Anda di halaman 1dari 18

SISTEM ROYALTI DUNIA DAN INDONESIA

Webster’s 3rd New International Dictionary of The English Language, Philip


B. G., 1976 :
“A share of the product or profit of property reserved by the owner when the
property is sold, leased, or used or payment (as a percentage of amount of
the property used) to the owner for permitting another to exploit, use, or
market such property (as a natural resources), patent or copyright) which is
often subject to depletion with use”.
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990
“Pembayaran kepada seseorang atau badan sebagai imbalan atas ijin untuk
menggunakan hak orang lain atau badan tersebut, misalnya hak
penambangan, hak paten dan hak cipta dalam jangka waktu atau sampai
jumlah tertentu.
Besarnya royalti tergantung dari manfaat yang diperoleh dari penggunaan
hak tersebut”
Sedangkan…..

menurut PP 13 Tahun 2000 adalah :


◦ “ …… iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti, yaitu
pembayaran kepada pemerintah sehubungan dengan
pemanfaatan kandungan mineral yang berasal dari
suatu wilayah pertambangan yang diusahakan
sehingga pengusaha memperoleh kesempatan untuk
menikmati hasil dari kandungan mineral tersebut”
Berdasarkan bentuk tarif dan basis
pengenaan, royalty dibedakan menjadi:

UNIT SPECIFIC AD VALOREM PROFIT BASED


1. UNIT SPESIFIK
Royalti unit specific adalah royalti yang tarifnya berbentuk nilai
(sejumlah uang) tertentu dan pengenaannya atas dasar jumlah
unit (volume atau berat) mineral yang dieksploitasi ataupun yang
dijual. Royalti ini sering pula disebut sebagai “quantum” atau “flat
rate royalty”. Sebagai contoh setiap menjual 1 kg emas maka
perusahaan dikenakan royalti sebesar US$ 225 – 235.

enetapan tarif dan batasan perhitungan kuantitas mineral yang


diproduksi (ex-mine value atau metal content ) untuk masing-
masing kontrak dan atau negara dapat berbeda, ada yang sudah
tetap dan ada pula yang perlu dinegosiasikan.
2. AD VALOREM

Ad valorem royalty adalah royalti yang tarifnya berbentuk


prosentase dan pengenaannya dihitung berdasarkan pendapatan
kotor atas hasil penjualan bahan tambang. Sebagai contoh
perusahaan wajib membayar royalti sebesar 2-4% terhadap
pendapatan kotor dari hasil penjualan bahan tambangnya.
Seperti juga royalti unit specific, penetapan tarif dan batasan
perhitungan kuantitas mineral yang diproduksi (ex-mine value atau
metal content) royalti ini untuk masing-masing kontrak dan atau
negara dapat berbeda, ada yang sudah tetap dan ada pula yang
perlu dinegosiasikan.
3. PROFIT BASED ROYALTI

Profit-based royalty adalah royalti yang tarifnya berbentuk


prosentase dan basis pengenannya adalah “nilai keuntungan”
perusahaan didalam mengelola dan memanfaatkan suatu
sumberdaya mineral. Cara perhitungannya mirip dengan
perhitungan pajak penghasilan badan (PPh), namun berbeda
dalam filosofi pengenaannya.

Royalti ini masih jarang diterapkan, umumnya digunakan untuk


menarik minat investor dalam rangka pengintensifan kegiatan
eksplorasi, pengembangan daerah terpencil (remote) atau
pemanfaatan cadangan marjinal. Tarif pengenaannya,
termasuk batasan biaya yang dapat dideduksi dan atau
batasan pengertian keuntungan (profit), disesuaikan dengan
hasil negosisasi antara perusahaan dengan pemerintah dimana
bahan galian tersebut terdapat. Negara yang menerapkan
royalti ini adalah Ghana sebesar 3%-12% dan Australia (New
South Wales).
Contoh ROYALTI Beberapa Negara
Perbandingan keunggulan dan kelemahan
PENGATURAN ROYALTI DI INDONESIA

Terdiri atas:
◦ Iuran tetap (dead rent)
◦ Iuran produksi (eksplorasi atau eksploitasi)

Besarnya tarif diatur dengan Peraturan Pemerintah


(PP No. 45 tahun 2003).
Pembagian manfaat dari iuran-iuran tersebut telah
diatur pada PP 32 tahun 1969, yang kemudian
mengalami perubahan yang dituangkan dalam PP
79 tahun 1992
PEMBAGIAN ROYALTI DI INDONESIA

Menurut PP No. 32/1969 dibagi


◦ 30% untuk Pemerintah Pusat dan
◦ 70% untuk Pemerintah Daerah

PP No. 79 tahun 1992 pembagian tersebut


◦ 20% untuk Pemerintah Pusat,
◦ 16% untuk Pemerintah Daerah Tk. I dan
◦ 64% untuk Pemerintah Daerah Tk. II (atau 80% utk Pemda)

Menurut UU No. 33/2004:


◦ Iuran tetap (16% utk provinsi, 64% utk kabupaten ybs)
◦ Iuran produksi (16% utk provinsi, 32% utk kabupaten
penghasil, 32% dibagi untuk semua kabupaten di provinsi ybs
IURAN TETAP UNTUK KP MENURUT PP
45/2003

Iuran tetap/land rent untuk


◦ Penyelidikan Umum: Rp. 500/ha (tahun 1) dan Rp.
1000/ha (tahun 2)
◦ Eksplorasi: Rp. 2000,-/2500,-/3000,-
◦ Perpanjangan Eksplorasi: Rp. 5000,-/7000,-
◦ Pembangunan fasilitas eksploitasi: Rp. 8000,- (1-3)

Eksploitasi:
Tahap 1 untuk endapat laterit dan endapan permukaan yang
meluas lainnya: Rp. 15.000,- /ha/tahun
Tahap 2 untuk endapan primer dan endapan aluvial: Rp. 25.000,-
/ha/tahun
IURAN TETAP UNTUK KK & PKP2B MENURUT PP
45/2003

Iuran tetap/land rent untuk :

Penyelidikan Umum: $ 0,05/ha (tahun 1) dan $ 0,10/ha (tahun 2)



Eksplorasi: $ 0,20/0,25/0,30/0,50/0,70
Studi kelayakan: $ 1,00/1,00
Konstruksi: $ 1,00(tahun 1-3)

Eksploitasi:
Tahap 1 untuk endapat laterit dan endapan permukaan yang
meluas lainnya: $ 2,00/ha/tahun
Tahap 2 untuk endapan primer dan endapan aluvial: $ 4,00
/ha/tahun
JENIS DAN TARIF ROYALTI PU KP, KK & PKP2B MENURUT PP. no 45/2003
Contoh PNBP dari sektor pertambangan
PENERIMAAN NEGRA DARI SEKTOR ESDM
Contoh kasus……

Detik.com, 1 November 2011

PT Freeport Indonesia
Royalty :
Tembaga = 3,5%
Emas = 1%
Perak = 1%

Total penerimaan negara tahun 2011 (sampai triwulan III)


= US $ 2 milyar
CARI PENDAPATAN
NEGARA DARI PT. FI

Anda mungkin juga menyukai