Kematian Sel
Kematian Sel
Herlina Pratiwi
Sel melakukan adaptasi terhadap stressor
dari luar diantaranya dengan melakukan
respon:
- Hypertrophy
- Hyperplasia
- atrophy dan
- Metaplasia
Jika usaha adaptasi tersebut tidak berhasil
maka dapat menyebabkan kerusakan sel
Bagi sel yang kerusakannya reversibel, maka
sel itu dapat kembali berfungsi seperti sedia
kala,namun bagi sel yang mengalami
kerusakan secara irreversibel, maka sel itu
akan mengalami kematian sel
Kematian sel dapat disebabkan oleh
beberapa kejadian, diantaranya ischemia,
infeksi, toksin dan reaksi imun
Kematian sel juga merupakan salah satu
proses yang normal terjadi pada fase
embriogenesis, perkembangan organ dan
pengaturan homeostasis.
peningkatan besar sel yang mengakibatkan
perbesaran organ.
Tidak terdapat sel baru, hanya mengalami
perbesaransel, perbesaran terjadi karena
peningkatan jumlah struktur protein dan
organel sel.
Bisa terjadi secara fisiologis ataupun
patologis, bisa juga terjadi karena stimulus
dari peningkatan hormon tertentu.
Ex: perbesaran uterus karena stimulus dari
estrogen sehingga terjadi hiperplasi dan
hipertropi.
proses adaptasi dengan melakukan replikasi
sel, sehingga penambahan jumlah sel
membuat organ membesar.
Hiperplasi bisa secara fisiologis dan patologis
(ex: cancer).
Hipertropi secara fisiologis dibagi menjadi 2:
1) hormonal hyperplasia.
Ex: selama masa kebuntingan dan pubertas
2)compensatory hyperplasia.
Ex: kematian jaringan hati
pengecilan ukuran dari sel yang disebabkan oleh
karena sel kehilangan substansi sel, sehingga
menyebabkan berkurangnya ukuran organ.
Atropi memungkinkan terjadinya menurunnya
fungsi sel, namun bukan merupakan kematian
sel.
Atropi terjadi akibat penurunan dari sintesis
protein dan peningkatan degenersi protein di
dalam sel.
Penyebab atropi diantaranya bisa karena
kehilangan inervasi, kekurangan suplai darah,
kekurangan nutrisi, kehilangan stimulasi
endokrin, dan aging.
perubahan reversibel dari fenotip sel yang
digantikan oleh tipe sel yang lain
Sering terjadi karena iritasi yang terjadi
secara kronis.
Pada kondisi ini sel yang mengalami adaptasi
digantikan oleh tipe sel lain yang lebih bisa
menghadapi stresor.
Terjadi akibat genetik "reprogramming"
pada stadium awal terjadinya kerusakan atau
pada kerusakan ringan, kerusakan fungsi dan
morfologi akan dapat kembali normal jika
penyebab dari kerusakan tersebut
dihilangkan.
Pada stadium ini meskipun terjadi kerusakan
sel secara signifikan, namun tidak terjadi
kerusakan baik pada membran sel maupun
pada pada inti.
pada kerusakan yang terjadi secara terus
menerus, maka kerusakan tersebut menjadi
irreversibel dan akhirnya sel tidak memiliki
kemampuan untuk memperbaiki kerusakan
sehingga menyebabkan sel mati.
Ada 2 macam kematian sel, yang dibedakan
dari morfologi, mekanisme dan perubahan
fisiologis dan penyakit, yaitu apoptosis dan
nekrosis.
kematian sel oleh sel itu sendiri yang disebabkan
oleh growth factor atau DNA sel atau protein
yang dihancurkan dengan maksud perbaikan.
Memiliki karakteristik sel dimana inti sel
mengalami pemadatan dan tidak terjadi
kerusakan membran sel.
Apoptosis memerlukan sintesis aktif RNA dan
protein dan merupakan suatu proses yang
memerlukan energi
Secara morfologis, proses ini ditandai oleh
pemadatan kromatin di sepanjang membran inti
Sel mengalami pengurangan ukuran dan
sitoplasmanya berwarna eosinophilic terang serta
nukleusnya mengalami kondensasi
terjadi kerusakan membran, lisososm
mengeluarkan enzim ke sitoplasma dan
menghancurkan sel, isi sel keluar
dikarenakan kerusakan membran plasma dan
mengakibatkan reaksi inflamatori.
Nekrosis adalah pathway yang secara umum
terjadi pada kematian sel yang diakibatkan
oleh:
- Ischemia
- Keracunan
- infeksi dan
- trauma
A. Nukleus
Piknosis : nukleus terlihat lebih bundar,
ukuran lebih kecil dan gelap
Karioreksis : nukleus mengalami fragmentasi
menjadi kecil dan tersebar
Kariolisis : nukleus lisis, tidak terlihat
sehingga rongga kosong dibatasi membran
nukleus disebut ghost.
B. Sitoplasma : berwarna asidofilik, struktur
tidak jelas, jika melanjut :
1. Tidak terlihat garis besar struktur histologi
sel
2. Tidak terlihat adanya pewarnaan
Secara makroskopik dan dengan pemeriksaan
mikroskop dapat dikenali beberapa bentuk
nekrosis.
Bentuk-bentuk tersebut:
- Nekrosis koagulasi
- Nekrosis liquefaktif (mencair)
- Nekrosis lemak
- Nekrosis kaseosa (perkejuan)
Tidak hanya terjadi denaturasi protein,
namun juga berkaitan dengan hambatan
enzim-enzim litik.
Sel tidak mengalami lisis, dengan demikian
kerangka luar sel relatif utuh.
Inti menghilang dan sitoplasma yang
mengalami asidifikasi menjadi eosinofilik
Gambaran makroskopik :
terlihat berwarna putih, keabu-abuan atau
kekuning-kuningan dan sedikit berlemak, padat
Gambaran mikroskopik :
struktur sel dan jaringan masih jelas, inti sel
mengalami piknotik (menghilang), sitoplasma
lebih acidophilic
Ditandai oleh larutnya jaringan akibat lisis
enzimatik sel-sel yang mati.
Proses ini biasanya terjadi di otak sewaktu
terjadi pelepasan enzim-enzim otokatalitik
dari sel-sel yang mati.
Nekrosis likuefaktif juga terjadi pada
peradangan purulen akibat efek heterolitik
leukosit polimorfonuklear pada pus.
Jaringan yang mengalami likuefaksi menjadi
lunak, mudah mencair, dan tersusun oleh sel-
sel yang mengalami disintegrasi dan cairan.
.
Gambaran makroskopik :
adanya benjolan berisi cairan dikelilingi kapsula tipis
dan ireguler.
Gambaran mikroskopik :
tampak ruang kosong dengan sisa kapsula yang
ireguler, terlihat fibrin dan neutrophil disekitarnya.
Terjadi akibat kerja enzim-enzim lipolitik
pada jaringan lemak.
Proses ini biasanya terjadi pada nekrosis
pankreatik akut dan merupakan konsekuensi
pelepasan lipase pankreas ke jaringan
peripankreas.
Lipolisis ditandai oleh hilangnya kontur sel-
sel lemak.
Asam-asam lemak yang dibebaskan dari sel
lemak mengalami saponifikasi dengan
mengikat natrium, kalium dan kalsium.
Memiliki baik gambaran nekrosis koagulasi
maupun likuefaktif.
Biasanya nekrosis ini terjadi di bagian tengah
granuloma tuberkolusa, yang mengandung
bahan seperti keju yang putih atau
kekuningandan merupakan asal nama
nekrosis tipe ini.
Secara histologis, rangka luar sel tidak lagi
utuh, tetapi sebaliknya jaringan juga belum
mencair.
Sisa-sisa sel tampak sebagai bahan amorf
bergranula halus.
Gambaran makroskopik :
terlihat berwarna putih, keabu-abuan atau
kekuning-kuningan dan sedikit berlemak, padat
Gambaran mikroskopik :
struktur histologi sudah tidak terlihat lagi
membentuk masa bergranulasi.
Dengan pengecatan HE berwarna keabu-abuan,
dikelilingi oleh epiteloid dan limfosit.
SELAMAT
BELAJAR