DALAM
KLHS DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
• DDDTLH
• Intergrasi Daya Dukung dalam analisis KLHS
• Contoh penerapannya
DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN HIDUP (DDDTLH)
DEFINISI
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya.
Pasal 3 : Tujuan penye- Pasal 19 huruf e : DDDT-LH Pasal 9 ayat (3) : daya dukung Pasal 12 ayat (1) : Daya dukung Pasal 9 ayat (3) : daya dukung Pasal 9 ayat 5 (dan
lenggaraan kehutanan mjd. dasar RTRW-N. ekosistem mjd. dasar dalam lingkungan hi-dup menjadi salah ekosistem menjadi dasar Penjelasannya) : Daya dukung
meningkatkan daya dukung Pasal 22, ayat (2) huruf d : perenca-naan zonasi Wilayah satu pertimbangan dalam dalam perencanaan zonasi lingkungan menjadi dasar
DAS. DDDT-LH mjd. dasar RTRW-P. P3K. penetapan kawasan strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau menentu-kan kesesuaian lahan
Pasal 33 ayat (2) : Pe-manenan Pasal 25, ayat (2) huruf d : Pasal 63 ayat (3) : Dlm. upaya pariwisata. kecil. sebagai lahan pertanian pangan
dan pengolah-an hasil hutan DDDT-LH mjd. dasar RTRW-K. pemberdayaan masyarakat, Pasal 63 ayat (3) : Dlm. upaya yang sudah ada dan lahan
tidak boleh melebihi daya Pemerintah dan Pemda pemberdayaan masyarakat, cadangan.
Pasal 34, ayat (3) huruf c :
dukung hutan secara lestari. Pemanfaatan ruang di- mewujudkan, menumbuhkan,& Pemerintah dan Pemda
Pasal 40 : Diantara mak-sud laksanakan sesuai dng. DDDT- me-ningkatkan kesadaran dan mewujudkan, menumbuhkan,&
pelaksanaan RHL adalah untuk LH. tg. jawab dlm. pe-ngembangan me-ningkatkan kesadaran dan
memulih-kan, mempertahankan, & penerap-an upaya preventif & tg. jawab dlm. pe-ngembangan
dan meningkatkan fungsi hutan proaktif u/ mencegah penurunan & penerap-an upaya preventif &
dan lahan sehing-ga daya DDDT Wila-yah P3K. proaktif u/ mencegah penurunan
dukung tetap terjaga. DDDT Wila-yah P3K.
PEMETAAN PERATURAN LAIN YANG MEMUAT DDDTLH
Pasal 5 ayat (2) : Perenca-naan Pasal 7 huruf c dan Penje-lasannya Penjelasan (Umum) : Pasal 10 ayat (3) : Pasal 2 huruf I (Penjelas-an) : Pasal 6 ayat (1) huruf d :
hortikultura harus memperhatikan : Perencanaan pangan harus Pemanfaataan dan penggunaan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan Panas Bumi hrs. Perencanaan perkebunan
daya du-kung sumber daya alam memperhatikan daya dukung kawasan hutan harus dilakukan Pembangunan Industri memperha-tikan & memelihara dilakukan berdasarkan daya
dan lingkungan. sumber daya alam (lahan, air, secara terencana, rasional, optimal, Provinsi harus mem- kelang-sungan daya dukung dan dukung dan daya tampung
genetik, dan iklim), teknologi, dan dan bertanggung jawab sesuai perhatikan daya du-kung daya tampung lingkungan hidup. lingkungan.
kelestarian lingkungan. dengan kemampuan daya dukung lingkungan.
serta memper-hatikan kelestarian Pasal 11 ayat (3) :
UU 1/2011 TENTANG
fungsi & keseimbangan lingkungan Penyusunan Rencana
PERUMAHAN DAN KAWASAN
hidup guna mendukung pengelolaan Pembangunan Industri
PEMUKIMAN
hutan dan pembangunan kehutanan Kab./Kota harus mem- UU 37/2014 TENTANG
Pasal 55 ayat (2) huruf d (dan yang berkelanjutan bagi perhatikan daya du-kung KONSERVASI TANAH & AIR
Penjelasannya) : Daya dukung kemakmuran rakyat. lingkungan
lingkungan menja-di faktor Pasal 3 huruf d : Salah satu tujuan
pembatas dalam pe-nyelenggaraan penyelenggaraan konservasi tanah
pengembangan lingkungan hunian dan air adalah meningkatkan daya
perkotaan dukung DAS.
KEDUDUKAN DDDTLH DALAM UU NO. 32/2009
KRP KRP
SDA & DDDT BERDAMPAK BERDAMPAK
SUDAH KLHS
Ketersediaan
Daya Dukung Air vs
kebutuhan
DAYA DUKUNG
Arahan Fungsi
Penggunaan
Daya Dukung Lahan
Lahan
SA = 10 x C x R x A
Koofisien limpasan untuk C = Σ (ci x Ai) / ΣAi Kebutuhan air per orang
setiap jenis penggunaan R = Σ Ri / m DA = N x KHLA berdasarkan pola
lahan konsumsi
Ketersediaan Air Kebutuhan
Air
Luas setiap jenis Populasi
penggunaan lahan penduduk
Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air (SA) dan kebutuhan air
(DA).
Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.
Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.
DAYA DUKUNG AIR
KEMAMPUAN LAHAN
Lereng Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
Kemampuan Lahan dengan Metode Arsyad 0–3% A 10000 I
(1989) dengan modifikasi nilai pixcel 3-8% B 20000 II
8 - 15 % C 30000 III
pembeda. Input Data : 15 - 25 % D 40000 IV
25 - 45 % E 60000 VI
1. Kelerengan 45 - 65 % F 70000 VII
2. Tingkat Bahaya Erosi > 65 % G 80000 VIII
3. Kedalaman Efektif
Tingkat Bahaya Erosi Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
4. Tekstur Tanah Sangat Ringan e1 1000 I
5. Drainase Ringan e2 2000 II
Sedang e3 3000 III
Berat e4 6000 VI
• Tanah pada Kelas I sampai IV dengan pengelolaan Sangat Berat e5 7000 VII
yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk
berbagai penggunaan seperti untuk penanaman
tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan Kedalaman Efektif Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
tahunan), rumput untuk makanan ternak, padang Lebih dari 90 cm k0 100 I
rumput dan hutan. Antara 60-90 cm k1 200 II
Antara 30-60 cm k2 300 III
• Tanah pada kelas V, VI, dan VII sesuai untuk padang Kurang dari 30 cm k3 600 VI
rumput, tanaman pohon-pohon atau vegetasi alami.
• Dalam beberapa hal tanah kelas V dan VI dapat Tekstur Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
menghasilkan dan menguntungkan untuk beberapa Halus t1, t2 10 I
jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan, Sedang t3 10 I
tanaman hias atau bunga-bungaan dan bahkan jenis Kasar t 4, t 5 30 III
sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan
tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Drainase Kelas kemampuan
Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda
lahan
• Tanah dalam kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam Porus d1 1 I
keadaan alami. Tidak Pernah Tergenang d2 1 I
Tergenang Periodik d3, d4 3 III
Tergenang Terus Menerus d5 5 V
CONTOH
KEMAMPUAN LAHAN PROVINSI BALI
ARAHAN FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN
RTRW Provinsi 1
RTRW Kab/Kota 10
RDTR Provinsi 1
RDTR Kecamatan 116
RPJPD 10
RPJMD 10
RZWP3K ?
RZ KSN ?
RPKKP ?
RZKKP ?
KRP yang berpotensi menimbulkan ?
dampak dan/atau risiko LH
DEFINISI KLHS : Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif,
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau KRP
Ps 16 UU
32/2009
KLHS
KLHS
Partisipatif Rangkaian Analisis Menyeluruh
Proses
Iteratif
Sistematis
Prediksi Masa
Masa Lalu Sekarang
Mendatang
Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis dilakukan dengan cara;
Menelaah hasil isu PB dengan mempertimbangkan unsur-unsur:
Alih fungai
Sempadan? Karst?
kawasan?
Melalui konsultasi Publik, disepakati Isu yang akan diambil menjadi Isu PB
yang Paling Strategis dengan mempertinbangkan hasil telaahan tersebut
Identifikasi KRP yang berdampak, CONTOH
ditapis dengan cara:
. No Dampak dan/atau Resiko LH Nilai
Isu Draft Kebijakan Rencana dan/atau a b c d e f g
Program
DRAFT
1 Rencana Pembangunan jalan lingkar + + + + + + + Signifikan
Kebijakan Rencana
2 Rencana Pembangunan Tanggul A - - - - - - - Tidak perlu
dan/atau Program 3 Rencana Tanggul B - - - - - - - Tidak perlu
4 Rencana Pembangunan 17 Pulau + + -/+ + + -/+ - Significan
Muatan KRP yang berdampak: 5 Rencana Ketahanan Pangan Program + + + + + + + Signifikan
1. Rencana Pembangunan Jalan 1 juta hektar
Lingkar Keterangan:
2. Rencana Pembangunan
a. Perubahan Iklim
Tanggul A b. Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan biodiversity
3. Rencana Pembangunan c. Peningkatan intensitas & cakupan wilayah banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran
Tanggul B hutan dan lahan
4. Rencana Pembangunan 17 d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA
Pulau e. Peningkatan alih fungsi Kawasan Hutan dan/atau lahan
5. Rencana Ketahanan Pangan f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
Program 1 juta hektar sekelompok masyarakat
g. Peningkatan resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia
CONTOH
Analisis Pengaruh:
.
Materi Muatan KRP yang berpotensi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
No menimbulkan pengaruh terhadap Keterangan
kondisi Lingkungan Hidup Banjir Kekeringan Alih fungsi lahan ...dst...
Perlu kajian
1 Rencana Pembangunan jalan lingkar ya tidak ya ...dst...
muatan
Perlu kajian
4 Rencana Pembangunan 17 Pulau ya tidak ya ...dst...
muatan
Rencana Ketahanan Pangan Program 1 Perlu kajian
5 ya tidak ya ...dst...
juta hektar muatan
Hasil analisis pengaruh
paling sedikit memuat
kajian:
a. Perkiraan dampak dan risiko LH;
a. Kap DDDTLH unt pembangunan
b. Perkiraan dampak dan risiko LH;
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. Efisiensi pemanfaatan SDA;
e. Tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi perubahan iklim;
f. Tingkat ketahanan dan potensi kehati.
Muatan Kajian: CONTOH
F
C
D
A
E B
Telaahan : Jalan Tol Sunter - Rawa Buaya - Batu Ceper (20 km)
a. Trace AB : warna kuning : Pemukiman
b. Trace BC : warna ungu : Perkantoran
c. Trace CD : warna kuning : Pemukiman
d. Trace DE : warna abu-abu : Industri dan Pergudangan
e. Trace EF : warna kuning : Pemukiman
Contoh Perumusan Alternatif
Muatan Kajian Analisis Kajian
Rumusan Rekomendasi
No Muatan KRP Jasa Resiko dan Perubahan
DDDT SDA Biodiversity Alternatif PB Sistem Perbaikan
Ekosistem Dampak LH Iklim
1 Jalan Akses Tanjung Priok (17 km)
2 Jalan Tol Cibitung - Cilincing (34 km)
Jalan Tol Sunter - Rawa Buaya - Batu Ceper
3
(20 km)
Telaahan:
a. Trace AB : Pemukiman padat Terlampaui Jasa Analisis Banjir Panas tidak ada a. Relokasi 50 M
Ekosistem kebutuhan Reroute pada
air SDA unt trace pemukiman
b. Reroute 45 M
/pangan Pemb : sedang atau
terganggu Semen, rendah
kerikil, DDDT
pasir. Dari pemukiman
mana c. Pemukiman terlampaui,
diambilnya 70 M
Vertikal pemukiman
horizontal tidak
boleh lagi
d. Kereta api 60 M
b. Trace BC : warna ungu : Perkantoran Belum Terganggu Banjir Panas tidak ada
c. Trace CD : warna kuning : Pemukiman Belum Terganggu LS Panas tidak ada
4 Dst .............
CONTOH
Kelas V – VI
Kelas I – IV dan berada di kawasan lindung
Kelas I – IV dan berada di kawasan penyangga
Kelas I – IV dan berada di kawasan budidaya
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN
Disebabkan oleh:
Ketidaksesuaian pola/tata ruang dengan kemampuan/arahan
fungsi penggunaan lahan ada di tataran kebijakan, menyebabkan
arahan kegiatan pembangunan berpotensi dilakukan di tapak yang tidak
sesuai karakter fisiknya
eksisting Luas KL = 10,68%