Anda di halaman 1dari 12

FAR M AKOG NOS I

“P ENENTUAN KADAR
TA N I N
PA DA
S I M P LIS IA”

K E L OM POK 5
1. N I N A M URS YI DAH
2. N AD I A G US TI
PENENTUAN KADAR TANIN

• Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul (BM) yang
cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan
strukturnya, tanin diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi.

1) Tanin Terhidrolisis
2) Tanin Terkondensasi
1. Tanin Terhidrolisis
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk jembatan
oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.

2. Tanin Terkondensasi
Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, melainkan terkondensasi di mana
menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid. Tanin
jenis ini dikenal dengan nama Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavonoid yang
dihubungan dengan melalui C8 dengan C4, contohnya Sorghum procyanidin yang tersusun dari
catechin dan epiccatechin.
KLASIFIKASI TANIN BERDASARKAN WARNA DARI GARAM
FERRI (FECL 3 ), DAPAT DIGOLONGKAN
MENJADI DUA YAITU :

a. Katekol
Berwarna hijau dengan 2 gugus fenol. Misalnya : Flobatanin dan Pirokatekol. Memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
• Apabila dipanaskan akan menghasilkan katekol
• Apabila didihkan dengan HCl akan menghasilkan flobapin yang berwarna merah.
• Apabila ditambahkan FeCl3 akan berwarna hijau.
• Apabila ditambahkan larutan Br akan terbentuk endapan.
• Contoh Katekol : Asam kirotamat (pada kina) dan asam katekotanat (pada gambir).
b. Pirogalatanin (pirogalol)
Berwarna biru dengan FeCl3 dengan 3 gugus fenol. Memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
• Apabila dipanaskan akan terurai menjadi pirogalol.
• Apabila dididihkan dengan HCl akan dihasilkan Asam gallat dan Asam ellag.
• Apabila ditambahkan dengan FeCl3 akan berwarna biru.
• Apabila ditambahkan brom tidak akan terbentuk endapan.
• Contoh Pirogalatanin : Gallotanin (pada gallae) dan Ellagitanin (pada Granati cortex)
SIFAT FISIK DARI TANIN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1) Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat
2) Jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan
3) Tidak dapat mengkristal
4) Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebutsehingga
tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik

· Sifat kimia :
1) Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan
sehingga sukar mengkristal
2) Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi
3 ) Sifat tannin sebagai pengkhelat logam .
Penentuan Kadar Tanin
Prosedur Kerja :
• Ditimbang 1,5 gr tanin, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala 100 ml
lalu ditambahkan air 50 ml. dipanaskan pada suhu 40 – 60C selama 30
menit. Setelah dingin larutan disaring ke dalam labu ukur 250 ml, lalu
ditambahkan dengan air sampai tanda garis.
• Dari larutan di atas diambil 25 ml dimasukan kedalam Erlenmeyer
ditambahkan 20 ml larutan indigocarmin kemudian dititrasi dengan larutan
KMnO4 0,1 N, tiap kali penambahan sebanyak 1 ml KMnO4 hingga warna
berubah dari biru menjadi hijau selanjutnya titrasi dilakukan tetes demi tetes
hingga warna hijau menjadi warna kuning emas. Misalnya diperlukan volume
titran A ml.
• Penetapan blanko dilakukan dengan memipet 20 ml larutan indigocarmin
kedalam erlemneyer dan ditambahkan air lalu dititrasi seperti contoh di
atas. Misalnya diperlukan volume titran B ml.
• Kadar tanin dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Tanin = 10 (A-B) x N x 0,00416 x 100%
Cara 2 :
Metode Penetapan Kadar Tanin
Kadar tanin dapat ditetapkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode yang
biasanya digunakan untuk menentukan kadar tanin total adalah sebagai berikut :
1. Metode Gravimetri
Analisis dengan menggunakan metode gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan
berat tetap (berat konstan)-nya. Reagen atau pereaksi yang ditambahkan adalah berlebih untuk
menekan kelarutan endapan.
2. Metode volumetri/permanganometri
Berdasarkan reaksi kimianya, metode volumetri dikelompokkan menjadi 4 jenis reaksi, yaitu
reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks.
3. Metode Kolorimetri
Contoh metode penetapan kadar tanin dari sebuah paper, misalnya dengan menggunakan
metode kolorimetri dalam menentukan jumlah tanin total pada daun Jati Belanda, menggunakan
pereaksi biru prusia. Prinsipnya yaitu reaksi reduksi senyawa besi (III) menjadi senyawa besi (II)
oleh tanin membentuk warna biru-hitam selanjutnya dengan penambahan pereaksi biru prusia,
akan membentuk suatu kompleks berwarna biru tinta yang dapat diukur menggunakan
spektrofotometer pada daerah sinar tampak.
Reaksi yang teradi adalah sebagai berikut :
Fe 3+ + tanin → Fe 2+
Fe 2+ + K3Fe(CN)6 → 3KFe[Fe(CN)6]
Kompleks yang terbentuk berwarna biru tinta.
Identifikasi Senyawa Tanin

Dalam melakukan identifikasi senyawa tanin dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Untuk menganalisam secara kulitatif senyawa tanin, dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut:
· Memberikan larutan FeCl3 yang berwarna biru tua / hitam kehijauan.
· Menambahkan Kalium Ferrisianida yang ditambahkan dengan amoniak berwarna cokelat.
· Mengendapkan dengan garam Pb, Sn, Cu, dan larutan Kalium Bikromat berwarna cokelat

Untuk menganalisis senyawa tanin secara kuantitatif dapat diguanakan metode sebagai berikut :
· Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya.
· Dengan menggunakan kromatografi, seperti HPLC dan UV-Vis.
· Metode analisis fenol secara umum, menggunakan pereaksi blue prussian dan pereaksi
Folin.
· Metode presipitasi dengan menggunakan protein.
Uji Kualitatif
Ke dalam gelas kimia dimasukkan sebanyak 0,5 gram serbuk sampel, kemudian ditambahkan 20
mL aquades lalu dididihkan dan disaring. Setelah itu 0,5 mL filtrat ditambahkan ferriklorida 0,1%
dan diamati terjadinya perubahan warna.

Uji Kuantitatif
Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 50 mL
aquades, diaduk dengan menggunakan pengocok mekanik selama 1 jam. Setelah itu larutan
disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan air hingga tepat tanda
batas. Kemudian dipipet 5 mL filtrat ditambah 0,8 mL kalium heksasianoferrat(III) 0,008 M
dalam 0,1 N asam klorida dan 0,8 mL ferriklorida 0,1 M dalam 0,1 N asam klorida. Kemudian
didiamkan, setelah itu diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer ultraungu-
tampak pada panjang gelombang 420 nm.
TERIMA K ASIH

Anda mungkin juga menyukai