• Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, Malampati II, buka mulut > 3 jari
• Leher : ROM baik
• Thoraks :
• Paru : Pergerakan dada kanan tertinggal, VBS kanan menurun, retraksi (-) wheezing -/-, ronchi -/-.
Undulasasi (+) Produksi (+) empyema (+)
• Jantung : BJ reguler, Murmur -, Gallop -
• Abdomen : Datar supel, BU (+) normal
• Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
• Lab 7/11/2019
Hb Ht L Tr PT INR aPTT
11/10/19
pH PCO2 pO2 HCO3 BE SpO2 Laktat
7,449 30,0 88,3 21,0 -1,5 96,7 1,6
Thorax
• Efusi pleura
massif kanan
Assesment
A:
• Trapped lung pada pasien Empyema dextra ec suspek TB paru on
treatment + Drug induce Hepatotoksin + Efusi pleura kanan
• ASA III
P:
• Anestesi Umum
• Puasa 6 jam pre operasi
• IVFD RL Maintenance 2 cc/kgBB/ jam 120 cc/ jam
• ETT double lumen
• Post op Ruangan PICU
Problem
Actual Potential
• Thoracostomy • Hypoxia
• Lateral decubitus position • Hypoventilation
• One Lung Ventilation • AIrway trauma
• Haemorrage
• Aspiration
• Airway obstruction
Planning
• Induksi
• Preoksigenisasi
• Fentanyl 100 mcg, Propofol 100 mg, Atracurium 0,5 mg
• ETT double lumen
• Maintenance :
• dengan Isofluran 1-2 Vol % dan O2:N20 50:50
• Post Operasi
• Fentanyl 20 mcg/kg/jam
• Paracetamol 800 mg/6jam
• Paravertebral block
• Rawat PICU
One Lung Ventilation
• Single lung ventilation :
menggunakan doble lumen
bronkial tube dapat ventilasi
satu atau kedua paru, dapat
dilakukan suction
Perubahan fisiologis yang terjadi selama One lung
Anesthesia :
• Posisi lateral dekubitus paru dependen dan non
dependen
• Karena gaya gravitasi, aliran darah pulomonal akan
lebih besar pada area dependen, di mana area non
dependen akan memiliki komplians lebih besar.
• OLV : perfusi pada daerah nondependent tanpa
ventilasi shunting berkurang oleh gaya gravitasi
dan adanya hypoxic pulmonary vasoconstriction (HPV).
• Rumatan anestesi :
1.Kombinasi agen volatile dan opioid. Keuntungan
volatile: potent dose related bronkodilator, depresi
airway refleks, dapat menggunakan oksigen
konsentrasi tinggi jika diperlukan, relatif mampu
mencapai kedalaman anestesi dengan cepat.
2. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan lower lung syndrome shg terjadi
hipoksemia, meningkatkan intrapulmoner shunting
selama one lung ventilation
• Manajemen one lung ventilation :
1. Lower tidal volume (4-6 mL/kgBB)
2. penggunaan PEEP (5-10 cmH2O)
3. Lower FiO2 (50-80%)
4. Lower ventilatory pressure (plateu pressure <25
cmH2O, peak airway pressure <35 cmH2O)melalui
pressure controlled ventilation
5. Pada akhir prosedur, operatif lung diinflasi gradual
untuk mencapai peak inspiratory pressure <30 cmH2O
Manajemen hipoksia selama tindakan OLV
Manajemen Post operatif
• Yang harus diperhatikan pada post op:
Ventilasi mekanik post op
Airway management
Ketidakstabilan hemodinamik
Pain Management.
• Pot op akan diobservasi di iCU/HCU. Hipoksemia
dan asidosis respiratorik post op sering terjadi
disebabkan atelektasis dan “shallow
breathing”akibat nyeri luka operasi
• Komplikasi perdarahan post op sekitar 3% dari
torakotomi dengan angka mortalitas 20%
Tanda-tanda perdarahan di antaranya produksi chest
tube drain meningkat (>200 mL/jam), hipotensi,
takikardi, hematokrit menurun
• Post operatif : head elevasi (>30%>, suplementasi
oksigen, monitoring hemodinamik. Adekuat pain
management
• Analgesia post operatif:
pain score 7-8 kombinasi opioid dan NSAID