Anda di halaman 1dari 39

INTEGRASI DDDTLH

DALAM
KLHS DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kepala Bidang Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Sumbawa Besar, 22 Februari 2018


Out line :

• DDDTLH
• Intergrasi Daya Dukung dalam analisis KLHS
• Contoh penerapannya
DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN HIDUP (DDDTLH)
DEFINISI
 Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya.

 Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan


lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

Sumber : Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Pasal 1


TUJUAN PENETAPAN DDDTLH
1. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

2. Menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang dan


pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berdasarkan pada daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.

3. Mewujudkan keberlanjutan kemampuan suatu wilayah/ekosistem


tertentu dalam mendukung kebutuhan hidup manusia dan mahluk
hidup lainnya.
PEMETAAN PERATURAN LAIN YANG MEMUAT DDDTLH

UU 27/2007 TENTANG UU 27/2007 TENTANG UU 41/2009 TENTANG


UU 41/1999 TENTANG UU 26/2007 TENTANG UU 9/2009 TENTANG
PENGELOLAAN WIL. PESISIR & PENGELOLAAN WIL. PESISIR PERLINDUNGAN LAHAN
KEHUTANAN PENATAAN RUANG KEPARIWISATAAN
PULAU2 KCL. & PULAU2 KCL. PERTANIAN PANGAN B.

 Pasal 3 : Tujuan penye-  Pasal 19 huruf e : DDDT-LH  Pasal 9 ayat (3) : daya dukung Pasal 12 ayat (1) : Daya dukung  Pasal 9 ayat (3) : daya dukung Pasal 9 ayat 5 (dan
lenggaraan kehutanan  mjd. dasar RTRW-N. ekosistem mjd. dasar dalam lingkungan hi-dup menjadi salah ekosistem menjadi dasar Penjelasannya) : Daya dukung
meningkatkan daya dukung  Pasal 22, ayat (2) huruf d : perenca-naan zonasi Wilayah satu pertimbangan dalam dalam perencanaan zonasi lingkungan menjadi dasar
DAS. DDDT-LH mjd. dasar RTRW-P. P3K. penetapan kawasan strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau menentu-kan kesesuaian lahan
 Pasal 33 ayat (2) : Pe-manenan  Pasal 25, ayat (2) huruf d :  Pasal 63 ayat (3) : Dlm. upaya pariwisata. kecil. sebagai lahan pertanian pangan
dan pengolah-an hasil hutan DDDT-LH mjd. dasar RTRW-K. pemberdayaan masyarakat,  Pasal 63 ayat (3) : Dlm. upaya yang sudah ada dan lahan
tidak boleh melebihi daya Pemerintah dan Pemda pemberdayaan masyarakat, cadangan.
 Pasal 34, ayat (3) huruf c :
dukung hutan secara lestari. Pemanfaatan ruang di- mewujudkan, menumbuhkan,& Pemerintah dan Pemda
 Pasal 40 : Diantara mak-sud laksanakan sesuai dng. DDDT- me-ningkatkan kesadaran dan mewujudkan, menumbuhkan,&
pelaksanaan RHL adalah untuk LH. tg. jawab dlm. pe-ngembangan me-ningkatkan kesadaran dan
memulih-kan, mempertahankan, & penerap-an upaya preventif & tg. jawab dlm. pe-ngembangan
dan meningkatkan fungsi hutan proaktif u/ mencegah penurunan & penerap-an upaya preventif &
dan lahan sehing-ga daya DDDT Wila-yah P3K. proaktif u/ mencegah penurunan
dukung tetap terjaga. DDDT Wila-yah P3K.
PEMETAAN PERATURAN LAIN YANG MEMUAT DDDTLH

UU 18/2013 TENTANG PCGHN


UU 13/2010 TENTANG UU 3/2014 TENTANG UU 21/2014 TENTANG PANAS UU 39/2014 TENTANG
UU 18/2012 TENTANG PANGAN & PMBRNTSN PERUSAKAN
HORTIKULTURA PERINDUSTRIAN BUMI PERKEBUNAN
HUTAN

Pasal 5 ayat (2) : Perenca-naan Pasal 7 huruf c dan Penje-lasannya Penjelasan (Umum) :  Pasal 10 ayat (3) : Pasal 2 huruf I (Penjelas-an) : Pasal 6 ayat (1) huruf d :
hortikultura harus memperhatikan : Perencanaan pangan harus Pemanfaataan dan penggunaan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan Panas Bumi hrs. Perencanaan perkebunan
daya du-kung sumber daya alam memperhatikan daya dukung kawasan hutan harus dilakukan Pembangunan Industri memperha-tikan & memelihara dilakukan berdasarkan daya
dan lingkungan. sumber daya alam (lahan, air, secara terencana, rasional, optimal, Provinsi harus mem- kelang-sungan daya dukung dan dukung dan daya tampung
genetik, dan iklim), teknologi, dan dan bertanggung jawab sesuai perhatikan daya du-kung daya tampung lingkungan hidup. lingkungan.
kelestarian lingkungan. dengan kemampuan daya dukung lingkungan.
serta memper-hatikan kelestarian  Pasal 11 ayat (3) :
UU 1/2011 TENTANG
fungsi & keseimbangan lingkungan Penyusunan Rencana
PERUMAHAN DAN KAWASAN
hidup guna mendukung pengelolaan Pembangunan Industri
PEMUKIMAN
hutan dan pembangunan kehutanan Kab./Kota harus mem- UU 37/2014 TENTANG
Pasal 55 ayat (2) huruf d (dan yang berkelanjutan bagi perhatikan daya du-kung KONSERVASI TANAH & AIR
Penjelasannya) : Daya dukung kemakmuran rakyat. lingkungan
lingkungan menja-di faktor Pasal 3 huruf d : Salah satu tujuan
pembatas dalam pe-nyelenggaraan penyelenggaraan konservasi tanah
pengembangan lingkungan hunian dan air adalah meningkatkan daya
perkotaan dukung DAS.
KEDUDUKAN DDDTLH DALAM UU NO. 32/2009

KRP KRP
SDA & DDDT BERDAMPAK BERDAMPAK
SUDAH KLHS

DRAFT RTRW SUDAH


INVENTARISASI RTRW KLHS
EKOREGION
RTRW
RTRW
Prov/ RTRW
Prov/Ka
PENETAPAN b/ Prov/Kab/
Kab/Kota
KLHS
KLHS Kota
EKOREGION Kota

INVENT RPPLH RPJPRPJP/M


SUDAH
INVENT LH Nas/Prov/
DRAFT RPJP SUDAH
LH Nas & RPJP/M KLHS KLHS
Prov/Kab/Kot
Nas dan
ProvProv
Kab/Kota
a
Daya Dukung
24 jasa ekosistem
Jasa Ekosistem

Ketersediaan
Daya Dukung Air vs
kebutuhan
DAYA DUKUNG

Arahan Fungsi
Penggunaan
Daya Dukung Lahan
Lahan

DAYA DUKUNG Kelas Kemampuan


DAYA TAMPUNG Lahan
LINGKUNGAN HIDUP
(DDDTL) Daya dukung
…………….

Daya Tampung Beban


DAYA TAMPUNG Pencemaran Air
PENENTUAN DAYA DUKUNG AIR

SA = 10 x C x R x A
Koofisien limpasan untuk C = Σ (ci x Ai) / ΣAi Kebutuhan air per orang
setiap jenis penggunaan R = Σ Ri / m DA = N x KHLA berdasarkan pola
lahan konsumsi
Ketersediaan Air Kebutuhan
Air
Luas setiap jenis Populasi
penggunaan lahan penduduk

Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air (SA) dan kebutuhan air
(DA).
 Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.
 Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.
DAYA DUKUNG AIR

Peta Status Daya Dukung Air


CONTOH
DAYA DUKUNG AIR PROVINSI BALI
DAYA DUKUNG LAHAN

1. KELAS KEMAMPUAN LAHAN

2. ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN


KEMAMPUAN LAHAN
OVERLAY

Permen LH No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan


DDLH dalam Penetaan Ruang
P3E Bali-Nusra - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

KEMAMPUAN LAHAN
Lereng Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
Kemampuan Lahan dengan Metode Arsyad 0–3% A 10000 I
(1989) dengan modifikasi nilai pixcel 3-8% B 20000 II
8 - 15 % C 30000 III
pembeda. Input Data : 15 - 25 % D 40000 IV
25 - 45 % E 60000 VI
1. Kelerengan 45 - 65 % F 70000 VII
2. Tingkat Bahaya Erosi > 65 % G 80000 VIII

3. Kedalaman Efektif
Tingkat Bahaya Erosi Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
4. Tekstur Tanah Sangat Ringan e1 1000 I
5. Drainase Ringan e2 2000 II
Sedang e3 3000 III
Berat e4 6000 VI
• Tanah pada Kelas I sampai IV dengan pengelolaan Sangat Berat e5 7000 VII
yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk
berbagai penggunaan seperti untuk penanaman
tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan Kedalaman Efektif Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
tahunan), rumput untuk makanan ternak, padang Lebih dari 90 cm k0 100 I
rumput dan hutan. Antara 60-90 cm k1 200 II
Antara 30-60 cm k2 300 III
• Tanah pada kelas V, VI, dan VII sesuai untuk padang Kurang dari 30 cm k3 600 VI
rumput, tanaman pohon-pohon atau vegetasi alami.
• Dalam beberapa hal tanah kelas V dan VI dapat Tekstur Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda Kelas kemampuan lahan
menghasilkan dan menguntungkan untuk beberapa Halus t1, t2 10 I
jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan, Sedang t3 10 I
tanaman hias atau bunga-bungaan dan bahkan jenis Kasar t 4, t 5 30 III
sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan
tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Drainase Kelas kemampuan
Kode faktor pembatas Nilai piksel pembeda
lahan
• Tanah dalam kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam Porus d1 1 I
keadaan alami. Tidak Pernah Tergenang d2 1 I
Tergenang Periodik d3, d4 3 III
Tergenang Terus Menerus d5 5 V
CONTOH
KEMAMPUAN LAHAN PROVINSI BALI
ARAHAN FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN

Overlay & PETA ARAHAN FUNGSI


PENGGUNAAN LAHAN
Scoring

SK Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 dan Nomor


683/Kpts/Um/8/1981
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Arahan fungsi penggunaan lahan di luar
kawasan hutan
1. Kawasan Lindung: skor > 175 atau sesuai syarat hutan lindung, yaitu :
• Lereng lapangan >45%
• Tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng >15%
• Sempadan sungai (100 m kiri-kanan sungai)
• Sempadan mata air (200m sekeliling mata air)
• Ketinggian >2000m dpl
2. Kawasan Penyangga: skor 125 – 174 atau memenuhi kriteria:
• keadan fisik wilayah memungkinkan dilakukan budidaya secara ekonomis
• lokasi secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga
• tidak merugikan secara ekologi/lingkungan hidup
3. Kawasan Budidaya Tanaman tahunan: skor < 124 – sesuai untuk tanaman tahunan.
4. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim: skor < 124 – sesuai untuk tanaman semusim.
CONTOH
INTERGRASI DAYA DUKUNG
DALAM ANALISIS KLHS
Kewajiban KLHS NTB

RTRW Provinsi 1
RTRW Kab/Kota 10
RDTR Provinsi 1
RDTR Kecamatan 116
RPJPD 10
RPJMD 10
RZWP3K ?
RZ KSN ?
RPKKP ?
RZKKP ?
KRP yang berpotensi menimbulkan ?
dampak dan/atau risiko LH
DEFINISI KLHS : Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif,
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau KRP
Ps 16 UU
32/2009

KLHS
KLHS
Partisipatif Rangkaian Analisis Menyeluruh
Proses
Iteratif
Sistematis

Prediksi Masa
Masa Lalu Sekarang
Mendatang

Ekologi Ekonomi Sosial


Pembangunan
Berkelanjutan
KLHS
Identifikasi
Identifikasi Isu PB
Muatan KRP
Identifikasi Isu PB Yang
Identifikasi Isu PB:
Paling Strategis dan Identifikasi Materi Muatan
prioritas: KRP:
1. Isu PB didapat dari
studi literatur dll oleh
1. Hasil pemusatan Isu BP, 1. Dilakukan dengan
Tim Penyusun KLHS
dianalisis dengan Ps 9 analisis uji silang
2. Didiskusikan dengan dengan Penjelasan
(1) PP 46;
Para Pemangku Pasal 15 UU No 32
2. Hasilnya dasar untuk
Kepentingan melalui
menentukan Isu PB Tahun 2009
Konsultasi Publik
Prioritas
3. Hasil Konsultasi Publik
dituangkan dalam
Berita Acara
4. Hasil Konsultasi Publik
Analisis pengaruh materi muatan
menjadi dasar untuk Isu kebijakan rencana dan atau program
PB Yang Paling yang berpotensi menimbulkan
Strategis
pengaruh terhadap kondisi LH
Isu Pembangunan Berkelanjutan
Yang Paling Strategis: CONTOH

Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis dilakukan dengan cara;
Menelaah hasil isu PB dengan mempertimbangkan unsur-unsur:

Karakteristik Wilayah Pentingnya dampak Isu PB KRP RPPLH KLHS


Isu PB RBI RTR LC Luas Sering terkait terkait diatasnya
Sudah ada Sudah ada
Analisis sebab Lokasinya
Banjir? Topografi Pola ruang Terbuka? Luas? Tiap tahun? rencana penanganan dari
akibatnya sama?
pengelolaanya? KLHS pada
Struktur Potensi hirarki KLHS di
Longsor? Kelerengan Hutan? Kecil? Baru terjadi? atasnya?
ruang pengaruhnya?
Diatas
Kekeringan? permukaan Tubuh air?
laut?

Alih fungai
Sempadan? Karst?
kawasan?

Melalui konsultasi Publik, disepakati Isu yang akan diambil menjadi Isu PB
yang Paling Strategis dengan mempertinbangkan hasil telaahan tersebut
Identifikasi KRP yang berdampak, CONTOH
ditapis dengan cara:
. No Dampak dan/atau Resiko LH Nilai
Isu Draft Kebijakan Rencana dan/atau a b c d e f g
Program
DRAFT
1 Rencana Pembangunan jalan lingkar + + + + + + + Signifikan
Kebijakan Rencana
2 Rencana Pembangunan Tanggul A - - - - - - - Tidak perlu
dan/atau Program 3 Rencana Tanggul B - - - - - - - Tidak perlu
4 Rencana Pembangunan 17 Pulau + + -/+ + + -/+ - Significan
Muatan KRP yang berdampak: 5 Rencana Ketahanan Pangan Program + + + + + + + Signifikan
1. Rencana Pembangunan Jalan 1 juta hektar
Lingkar Keterangan:
2. Rencana Pembangunan
a. Perubahan Iklim
Tanggul A b. Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan biodiversity
3. Rencana Pembangunan c. Peningkatan intensitas & cakupan wilayah banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran
Tanggul B hutan dan lahan
4. Rencana Pembangunan 17 d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA
Pulau e. Peningkatan alih fungsi Kawasan Hutan dan/atau lahan
5. Rencana Ketahanan Pangan f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
Program 1 juta hektar sekelompok masyarakat
g. Peningkatan resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia
CONTOH
Analisis Pengaruh:
.
Materi Muatan KRP yang berpotensi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
No menimbulkan pengaruh terhadap Keterangan
kondisi Lingkungan Hidup Banjir Kekeringan Alih fungsi lahan ...dst...
Perlu kajian
1 Rencana Pembangunan jalan lingkar ya tidak ya ...dst...
muatan

2 Rencana Pembangunan Tanggul A tidak tidak tidak ...dst... Tidak perlu

3 Rencana Tanggul B tidak tidak tidak ...dst... Tidak perlu

Perlu kajian
4 Rencana Pembangunan 17 Pulau ya tidak ya ...dst...
muatan
Rencana Ketahanan Pangan Program 1 Perlu kajian
5 ya tidak ya ...dst...
juta hektar muatan
Hasil analisis pengaruh
paling sedikit memuat
kajian:
a. Perkiraan dampak dan risiko LH;
a. Kap DDDTLH unt pembangunan
b. Perkiraan dampak dan risiko LH;
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. Efisiensi pemanfaatan SDA;
e. Tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi perubahan iklim;
f. Tingkat ketahanan dan potensi kehati.
Muatan Kajian: CONTOH

Analisis pengaruh, paling sedikit memuat kajian;


Isu Analisis Dampak Jasa Efisiensi
DDDT Perubahan Ikim Kehati
Pengaruh resiko LH Ekosistem Pemanf SDA
Rencana Apakah Bagaimana Jasa SDA apa saja Apakah Ada kehati
Pembangunan mempengaruhi dampak dan Ekosistem yang akan signifikan yang
Jalan Lingkar DDDT ? resiko Air? digunakan? dampak pada dirusak?
lingkungan Secara garis perubahan iklim
hidup akibat besar saja mikro dan/atau
Rencana Jasa
rencana atau melalui makro?
Pembangunan Ekosistem
pembangun literatur yang
17 Pulau Pangan?
an ini? ada
Rencana
Ketahanan
Pangan
Program 1 juta
hektar
Muatan kajian perlu Hasil kajian menjadi dasar untuk
pendampingan dari Tenaga Ahli Rumusan Alternatif
CONTOH

F
C
D
A
E B

Telaahan : Jalan Tol Sunter - Rawa Buaya - Batu Ceper (20 km)
a. Trace AB : warna kuning : Pemukiman
b. Trace BC : warna ungu : Perkantoran
c. Trace CD : warna kuning : Pemukiman
d. Trace DE : warna abu-abu : Industri dan Pergudangan
e. Trace EF : warna kuning : Pemukiman
Contoh Perumusan Alternatif
Muatan Kajian Analisis Kajian
Rumusan Rekomendasi
No Muatan KRP Jasa Resiko dan Perubahan
DDDT SDA Biodiversity Alternatif PB Sistem Perbaikan
Ekosistem Dampak LH Iklim
1 Jalan Akses Tanjung Priok (17 km)
2 Jalan Tol Cibitung - Cilincing (34 km)
Jalan Tol Sunter - Rawa Buaya - Batu Ceper
3
(20 km)
Telaahan:
a. Trace AB : Pemukiman padat Terlampaui Jasa Analisis Banjir Panas tidak ada a. Relokasi 50 M
Ekosistem kebutuhan Reroute pada
air SDA unt trace pemukiman
b. Reroute 45 M
/pangan Pemb : sedang atau
terganggu Semen, rendah
kerikil, DDDT
pasir. Dari pemukiman
mana c. Pemukiman terlampaui,
diambilnya 70 M
Vertikal pemukiman
horizontal tidak
boleh lagi
d. Kereta api 60 M
b. Trace BC : warna ungu : Perkantoran Belum Terganggu Banjir Panas tidak ada
c. Trace CD : warna kuning : Pemukiman Belum Terganggu LS Panas tidak ada
4 Dst .............
CONTOH

Arahan fungsi penggunaan lahan Kemampuan lahan

Lokasi tanam jagung/pertanian


Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
 Hanya sebagai gambaran umum hasil analisis
 Data kemampuan lahan menggunakan data sekunder
(hasil penelitian maha-siswa S2 IPB).
 Hasil analisis belum dikurangi penutup-an lahan
pemukiman

KETERANGAN LUAS (HA)

Cocok & direkomendasikan sbg. areal tanam jagung 5.820,583


Cocok bersyarat & dpt. direkomendasikan sbg. areal tanam jagung 6.317,238
Cocok namun tdk. Direkomendasikan sbg. areal tanam jagung 4.100,568
Tidak disarankan sebagai areal tanam jagung 5.625,218

Kelas V – VI
Kelas I – IV dan berada di kawasan lindung
Kelas I – IV dan berada di kawasan penyangga
Kelas I – IV dan berada di kawasan budidaya

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN
Disebabkan oleh:
Ketidaksesuaian pola/tata ruang dengan kemampuan/arahan
fungsi penggunaan lahan ada di tataran kebijakan, menyebabkan
arahan kegiatan pembangunan berpotensi dilakukan di tapak yang tidak
sesuai karakter fisiknya
eksisting Luas KL = 10,68%

Ketidaksesuaian pemanfaatan/penggunaan lahan dengan kemam-


puan/arahan fungsi penggunaan lahan  aspek riil/implementasi
di lapangan.
KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN
Prediksi Erosi Hasil Sedimen
No. Sub DAS SDR
Ton/Ha/Thn Ton/Thn (Ton/Thn)

1. Sori Dadi 1.012,77 2.746.702,71 21,38% 587.109,26

2. Sori Kombo 1.180,49 1.778.972,64 22,80% 405.646,60

3. Sori Lelamase 1.604,01 11.038.169,39 19,29% 2.129.713,80

4. Sori Nae 2.472,87 18.130.737,72 19,16% 3.473.857,93

5. Sori Padolo 549,94 1.046.838,86 22,22% 232.647,07

6. Sori Rontu 291,65 776.135,84 21,24% 425.478,97

7. Sori Rumpu 696,41 2.003.502,60 21,24% 425.478,97

DAS Sari 7.808,14 37.521.059,75 16,68% 6.257.919,43


Sumber : BPDAS Dodokan-Moyosari (2013)
KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN

Prediksi Erosi Hasil Sedimen


No. Sub DAS SDR
Ton/Ha/Thn Ton/Thn (Ton/Thn)
1. Sori Dadi 1.012,77 2.746.702,71 21,38% 587.109,26
2. Sori Kombo 1.180,49 1.778.972,64 22,80% 405.646,60
3. Sori Lelamase 1.604,01 11.038.169,39 19,29% 2.129.713,80
4. Sori Nae 2.472,87 18.130.737,72 19,16% 3.473.857,93
5. Sori Padolo 549,94 1.046.838,86 22,22% 232.647,07
6. Sori Rontu 291,65 776.135,84 21,24% 425.478,97
7. Sori Rumpu 696,41 2.003.502,60 21,24% 425.478,97
DAS Sari 7.808,14 37.521.059,75 16,68% 6.257.919,43
KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN
DENGAN POLA RUANG
Pola Ruang Sesuai Pola Ruang Kawasan Pola Ruang Kawasan Pola Ruang Kawasan
Kecamatan dengan Arahan Penyangga Menjadi Lindung Menjadi Lindung Menjadi
Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Kawasan Penyangga Kawasan Budidaya
Asakota 2.618,503 14,415 788,833 0,0825
Rasanae Barat 430,253 12,118 45,705 0,1875
Mpunda 1.213,783 29,683 115,190 0,0175
Raba 3.053,178 42,228 1.444,283 1,245
Rasanae Timur 4.110,973 206,508 1.975,630 7,8875
Kota Bima 11.426,690 304,952 4.369,641 9,418
Wawo 2.971,280 2.518,480 972,673 1.713,7175
Lambitu 191,793 57,830 483,430 88,05
Wera 669,653 0,000 25,435 0
Ambalawi 18,823 0,000 10,455 0
Kabupaten Bima 3.851,549 2.576,310 1.491,993 1.801,767
TOTAL 1 15.278,239 2.881,262 5.861,634 1.811,185
TOTAL 2 15.278,235 10.554,080
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai