Dan lainnya.
c. Waktu dan Cara pelaksanaan
(1) Dalam Kisah Para Rasul
2:41-47 kelihatannya petobat-petobat
yang berjumlah 3000 orang itu
dikumpulkan dirumah-rumah untuk
menerima pengajaran dari para rasul.
Rupanya mereka dibagi
dalam kelompok-kelompok yang lebih
kecil di rumah-rumah warga.
(2) Pemula jemaat dapat
memulai sendiri dalam satu
kelompok waktu ia merintis jemaat

(3) sesudah beberapa


pemimpin dilatih, maka
pemimpin-pemimpin tersebut dapat
memimpin kelompok-kelompok
sendiri
(4) jumlah setiap kelompok
berkisar antara 3-10 orang, kalau
berkembang maksimum 30 orang

(5) agar kelompok-kelompok


tersebut dapat bertumbuh secara sehat,
maka petunjuk Dr. Win Arm melalui
bukunya, Rasio Pertumbuhan Gereja,
dapat dijadikan
contoh.
4. Pelayanan Firman melalui nasihat
a. Pendahuluan
(1) Kata “nasihat” diambil dari kata paraklesis
(noun- Yunani), parakaleo
(verb) terdiri dari para dan kaleo yang artinya to call to
a person.
(2) Digunakan pada PB yang artinya
“menasihati” – to exhort, RV (Fil.4:2 ; 1 Tes
4:10 ; Ibr. 13:19, 22), “meminta/memohon” – to beseech,
AV (1 Tim. 5:1), “menghibur” – to intreat/ to
comfort (1 Tes. 5:11 ; 2 Kor. 8:6) dsb.

(W.E. Vine, Vine’s Exspository Dictionary of


New Testament Words, p.400)
B. Pentingnya pelayanan ini
(1) Allah sendiri disebut “Penasihat Ajaib”
(Yes.9:5; Maz. 16:7; 32:8; 73:24)
(2) Kristus adalah sumber nasihat (Fil. 2:1)
(3) Ajaran dan praktek PB
Luk. 3:18; Kis. 20:2; 2 Kor. 13:11; Ef. 6:4; 1
Tes. 2:3; 1 Tim. 1:5; Ibr. 12:5; Kis.
11:23; 13:43; 14:22; 22:31; Kol. 1:28; Ibr. 10:25
dst.
(4) Menasihati adalah salah satu karunia
Roh (Roma. 12:8; 14:3)
c. Manfaat dari pelayanan ini.
(1) Agar umat Allah mengenal dan
berjalan pada jalan kehidupan (Maz. 32:8;
73:24; 1:1)
(2) Membuat orang bertambah bijak
(Ams. 9:9; 12:15; 13:10; 19:20)
(3) Nasihat yang lahir dari Firman Tuhan
akan menguatkan hati orang-orang percaya (Kis.
20:2) menjadikan mereka tetap setia (11:23) tetap
hidup dalam kasih (13:43), dan supaya bertekun
dalam iman (14:22)
(4) Nasihat yang didasarkan atas Firman
Tuhan akan menolong umat menjauhkan diri dari
keinginan daging/hal-hal duniawi (1 Pet. 2:11; 5:12)
d. Caranya
(1) pelayanan ini harus dilakukan
dengan banyak kesabaran/penguasaan
diri (2 Tim. 4:2)
(2) pelayanan menasihati disertai dengan
teguran - dengan sikap hormat dan
kemurnian hati kepada orang yang lebih
tua (bapa,ibu) dan pemuda/i (1 Tim. 5:1)
terhadap orang yang dinasihati
khususnya menyangkut ajaran yang
sumbang.
- dengan keras kepada pengajar-pengajar
sumbang (Tit. 1:11-13; Gal. 3:1)
B. Gembala dan Bimbingan Pastoral
1. Pendahuluan
Dapat dikatakan bahwa bimbingan
pastoral seharusnya merupakan suatu pokok
pelajaran sendiri karena menyangkut cukup
banyak aspek didalamnya, yang tentu tidak
dapat dibahas secara luas dalam pelajaran
ini. Namun dalam bagian ini perlu
diperlihatkan :
 a. Bahwa bimbingan pastoral tidak
dapat dipisahkan dari Pelayanan Pastoral bahkan
merupakan suatu bidang pelayanan yang
penting apalagi dalam dunia modern ini.
 b. Para warga gereja yang adalah
manusia-manusia biasa pasti tak jarang
mengalami krisis-krisis kehidupan seperti : krisis
RT/perkawinan, ekonomi, kesakitan dan
kematian, pengaruh ajaran-ajaran sumbang dan
okultisme, persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan etika kehidupan, kenakalan
remaja, kebiasaan-kebiasaan pribadi, dll yang
menyebabkan Bimbingan Pastoral begitu
penting, dan harus diberi perhatian.
2. berkaitan dengan pokok bahasan ini,
mahasiswa akan diberi tugas kerja dengan judul
“Proyek Korintus”. Pelaksanaan nya adalah
sebagai berikut :
a. Meneliti kasus-kasus yang terjadi dalam jemaat
Korintus (sekurang-kurangnya 7 kasus)
b. Meneliti cara-cara yang digunakan Paulus untuk
mengatasi kasus-kasus tersebut
c. Relevansi nya serat cara penanganannya dalam
situasi
gereja masa kini
d. Kertas kerja tersebut akan dipresentasikan daln
didiskusikan dalam pertemuan kelas.
pengaturan secara rinci akan dumumkan dikelas.
C. Gembala dan Kepemimpinan Gereja
1. Pendahuluan
a. Untuk melaksanakan
pelayanan pastoral kepada umat secara
baik dan bertanggungjawab penting
adanya pemimpin-pemimpin gereja yang
diangkat untuk tugas tersebut
sesuai dengan karunia pengembalaan
yang dikaruniakan Tuhan kepada
mereka.
b. Sejak awal pelayanannya
dalam menumbuhkan gereja-gereja,
Paulus dan timnya sangat menaruh
perhatian akan kepemimpinan
terhadap penggembalaan jemaat
lokal, sehingga penatua-penatua
ditetapkan dalam setiap jemaat untuk
tugas tersebut (Kis.14:23)
c. Bahkan rasul Paulus juga
memberikan instruksi kepada Timotius
dan Titus untuk melaksakan hal yang
sama untuk gereja-gereja di Efesus dan
Kreta (Ef.3; Tit. 1)
2. Sebutan PB terhadap Pemimpin Gereja
(lokal)
a. PB menggunakan dua nama untuk para
pemimpin gereja presbyteros yang berarti
“penatua” dan episkopos yang berarti “penilik
atau bishop”.

b. Dua nama diatas dipakai silih berganti bagi


orang yang sama. “penatua” menunjuk kepada
jabatannya (posisinya), sedangkan ‘penilik”
menunjuk kepada fungsinya. Dari catatan PB
dibawah ini dapat dilihat penggunaan kedua nama
tersebut bagi orang yang sama.
(1) Paulus mengutus Titus untuk
mengangkat penatua-penatua (presbyterous)
disetiap kota di pulau Kreta, dan kemudian
menyebut mereka dengan nama episkopous
(bishop-bishop/penilik-penilik) Titus 1:5-7.
(2) pada waktu Paulus memanggil
para penatua dari gereja di Efesus untuk
bertemu dengan dia di Miletus, ia
memanggil mereka dengan dua nama,
presbyterous (Kis. 20:17) dan episkopous
(ay.28)
(3) pada waktu Paulus mendaftarkan syarat-
syarat untuk bioshop/penilik, dia tidak
menyebut penatua, tapi dari
konteknya terlihat bahwa penilik/bioshop dan
penatua adalah orang yang sama (1 Tim. 3:1-
7)

(4) dalam Filipi 1:1, Paulus menyebut para


pemimpin gereja di Filipi dengan nama Penilik
(bioshop) dan diaken (episkopois dan
diakonois)
3. Apakah para penatua dipilih atau ditetapkan?
a. Pola Rasul Paulus
(1) Kisah Para Rasul 14:23, kata yang berhubungan
adalah “menetapkan” yang diterjemahkan dari kata
kheirotonesantes (participle) yang asal
katanya kheirotoneo. Rupanya
terjemahan LAI cocok dengan arti kata ini.
KJV menggunakan kata ordain, sedangkan
NIV menggunakan kata appoint. Ayat itu
selanjutnya menjelaskan bahwa rasul-rasul
(Barnabas dan Paulus), yang menetapkan.
(2) Dalam Titus 1:5, Paulus
menugaskan Titus di Kreta untuk
“menetapkan” penatua-penatua
disetiap kota. Kata tersebut
diterjemahkan dari katasteses
asal dari kata kathistemi.
Authorized Version (AV)
menerjemahkan kata itu dengan
appoint yang artinya
“menetapkan”
b. Pola yang dipakai rasul-rasul lainnya
lihat Kis 6.
(1) latar belakang (ay.1)
(2) Rasul-rasul mengumpulkan
semua murid dan menyuruh mereka
untuk “memilih” para diaken yang
sedang dibutuhkan (ay.2-3)
(3) “Murid” berarti sudah belajar
Firman Tuhan, dan bukan baru
percaya/belum terlatih.
(4) Kata “pilihlah” (ay.3) diterjemahkan dari kata
episkepsasthe dari asal kata episkeptomai berarti
“pilihlah dengan hati-hati” (to select. Inggris)
(5) Rasul-rasul menetapkan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh mereka yang akan dipilih, yaitu:
“terkenal baik, penuh Roh dan hikmat” (ay.3)
(6) Jemaat “menerima baik” usul rasul-rasul dan
memilih (ay.5). Kata “memilih” dalam ayat
ini diterjemahkan dari ekseleksanto dari kata
dasar eklego artinya “memilih dengan
memberi suara/voting (to elect)”. Kata
yang sama dipakai dalam Luk. 10:42 ; Kis. 13:17
; 1 Kor. 1:27-28
c. Kesimpulan
berdasarkan data-data diatas maka dapat dibuat kesimpulan
dibawah ini :
(1) pembina rohani/ pemula jemaat seperti Paulus,
Barabas dan Timotius dapat menetapkan mereka yang dilihat
cukup dewasa secara rohani, memenuhi syarat-syarat
Alkitabiah, dan mempunyai potensi memimpin, dan berusaha
dalam doa untuk menyadarkan jemaat untuk menerima
kebijaksanaan tsb.
(2) Bagi jemaat yang telah dewasa, dan sudah terdidik
dalam ajaran Tuhan dapat dilibatkan untuk memilih
(Kis.6), namun harus memenuhi syarat-syarat kepemimpinan
sebagai kriteria dalam 1 Tim. 3:1-7; Titus 1:5-9. dan bukan
kriteria-kriteria buatan manusia.
(3) Yang penting bukan soal demokrasi yang
menentukan, tapi perlu disadari bahwa
pimpinan rohani adalah karunia (diberi oleh Allah),
demi kepentingan umat kepunyaan Tuhan.
(4) Dalam hal ini perlu hikmat sorgawi bagi
seorang pemula jemaat, agar oleh arahan, dan
bimbingannya yang didasarkan atas kasih,
kesabaran, serta motivasi yang tulus, dapat
menjamin keutuhan dan kesatuan umat
yang dipimpinnya, sehingga hasil
akhir adalah tetap untuk kemuliaan
KEPALA Gereja, Tuhan Yesus
Kristus. Sehingga terjadi ... “Firman Allah
makin tersebar, dan jumlah murid...
Makin bertambah banyak...”
(Kis.6:7)
4. Dapatkah wanita menjadi anggota Dewan
Penatua?
a. PB menggunakan sebutan untuk penatua
atau penilik dalam jenis maskulin atau laki-laki
(1) Presbyteros (tunggal), presbyterous (jamak)
atau episkopus (tunggal), episkopous (jamak)
(2) lebih menguatkan lagi jika diperhatikan dari
unsur artikel didepan kata-kata tersebut :
(a) tous presbyterous (jamak) – Kis. 20:17
(b) ton episkopun – 1Tim. 3:2; Titus 1:7
(c) tous poimenas – Efesus 4:11
(3) istilah presbyteros dipakai juga untuk Dewan Tua-
tua (elders) bangsa Yahudi atau yang biasa
disebut majelis Sanhedrin (Mat.16:21; Luk. 22:66;
Kis. 22:5)
(4) sebaliknya adalah istilah-istilah tersendiri yang
digunakan bagi wanita-wanita tua, seperti :
presbytera dan presbytis atau presbytidos, as yang
berarti “wanita yang lebih tua atau ibu yang secara
umur lebih tua” seperti yang dipakai dalam
Titus 2:3. (William F.
Arndt dan F. Wilbur Gingrich Greek-English Lexicon of
the New Testament and Other Early Christian
Literature, Chicago : The University of Chicago Press,
1957, pp. 706,707
b. Kesimpulan
sesuai dengan fakta yang ada
dapat dikatakan bahwa orang yang
dipilih untuk menjadi anggota dewan
Penatua atau Penilik adalah pria, yang
sudah dewasa secara rohani dan
memenuhi syarat-syarat seperti ditulis
dalam 1 Tim. 3:1-7 dan Titus 1:5-9
 5. Penjabaran Tugas diantara Para Penatua
 Dalam terang PB, terlihat bahwa
kepemimpinan gereja lokal dijalankan oleh
penatua-penatua (jamak). Karena itu sudah
seharusnya dibuat penjabaran tugas
diantara para penatua agar tugas
penggembalaan terhadap jemaat yang
menjadi tanggung jawab mereka dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya demi
kemajuan gereja. Sebaiknya dibuat
penjabaran tugas sebagai berikut :
a. Gembala Sidang berfungsi sebagai Ketua dari
Dewan Penatua. Tugasnya secara khusus adalah :
Berkhotbah, mengajar. Dan lainnya (1 Tim. 5:17)
b. Seorang penatua lain dipercayakan untuk berfungsi
dibidang ibadah dan musik Gereja ( tentu harus sesuai
dengan karunianya). Tugasnya adalah selalu memikirkan
rencana-rencana pelaksanaan peribadatan agar sehat dan
menyegarkan.
c. Penatua lain dipercayakan membidangi
administrasi. Tugasnya adalah untuk menata administrasi
gereja dengan baik, sehingga adanya administrasi gereja yang
rapi, data-data statistik yang tepat yang dapat digunakan
dalam perencanaan bagi pertumbuhan gereja, misalnya atau
untuk usaha-usaha yang berkaitan dengan riset dll.
d. Penatua lainnya diberi tugas untuk
mengkoordiner perkunjungan-perkunjungan yang
dapat membawa penghiburan, dorongan dan
semangat berbakti bagi jemaat. Tugasnya :
(1)membentuk dan mengkoordiner tim-tim untuk
siap mengunjungi dan melayani umat dalam
keperluannya.
(2) dapat membuat peta pembagian unit-unit
wilayah penggembalaan agar memudahkan
penjangkauan, tapi juga dalam membuat
pernilaian tentang perkembangan.
 Dengan penjabaran tugas ini dimaksudkan agar
tiap-tiap karunia rohani yang dipercayakan Tuhan
dapat termanfaatkan dengan baik, dan juga
supaya segala daya dan dana dapat digunakan
dengan tepat untuk kemajuan gereja Tuhan.
Namaun perlu ditegaskan lagi bahwa penjabaran
tugas ini tidak boleh merubah sifat kepemimpinan
bersama dalam gereja. Kepemimpinan bersama ini
penting agar dapat menjamin ciri khas sebuah
gereja lokal sebagai berikut : “kesatuan dalam
Kristus” (oneness in Christ), “kebersamaan dalam
pelayanan bagi Kristus” (togetherness in the
service of Christ), dan “ketergntungan satu sama
lain dalam Kristus” (interdependent in Christ)
Prioritas-prioritas
seorang Gembala
Setiap gembala sangat perlu untuk
menyadari serta memelihara hal-hal
yang menjadi prioritas dalam
pelayanannya

A. Urutan Prioritas Dalam


Rangka Spiritual Formation
Para Gembala
1. Allah
Prioritas yang pertama dalam
kehidupan seorang gembala adalah
hubungannya dengan Allah. Seperti
Petrus dan rasul-rasul katakan : Kita
harus lebih taat kepada Allah dari pada
kepada manusia” (Kis. 5:29; Band.
Yeremia 9:23-24; 1 Taw 28:8-9; Yoh 15:4-
8; Filipi 3:7-10, 13-14).
Hubungan dengan Allah sebagai Prioritas pertama
menjadikan setiap gembala mengalami penguatan
secara rohani.. Penguatan kehidupan rohani itu
dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Doa mempersiapkan Gembala mendalami dan
memahami Firman Tuhan dan Pelayanan
mimbar. Pergunakanlah waktu bersama Tuhan
melalui doa (Kolose 1:9-12; 4:2-4; Yak 5:16).
b. Berusaha mengejar kekudusan dan menjaga
integritas. Kekudusan diri gembala
menghasilkan kredibilitas dalam pelayanan
untuk umum (Band. Purity produces credibility in
public ministry) (2 Tim 2:19-22; Ef 5:3; 2 Kor
1:12-14; 7:1; Roma 8:12-12)
c. Senantiasa dipenuhi dan dipimpin oleh Roh
Kudus (Kis 11:24; Ef 5:18-20; Rm 8:3-9).
d. Kerinduan akan firman Allah yang akan
memimpin kita kepada keselamatan dan
pertumbuhan rohani (Mzm 119:97-104; Kol
3:16-17; 2 Tim 3:15-17)
e. Terus hidup oleh iman kepada Allah
sehingga kekuatan iman bertumbuh
melalui latihan (2 Kor 5; Kol 2:5; Ibrani
11:6)
f. Mencari wajah Allah untuk lebih mengenal
Dia. Ketika kita mencari wajah Allah dan
perbuatan tanganNya, kita akan mengenal
Dia sebagaimana ada-Nya (2 Taw 7:14; Yoh
17:3; Luk 10:39)

g. Berpaut pada hal-hal yang kekal dan


perspektif yang bersifat kekal. Sistem nilai
Allah dan ukuran Allah akan keberhasilan
sangatlah berbeda dengan sistem dan ukuran
dunia (Kol 3:1-3; 2 Kor 4:16-18; Mat 6:33; Luk
16:14-15)
h. Menyerahkan hidup dan pelayanan
dengan tetap menguduskan Kristus
sebagai Tuhan dan tetap bertanggung
jawab kepada Tuhan (1 Petrus 3:15; Gal
2:20; Rm 12:1)

i. Terus hidup berdisiplin melalui latihan,


dalam hal kesehatan dan makanan (1
Kor 6:19-20; 9:24-27; 1 Tim 4:8; Yoh
2:3; 2 Petrus 1:5)
j. Seorang gembala membutuhkan orang lain
yang berbicara tentang hal-hal yang benar
kepadanya dalam kasih, menegor dan
mengoreksinya agar jalannya selalu bersama
Tuhan. Tunduklah kepada hubungan
akuntabilitas terbuka terhadap satu atau
lebih orang yang hidupnya saleh ( Kol 3:16;
Ibrani 10:24; Gal 6:1-5)

k. Perlu kematangan/ kedewasaan diri (lihat


pasal 9:2)

l. Perlu kedewasaan rohani dan psikologi


(lihat pasal 9:3).
2. Keluarga
Sesudah hubungan dengan Allah maka
prioritas kedua seorang gembala
Adalah keluarganya. Dalam
hubungan keluarga maka isteri
gembala (atau suami gembala bila ia
perempuan) patut mendapat
perhatian (Ef 5:25-33; 1 Petrus 3:7;
Kej 2:20-24; Mal 2.13-16; 1 Tim 3:4-;
Ibr 13:4).
Seorang Gembala harus memelihara
komitmennya kepada istri (atau kepada suami
bila ia perempuan) menjadi teman disampingnya
dan selalu berusaha untuk mendorong
pertumbuhan rohaninya dan membangun
hubungan yang sehat. Saling mengasihi dan
saling menghormati, suami dan istri mengasihi,
melindungi, mengajar dan mendisiplinkan anak-
anaknya. Memelihara hubungan-hubungan dekat
dalam kehidupan rumah tangga, menikmati
persekutuan dan rekreasi atau reatreat bersama
(Ef 6:1-4; Kol 3:20-21; Ibr 12:5-11; 1 Tim 5:8).
Gembala yang tidak mampu memimpin rumah
tangganya sendiri, bagaimana mungkin
memimpin orang lain secara benar
3. Pelayanan Gereja
Prioritas ketiga dari setiap gembala
yang penuh waktu di gereja ialah
menggembalakan kawanan domba
Allah yang dipercayakan kepadanya.
Sebagai seorang gembala di jemaat
lokal pelayanannya.
Sebagai seorang gembala di jemaat lokal
pelayanannya haruslah ia memusatkan perhatian
dan pelayanannya; memimpin memberitakan
Firman Tuhan dalam arti luas agar firman Tuhan
jelas/ dimengerti/ dipahami, memberi contoh
dan teladan, memberi dorongan, tuntunan/
dorongan, membimbing, memperlengkapi dan
melakukan tugas sakramen dan pelayanan
pemberkatan nikah, konfirmasi sidi, penguburan
dan lain-lain (Band Kol 1:28-29; 1 Tes 4:-8; ;2 Tes
6:12) dan juga hal-hal yang bersifat oikumene dan
Tritugas panggilan gereja dan organisme di
gereja.
Gembala sebagai pemimpin harus melibatkan
orang lain dalam pekerjaan pelayanannya (Para
guru, evangelis, penatua, diaken dan lain-lain).
Sesuai dengan tata pelayanan tritugas gereja yang
ada dalam gereja atau denominasi gerejanya.
Dan dalampelayanan gembala yang sibuk setiap
hari Minggu, sebaliknya gembala mengambil
suatu hari untuk beristirahat.
4. Pekerjaan Sekuler (Bagi Gembala yang
tidak penuh waktu di gereja)
Jika gereja tidak secara penuh membiayai
gembala atau pendetanya, tentu hal ini
perlu memperhatikan tata gereja dari
denominasi bersangkutan. Dalam gereja
mula-mula tidak ada disebut ketegasan
tentang hal itu karena pada waktu itu belum
ada organisasi secara lengkap seperti
sekarang ini (Kis 18:1-5; 1 Tes 2:9; 2 Tes 3:7-
15; Titus 3:14 dan juga 1 Tim 5:17-18; 1 Kor
9:13-14)
Yang penting diperhatikan agar pekerjaa
sekuler itu tidak boleh mencampuri atau
menyebabkan gangguan terhadap pelayanan
kegembalaanya di gereja. Bagi gembal yang
waktunya sudah penuh di luar gereja
sebaiknya dia cuti di luar tanggungan gereja,
seturut dengan tata gereja denominasi
bersangkutan.
5. Orang Lain atau Aktivitas-Aktivitas
Lainnya / Sosial Budaya
Orang lain dan aktivitas-aktivitas lainnya
adalah bagian terakhir prioritas seorang
gembala yang menyangkut hal-hal yang bersifat
sosial dan kemasyarakatan. Perlu di jaga agar
aktivitas-aktivitas lain ini tidak mencari
perhatian gembala dari pelayannnya di jemaat
yang dipercayaka untuk di layani (2 Tim 2:4; 1
Kor 10:23; Kol 1:10; Ibrani 12:1-3; Mark 4:18-20; 2
Kor 5:8-10; 1 Kor 3:1-3; 2 Kor 12:11-20; 2 Petrus
1:5-8; Filipi 1:9-11).
Menurut penulis, gembala yang penuh
waktu di Gereja harus fokus kepada
prioritas pertama, kedua dan ketiga yaitu ,
Allah, keluarga, dan pelayanan gereja. Ketiga
prioritas ini saling mempengaruhi dalam
pelayanan gembala. Hal yang keempat dan
yang kelima hanya sebagai pertimbangan
bagi orang yang tidak penuh waktu di gereja
tapi tidak bisa menganggu tugas-tugas
pelayanan gereja yang no. 4 dan 5 itu adalah
hal-hal sosial budaya dan lain-lain.
1.
Allah
Keluarga
2.
Gereja
Keluarga
3.
Sosial Budaya
Pelayanan Gereja
4.
Sosial Budaya
Dan lain-lain
B. Pekerjaan Rumah/ Pendalaman
1. Bagaimana pendapat Anda tentang urutan
di atas ?
2. Bagaimana hal prioritas ini Anda lihat dan
pahami dalam tata gereja Anda dan apakah
anda setuju dengan prioritas itu ?
3. Anda sendiri, apakah yang menjadi prioritas
anda ? Coba jelaskan dan mengapa
demikian ?
Gembala dan
Bahaya-
bahaya yang
harus
diwaspadai
A. Kesaksian Alkitab
Mengenai Hal-hal yang
harus diwaspadai
Secara signifikan peringatan
yang diberikan kepada para
gembala sangat jelas perlu
diwaspadai sebagai berikut :
1. Menjauhkan diri dari Cinta akan
Uang
ketamakan dapat mendorong
gembala jatuh kedalm dosa. Seorang
gembala janganlah “Money Politic”
(Kel 18:21). Gembala haruslah orang yang
arif bijaksana (1 Tim 6:10-11; 1 Petrus 5:2).
Merdeka dalam Uang
Allah menginginkan agar setiap orang
yang percaya hidup dalam keuangan
yang merdeka. Allah berkeinginan
membebaskan kita dari akibat semua
penderitaana karna uang dan
penyalahgunaan akan uang.
Ada 3 Pertobatan menurut Marthin
Luther :
1. Pertobatan hati
2. Pertobatan pikiran
3. Pertobatan dompet (Uang)

Prinsip dan pandangan kita tentang


menilai uang, memanajemen uang
dan mempersembahkan uang.
3 Prinsip Keuangan yang merdeka:
1. Setia Mengatur (Lukas 16:10-13)
2. Setia Menerima (Matius 6:11; 2
Tesalonika 3:10-12
3. Setia Memberi (Maleakhi 3:10; 2
Kor 9:6-8)

Raja Salomo punya kesaksian dan


pengajaran tentang uang dan harta. Dia
merupakan orang yang terkenal paling kaya
dan makmur pada zamannya
Pengkhotbah 5:9-11
- Siapa mencintai uang tidak akan
puas dengan uang dan siapa
mencintai kekayaan tidak akan puas
dengan penghasilannya (Ayat 9)
- Dengan bertambahnya harta,
bertambah pula orang-orang
menghabiskannya (Ayat 10)
- Makin banyak uang makin kaya
makin tidak enak tidur (Ayat 11).
Berarti tidak ada korelasi, hubungan antara
banyak uang dan ketenangan hidup).
Ingatlah Firman Tuhan ini :
*. Matius 6:24
6:24 Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua
tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang
seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia
kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang
lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan
kepada Mamon."

*. 1 Timotius 6:10
6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang
telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya
dengan berbagai-bagai duka.
Jhon Wesley berkata tentang
uang : ‘
1. Carilah uang sebanyak-
banyaknya
2. Simpanlah uang sebanyak-
banyaknya
3. Berikan pada Tuhan sebanyak-
banyaknya
2. Menjauhkan diri dari immoralitas dan
keinginan-keinginan jahat.
Gembala yang dianggap dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emoisional dan
spiritual dari wanita (atau juga sebaliknya
gembala wanita yang dianggap dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional
dan spiritual dari pria) haruslah berhati-hati
dalam melakukan pendampingan pastoral
agar tidak terperangkap dalam immoralitas
dan keinginan-keinginan yang jahat dari orang
yang didampingi maupun dari diri sendiri (2
Tim 2:22;1 Kor 6:18)
Ayat Hapalan ( I Tim 6: 10 – 11)

6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.


Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka.
6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya
itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih,
kesabaran dan kelembutan.
3. Menjauhkan diri dari perkara
yang sia-sia
Gembala janganlah terperangkap
dalam soal-soal yang dicari-cari yang
sifatnya hanya menghabiskan waktu
akan hal yang sia-sia (2 Tim 2:23;
Titus 3:9)
4. Menjauhkan diri ajaran sesat yang
suka akan pertengkaran.
Pengajaran yang sesat harus diwaspadai
dan dilawan (Tit 3:10; Rm 16:17).

5. Janganlah mengabaikan karunia


rohani dalam arti luas
Gembala harus memahami karunia yang
diberikan Tuhan bagi dirinya dan jangan
abaikan hal tersebut (1 Tim 4:13; 1 Tim 1:3-
4,6)
6. Jangan mengabaikan kehidupan rohani
dan ajaran
Gembala harus mengawasi dirinya mengenai
kehidupan rohaninya dan ajaran yang dia
ajarkan (1 Tim 4:7, 16; Kis 20:8)
7. Jangan tinggi hati
Seorang gembala harus selalu mengingat dan
memahami bahwa ia dibawah gembala yang
baik tetap sebagai hamba Kristus, dan sebagai
hamba yang tidak bisa memuji diri,
menonjolkan diri, tetapi haruslah rendah hati
(1 Petrus 5:3-4). Gembala bukan tuan bagi
jemaat tapi hamba yang melayani
8. Jangan mempromosikan diri sendiri
tetapi Kristus
Gembala yang menonjolkan diri tidak wajar
sebagai pelayan Kristus (2 Kor 4:3-6)

9.Jangan mengandalkan diri dan usaha


sendiri.
Keberhasilan gembala adalah hasil kuasa Allah
yang memakai kita manusia sebagai alatNya.
Roh Kudus harus memimpin gembala dan
memberkati upaya-upaya pelayanannya (1 Kor
2:1-5; 4:7;2 Kor 3:4-5; Zak 4:6; Yer 17: 5-8)
10. Jangan menjadi Sombong
kesombongan mendahului kejatuhan
dan hal ini harus dihindari dalam
pelayanan seorang Gembala ( 1 Kor 10:11-
13; 2 Kor 12:7).

11. Janganlah Kehilangan Integritas.


Karakter dan tingkah laku yang kurang
saleh ( kurang budaya rohani) dan
ketidakjujuran, tidak sesuai kata dan
perbuatan akan menghancurkan
kredibilitas si gembala (2 Kor 1:12-22)
12. Melayani kebutuhan umat,
bukan hanya program oriented
Manusia (Umat) lebih penting dari
program (2 Kor 3:1-3; 8:12-13)

13. Janganlah sesat tentang


pengajaran dalam khotbah,
katekisasi, ajaran atau doanya
(band. 2 Tim 2:16; 1 Tim 4:6
14. Jangan pergunakan jabatan
dengan keliru

15. Jangan menimbulkan


kekacauan atau perpecahan
dalam gereja (band. Titus 1: 9-10; 2
Tim 2:23-25; Roma 16:17-19c)
Program-Program
Pembinaan Warga
Jemaat
• Contoh : Strategi Program Pembinaan
Warga Jemaat .
• Pelayanan Mimbar
• Peranan Penyambut Tamu dalam
Pelayanan Jemaat.
• Pelayanan Kunjungan.
• Kelompok Doa
• Pelayanan anak
• Pemahaman Alkitab (P.A.)
Latihan Kepemimpinan Kristen.
Persekutuan Kaum Pria.
Program Pembinaan Pemuda/i
Program Pembinaan Keluarga
Pembinaan Kaum Dewasa.
Seminar Penatalayanan Keuangan
Pelayanan katagorial yg lain
UNSUR-UNSUR
LITURGI
Pengantar
Sampai hari ini, pada umumnya - Tata Ibadah
(liturgi) - seringkali hanya dipahami sebagai ·
serentetan urutan upacara atau kebaktian
(ibadah) baik di gereja ataupun dalam
berbagai kegiatan kristiani lainnya. Itulah
sebabnya banyak di antara kita, termasuk
beberapa rohaniwan juga, begitu berbicara
tentang liturgi, kita langsung berpikir tentang
urutan upacara keagamaan, (para) petugas
yang mengambil bagian dalamnya, berbagai
macam peralatan yang harus ada, duduk
atau berdirinya umat, dan sebagainya. ·
Kata "liturgi" berasal dari istilah
Yunani leiturgia, yang berasal dari
akar kata ergon yang berarti karya,
dan leitos, yang adalah kata sifat
dari kata benda laos, yang berarti
bangsa. Dengan demikian secara
harfiah, leiturgia berarti kerja atau
juga pelayanan yang dibaktikan
bagi kepentingan bangsa.
Dalam terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa
Yunani yang lebih di kenal dengap nama Septuaginta,
kata leiturgia digunakan untuk menunjuk pelayanan
ibadah para imam atau kaum Lewi. Dalam Perjanjian Baru
terjadi perkembangan yang sangat menarik. Dalam
Lukas' I :23, kata leiturgia masih memiliki makna yang
sama dengan penggu naan Septuaginta, yakni pelayanan
imam Perjanjian Lama . Tetapi dalam surat Ibrani,
seringkali kita jumpai penggunaan kata leiturgia diberi
konteks yang sama sekali baru, yakni imamat Yesus
Kristus (ibr.8:6; 9:21; 10:11). Yang lama tidak berlaku
lagi, sebab Kristuslah satu satunya pelayan (leiturgos).
Bandingkan dengan Ibr.8: 1 ,2.
Salah satu yang ditemukan kembali
oleh para reformator adalah imamat
am yang berkerajaan (cf. I Petrus
2:9). Karena kehendak Allah, kita
yang percaya pada Yesus telah
dikuduskan satu kali untuk selama-
lamanya oleh pengorbanan Yesus
Kristus (Ibr. l 0:9, I 0).
Dalam setiap peribadahan, baik di gereja
ataupun di rumah-rumah atau pun di
tempat lain, jelas ada suatu pertemuan.
Pertemuan tadi yang pertama dan utama
bukanlah pertemuan antar orang-orang
yang berdatangan, tetapi pertemuan antara
Allah dan orang yang ingin beribadah !
Tetapi karena setiap orang yang sudah
percaya tidak lagi hidup terpisah-pisah
melainkan telah dihimpun, menjadi
umat (bahkan keluarga Allah) maka
dalam setiap peribadahan terjadi juga
pertemuan antara warga jemaat.
TEMPAT DAN PERAN SIMBOL

Sebagai manusia kita sangat


bergantung pada panca indera kita.
Kita patut bersyukur bahwa
Pencipta kita telah memberikan
bukan hanya mata atau telinga,
tetapi juga mulut, hidung, tangan
dan kaki serta anggota tubuh
lainnya.
Simbol itu penting. Hidup harian
kita penuh dengan simbol-simbol.
Contoh bunga yang menyimbol kan
keindahan dan keharuman. Lampu-
lampu dan lilin-lilin, di samping
memberikan penerangan juga
melambangkan kehidupan.
Alkitab banyak bicara tentang simbol-simbol atau
lambang-lambang, bahkan juga angka-angka. Tuhan
Yesus adalah Kepala Gereja sementara gereja adalah
Tubuh Kristus. Warga jemaat dilambangkan sebagai
berbagai anggota tubuh. Roh Kudus dilambangkan
sebagai merpati atau minyak atau api, sedang Tuhan
Yesus sebagai Anak Domba dan seterusnya.Kita semua
tahu bahwa roti yang dipecah-pecahkan
melambangkan tubuh Yesus yang dipecah-pecahkan,
sedangkan air anggur melambangkan darah-Nya yang
dikucurkan.Bagi orang yang kurang paham, berbagai
simbol memang dapat menjadi pemik-pemik atau
semacam aksesori yang tanpa makna. Tapi bila
mengetahuinya maka simboI akan kaya makna .
TOGA

Penggunaan pakaian liturgi bagi GKMI


bukanlah hal yang baru. Sebagaimana
selama ini para pendeta mengenakan toga
atau jubah, hitam, khususnya pada saat
melayani sakramen sakramen dan upacara
upacara gerejawi. Apabila kita mencermati
gereja-gereja kristen di Indonesia hal
tersebut sangat beragam. Ada,gereja yang
para pendetanya tidak memakai toga,
mereka hanya memakai jas, ada yang
memakai toga (jubah warna hitam) dengan
maupun tanpa stola, tapi juga ada yang
memakai jubah putih (seperti para
Romo/Pastur di gereja Katolik).
Gereja Protestan indonesia
bagian barat (GPIB) dan
yang lainnya. Mereka
melakukan perubahan warna
jubah karena alasan arti warna
dan penyesuaian geografis
Indonesia yang tropis ini.
Toga yang sekarang ini dikenakan oleh para
pedeta, tidak dapat dilepaskan dari latar
belakang sejarah. pembaharuan (reformasi) ·
gereja - memisahkan diri dari gereja . Roma
Katolik dan pada artikel ini ·bukan pada
tempatnya menguraikan permasalahan
seputar pemisahan waktu itu pada tahun
1517. dan berikutnya yang kemudian .Iahirlah
gereja Protestan . Para reformator· seperti
Martin Luther, Johannes Calvin, Zwingli
melakukan pembaharuan-pembaharuan
termasuk "pakaian jabatan" pimpinan gereja
supaya tampak perbedaan antara "pejabat"
Gereja Roma Katolik dengan "pejabat" gereja
Protestan (Reformasi).
Pada tahun 1524 untuk pertama kalinya
Martin Luther berkotbah di Wittenberg,
Jerman mengenakan gaun doktornya. Dari
gaun doktor itu timbullah apa yang
kemudian disebut "talar Injili" (tunica
talaris) . Talar atau toga ini makin lama
makin banyak dipakai hingga diseluruh
Jerman. Di Nederland gereja Protestan
mengambil alih talar atau tabberd atau
toga sebagai "pakaian jabatan" baru.
Melalui para Zending dari Jenrtari, '
Nederland, Swiss dan Amerika maka toga
masuk ke Indonesia sebagai pakaian
jabatan bagi Pendeta.
Mengacu pada latar belakang sejarah
lahirnya toga (jubah hitam) sebagai
pakaian jabatan bagi Pendeta dalam
kaitannya dengan liturgi maka patut
untuk dilengkapi simbol yang lebih
liturgis. Hal ini erat kaitannya bahwa
pengenaan toga bukan untuk kegagahan
melainkan bagaimana seorang pendeta
saat memimpin kebaktian dapat
menghadirkan suasana ibadah, kudus
bagi jemaat, sehingga jemaat menyadari
bahwa mereka ada di gereja dan bukan di
gedung pertunjukkan .
Ada beberapa pemikiran
di antaranya:
1. Pengenaan toga atau jubah hitam
tidak dapat dipisahkan dari akar
sejarah lahirnya pembaharuan gereja
dan sekaligus itu merupakan
identitas yang sudah mengakar lama
(sejak Martin Luther mengenakan
pertama kali pada tahun 1524).
2. Toga yang berlatar belakang
pakaian akademis maka dapat
disempumakan dengan pemberian
makna simbolis dan liturgis yaitu
dilengkapi stola.
Clergicall Collar (Kolar Klerus)
Pengenaan kolar ( Clergicall Collar):
krah melingkar warna putih
memberikan ketegasan identitas sebagai
rohaniwan dalam hal ini pendeta.
Sedangkan pengenaan toga yang
dilengkapi pita putih menjulur ke
bawah dua helai menjadikan "modo
rupo" atau sama dengan para hakim
yang mengenakan toga di pengadilan,
sehingga dari segi nilai rasa dan image
kurang mendukung .
Stola
Stoia yaitu selempang (selembar kain yang ditaruh
melingkar pada leher pendeta dan kedua ujungnya lepas
menjulur ke dadanya). melambangkan kain (handuk)
yang dipakai Tuhan Yesus untuk menyeka kaki para
murid. Jadi stola bukanlah hiasan atau tanda pangkat
malah ia menjadi peringatan bagi sang pendeta bahwa
dia menjadi pelayan. Selempang tadi bukan sekedar
hiasan, juga bukan tanda kepangkatan .
Biasanya selempang atau stola tadi dihiasi (disulam)
dengan berbagai lambang misalnya: salib, atau semak
yang terbakar tapi tidak hangus, burung merpati, huruf X
dan P yang digabung sebagai kedua huruf pertama yang
berarti Kristus, anak domba, mahkotit, simbol roti dan
anggur, simbol IHS (artinya: Yesus Juruselamat Manusia),
simbol ICHTUS dan sebagainya.
Stola adalah kain halus yang dikalungkan di atas
toga yang panjangnya hingga lutut dan ini
merupakan kelengkapan pakaian Jiturgi yang
sudah sejak dulu digunakan. Stola berakar pada
tanda keprajuritan dalam kekaisaran Romawi,
suatu tanda kefap-sediaan dan ketaatan pada
pimpinan dalarn melaksanakan tugas. Dalam
perkembangannya rnenjadi simbol dalam
kepemimpinan liturgi. Pada stola inilah 4 (empat)
warna liturgi yang telah diuraikan di atas dapat
digunakan. Sekaligus stola lebih membawa makna
liturgis dan :Simbolis dan warna wama liturgi
(putih, ungu, merah dan hijau) dari pada hanya
mengenakan toga.
Warna-Warna Liturgis &
Penggunaannya
Putih
Simbol: terang, cahaya Illahi, terang yang tak terpadamkan,
kesucian, kemu rnian sempurna, kejayaan penuh kemenangan
dan kemuliaan abadi.
Penggunaan:
Natal sampai dengan hari minggu sebelum epifani (6 Januari
memperingati perjumpaan orang majus dengan bayi Yesus),
termasuk 31 Desember dan 1 januari
Kamis Putih ( memperingati Perjamuan Malam terakhir dan
Pembasuhan kaki para murid Yesus yaitu malam sebelum Jumat
Agung
Paskah sampai dengan hari minggu sebelum Pentakosta
Kenaikan Tuhan Yesus Ke sorga
Minggu 1 Setelah pentakosta ( Trinitas ) .
Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta maka
menjadi sempurna pernyataan tiga pribadi Allah Bapa , Putera
dan Roh Kudus sebagai Trinitas atau Tritunggal.
Pelayanan Sakramen Baptis dan Perjamuan Kudus
Ungu
a. Simbol Mawas diri, Penyesalan, Pertobatan dan
Kesungguhan yang mendalam, warna ungu merupakan warna
tergelap dalam rangkaian warna warni liturgi sekaligus warna
tersebut dapat menggantikan warna hitam simbol kedukaan.
b. Penggunaan.
Minggu Advent ( 4 Minggu sebelum Natal yang dimulai pada
hari minggu setelah tanggal 26 November).
Minggu sengsara ( 7 Minggu sebelum minggu paskah )
termasuk Minggu Palmarum ( 1 Minggu sebelum Minggu
Paskah) dan hari Jurnat Agung kecuali hari Kamis Putih.
Penggunaan warna ungu pada kedua pe1ayaan Minggu Advent
dan Minggu Sengsara memiliki arti undangan atau ajakan
kepada kita, umat tebusan Allah untuk mawas diri dan
panggilan bertobat menyambut kedatangan Yesus sang bayi
kudus di Betlehem pada hari Natal dan anugerah penebusan
Yesus Kristus di Golgota.
Merah
Simbol : api dan darah, simbol api menunjuk pada
(pencurahan Roh Kudus sedangkan simbol darah menunjuk
pada penumpahan darah para martir sebagai saksi – saksi
iman dan pengorbanan mereka dalam mempertahankan
iman pada Tuhan Yesus Kristus.
Penggunaan :
Hari Raya Pentakosta ( Pencurahan Roh Kudus )
Peringatan Hari Mennonite ( 21 Januari ). 21 Januari 1525
sebagai hari lahirnya gereja Mennonite. GKMI Sebagai gereja
Mennonite di Indonesia biasanya memperingatinya pada hari
minggu yang mendekati tanggal tersebut.
Peringatan hari Reformasi (31 Oktober). 31 Oktober 1517
yang terjadi pembaharuan Gereja dilakukan oleh Martin
Luther sehingga lahirlah gereja Protestan.
Bulan Misi ( Bulan Misi bagi GKMI disenggelarakan pada
bulan Mei ).
Hari Oikumene Indonesia sebagai anggota
Persekutuan Gereja – gereja di Indonesia ( PGI
) kita memperingatinya pada bulan Mei yang
bertepatan selama bulan Mei GKMI
memperingati bulan misi/PI).
Penahbisan gedung gereja, Penahbisan
Pendeta,Peneguhan Majelis Jemaat. ( Untuk
Keperluan tersebut bisa juga menggunakan
warna sebagaimana warna liturgi rangkaian
tahun gerejawi, Misalnya pada saat
Penahbisan Pendeta Berlangsung pada
minggu sengsara maka warna yang dipakai
tetap ungu.
Hijau
Simbol : suasana tenang menyegarkan
menyembuhkan dan harapan. Warna dari Alam dan
musim semi yang bertumbuh dan berkembang.
Sejak dari dulu kala warna Hijau melambangkan
pengharapan sebagai tujuan setiap orang Kristen di
dunia. Hijau juga memberitakan kemurahan hati,
keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan
Memperbaharui lambang perkembangan hidup
rohani jemaat dan karya Roh kudus yang
menghidupkan.
Penggunan
Minggu setelah hari Epifani ( tanggal 06 Januari )
sampai dengan sebelum minggu sengsara I.
Minggu II setelah pentakosta sampai dengan
sebelum Minggu Advent
Dari sini tampak bahwa warna hijau simbol
penyegaran dan pengharapan paling banyak
digunakan dalam perjalanan hidup umat
Allah sebagai buah perjumpaan dengan
Yesus Kristus dan karya Roh Kudus.
Penggunaan Warna – warni Liturgi
sebenarnya telah lama dipergunakan dalam
peribadahan baik untuk kain mimbar taplak
meja maupun kelengkapan kain Liturgi bagi
Pendeta. Pemakain warna warni tersebut
memiliki peran sebagai penggugah perasaan
atas peristiwa yang sedang berlangsung.
Alkitab
Pada waktu seorang Pendeta ditahbiskan,
kepadanya diberikan Alkitab sebagai lambang bahwa
Jemaat telah menyerahkan dan mempercayakan
kepadanya pelayanan Firman Allah untuk disampaikan
dan diajarkan kepada Jemaat yang dimiliki Allah), juga
alat – alat sakramen ( untuk Baptisan dan Perjamuan
Kudus. Tetapi apabila pada setiap Kebaktian ( Hari
Minggu ) ada seorang Penatua Menyerahkan Alkitab
kepada Pendeta atau Pengkotbah tamu, hal itu
melambangkan bahwa pendeta dan Pengkotbah tamu
tsb diingatkan agar ia mengajarkan kebenaran Firman
Allah dan bukan Filsafat atau kepandaian Manusia (
sementara Penatua yang menyerahkannya ikut
bertanggung jawab dalam hal meneliti dan mengawasi
pengajaran yang disampaikan .
Penjelasan
Unsur – Unsur Liturgi
Votum
Arti kamus Votum adalah dasar. Jadi
Votum adalah pernyataan atau
keyakinan tertentu yang mendasari
ibadah perayaan Iman Jemaat. Votum
Bukan Doa ia diungkapkan untuk
mendasari ibadah umat beriman, oleh
karena itu sebaliknya umat tidak
memejamkan mata , dapat dilihat
misalnya pada PPR II Nomor 671 ).
Salam
Salam diucapkan menyusuli Votum. Salam
bukan doa dan juga bukan berkat salam adalah
salam oleh karena pelayan tidak perlu
mengangkat kedua tangannya ( sikap memberikan
Berkat ) melainkan cukup dengan satu tangan
tegak lurus keatas ( Kebiasaan di dunia timur )

Introitus
Arti kamus nya adalah jalan masuk, nyanyian
masuk yang digunakan oleh umat, bagi ini dapat
dilakukan dengan atau tanpa ayat pendahulu isi
pujiannya adalah puji pujian kita dapat melakukan
introitus sebagai lagu Prosesi .
Prosesi
Adalah arak – arakan dari pelayan ibadah
ketika memasuki ruang ibadah. Umat berdiri
dan melagukan Introitus – Doxology.

Nas Pembimbing
Adalah bagian Alkitab yang dipakai untuk
menjadi bimbingan hidup umat dalam
peribadahan saat itu maupun untuk hidup
selanjutnya Terhadap Nas Pemimbing ini
Jemaat Menyambut dengan berkata/menyanyi
''Amin''.
Pujian
Sebagai sambutan secara dialogis maka jemaat lalu memuji
Tuhan Sebaiknya tidak harus selalu dengan lagu yang sama.
Bukan sekadar untuk menghindari rutinitas tanpa makna
tetapi jemaat memang sewajarnyalah siap untuk menyambut
kehadiran Tuhan dengan pujian dan penyembahan. PPR II
telah
menyediakan banyak pilihan seperti No.2 18;224;233;234;235
;236;237;238;239;246;247. Jadi dengan demikian sejak pada
awal ibadahpun sudah terjadi dialog. Tuhan menyapa (dengan
salam), jemaat menjawab lengan pujian! Demikianlah
seterusnya. Lagu-lagu yang bersifat penyembahan dan
pujian telah dipilih agar jemaat makin dipersiapkan dan
dihantar untuk bersekutu dengan Tuhan bersama tadi antara
je maat wanita dan atau lain . Makin dipersiapkan secara
khusus sama dengan warga jemaat lainnya
Sayangnya, karena sempit dan terbatasnya waktu biasanya jumlah
pujian dibatasi, padahal jemaat mempunyai hak untuk· memuji
dan memuliakan Tuhan yang sedang mereka sembah ! Alangkah
baiknya apabila disediakan kesempatan dialog bahkan dalam
menaikkan pujian barangkali antara majelis jemaat dengan umat
yang lain. Makin dipersiapkan secara Khusus akan menjadi makin
indah sehingga setiap warga jemaat dididik untuk tidak lengah dan
jalan saja seperti mesin yang membosankan. Menyanyi berbalas –
balasan tadi akan menjadi makin bermakna apabila tiap bagian
yang dinyanyikan oleh pihak-pihak tertentu (wanita-pria, majelis
jemaat-umat, orang tua (ayah-ibu) dengan anak-anak atau pemuda)
memang mengena. Dalam memilih lagu-lagu alangkah lebih baik
kalau di samping disesuaikan dengan tema, juga disesuaikan dengan
misalnya baptisan, penyerahan anak-anak, pernikahan, hari ulang
tahun dan sebagainya. Lagu-lagu tadi disusun sedemikian rupa, juga
halnya dengan solo atau duet, atau paduan suara atau vocal group,
sehingga semuanya akan makin lebih mempersiapkan jemaat untuk
membuka hati dan menerima Firman Tuhan sebagai klimaksnya.
Amin
Manakala pemimpin umat
membacakan beberapa ayat, maka jemaat
harus mendengarkan dan
memperhatikannya dengan baik sehingga
ketika pemimpi berhenti berbicara jemaat
langsung dapat siap menanggapi bersama
dengan Amin. Tanggapan Amin tadi dapat
diucapkan atau dinyanyikan. Dengan
demikian segenap jemaat mengakui dan
membenarkan ayat-ayat yang baru saja
dibacakan ! sekali lagi telah terjadi
pernyataan dan jawab antara pimpinan
(wakil Allah) dengan umat (jemaat).
Doa Pengakuan Dosa
Adalah doa bersama baik untuk
pengakuan dosa pribadi maupun dosa
kolektif
Berita Anugerah, Amanat Hidup Baru
Berita Anugerah adalah berita
pengampunan dosa yang dibacakan setelah
umat mengaku dosa. Setelahnya umat
kembali ditunjukan kearah dan jalan yang
dikehendaki dalam Amanat Hidup Baru
(yang sudah diperbaharui melalui
pengampunan dosa tersebut).
Doa Epiklese
Yaitu doa mohon pimpinan Roh Kudus agar
pemberitaan Firman dapat dipahami dengan baik
serta dapat dibuahkan dengan tepat dan lebat.
Oleh karenanya, doa ini dipanjatkan sebelum
khotbah.

Doa Syafaat
Adalah doa untuk kepentingan pihak lain.
Doa syafaat adalah doa jemaat, oleh karenanya
itu semestinya dipanjatkan oleh Jemaat atau
Majelis, bukan oleh Pendeta. Pelayan Ibadah bisa
mengakhiri doa syafaat dengan mengajak umat
memanjatkan Doa Bapa Kami bersama-sama.
Doa Tanggapan Firman
Doa tanggapan bukan khotbah kecil. Doa ini adalah
untuk mohon kekuatan Allah agar apa yang difirmankan
dapat termetaraikan dan tertumbuhkan dalam kehidupan
umat. Sebaiknya dilayankan oleh Jemaat atau Majelis (Bukan
oleh Pengkhotbah).

Warta Jemaat
Warta gereja perlu diletakkan di dalam rangkain
liturgi yang diapit doxology dalam bentuk Votum Salam dan
Berkat, jangan di luarnya. Alasannya, berita jemaat (warta
gereja) merupakan unsur liturgi yang memuat relasi dan
korelasi umat secara horizontal. Bila kita mencermati
dimensi ecclesia, maka nyatalah bahwa relasi dan korelasi
yang demikian pada dasarnya termasuk unsur pembentuk
ibadah umat.
Persembahan
Merupakan wujud syukur kepada Allah dan wujud
solidaritas umat terhadap karya Allah dalam gereja/
persekutuan umat. Sikap hati yang benar dan tepat merupakan
syarat dari sah atau tidaknya persembahaan yang dihaturkan.
Doa mempersiapkan dan atau doa setelah persembahan
dikumpulkan sebaiknya disampaikan oleh pengkhotbah sebagai
simbol imam yang mendaraskan doa bagi persembahan umat.
Alangkah lebih baik lagi kalau sebelum berdoa dibacakan
kutipan ayat yang berkenaan degan persembahan syukur (dapat
dibantu oleh gembala sidang atau team hamba Tuhan). Dan
sementara kolekte diedarkan, agar tetap terpelihara
kekhidmatan, jemaat tidak menyanyi. Untuk ikut mendukung
suasana beribadat dapat dimainkan dengan lagu yang lembut
(juga yang mewujudkan uangkapan persembahan atau
komitmen lainnya). Sesekali boleh juga ada solo atau duet yang
lembut.
Pengakuan Iman Rasuli
Merupakan pengakuan iman ang sudah lama
diakui oleh orang beriman. Pengakuan iman ini
adalah syahadat. Intisari iman yang dirumuskan
oleh gereja pada waktu itu. Disebut rasuli bukan
karena jumlahnya yang 12 baris, namun karena
rumusan-rumusan pengakuan itu bersifat rasuli.
Selain Pengakuan Imam yang sering dipakai ini
dapat juga dipergunakan rumusan pengakuan
Iman yang lain seperti PPR II.
Sebaiknya dilakukan dengan tegak berdiri tanpa
tutup mata
Pembasuhan Kaki
Merupakan tradisi gereja yang
mengacu pada karya Yesus sendiri
(Yoh 13). Inti dari pembasuhan
kaki adalah kerendahan hati yang
dinyatakan satu sama lain,
sekaligus menegaskan salah satu
ciri teologi Mennonit yang pantang
kekerasan, sebab kerendahan hati
pada dasarnya adalah anti
kekerasan.
Berkat Rasuli
Merupakan berkat Imamat yang ditujukan
kepada umat. Oleh karen aitu imam mengangkat
kedua tangannya. Makna teologis berkat rasuli
adalah berkat yang berwibawa rasuli yang
disediakan bagi umat agar dalam mengarungi
kehidupan umat senantiasa mendapatkan
penguatan dan pemerkayaan batin. Setelah
berkat rasuli disampaikan, tidak harus disambut
dengan lagu yang satu dan sama, yang itu-itu
juga) sudah disediakan beberapa pilihan,
misalnya terdapat pada lagu nomor : 219, 220,
221; 222;223; 225; 226; 227; 228; 229; 230; 231.
Telah tersedia beberapa pilihan
rumusan berkat yang tentunya dapat
dipilih sesuai dengan tema atau
situasi dan kondisi sosial masyarakat
dan pergumulan warga jemaat (PPR
II, 672)
• jjjj
KOLAR PENDETA
STOLA
Contoh
Liturgi
A. LITURGI
PENYERAHAN ANAK
B. LITURGI BAPTISAN
KUDUS
C. LITURGI
PERNIKAHAN
D. LITURGI KEMATIAN

Anda mungkin juga menyukai