R Widodo D Pramono
OUTLINE
TAXES/pajak PHYSICAL
1. INFRASTRUCTURE NETS
2. BUILDING FACILITIES
EXAMPLE : 3. OPEN SPACES
1. PROPERTY TAXES 4. .........
2. INCOME TAXES
3. INDUSTRIAL TAXES
4. ....
Azas Implementasi RTR
1. Pelaksanaan RTR (disebut dalam undang-undang sbg
Pemanfaatan Ruang) adalah dalam bentuk program/kegiatan
fisik atau non fisik spt:
• investasi pembangunan infrastruktur,
• pembelian/akuisisi tanah untuk fungsi khusus (misalnya LP2B,
taman kota, Kasiba-Lisiba)
• keg. pelaksanaan perijinan pembangunan (misal berdasar
peraturan zonasi), dan insentive-disensentive pembangunan,
2. Pelaksanaan/penyelengaraan dan pembiayaan
program/kegiatan dapat dilaksanakan oleh
• pemerintah,
• swasta,
• Masyarakat
3. Pelaksanaan RTR harus dijabarkan/diintegrasikan dalam rencana
pembangunan-dioperasionalkan melalui penyusunan
RPJMRKPD- Anggaran serta pementukan pelaksanaan
peraturan perijinan yang menjadi acuan investasi swasta/masy
PERMASALAHAN
IMPLEMENTASI RTR
1. Kualitas RTR belum cukup baik
• DELTPerubahan struktur/pola ruang (DELTA) yg diharapkan tidak
terdefinisi/terukur dgn jelas
• Konsistensi/relevansi/hubungan logis Indikasi program dengan
(DELTA) tidak jelas/lemah
• Kerangka waktu/tahapan target dari rencana (DELTA) dan indikasi
program tidak jelas
• Penetapan Anggaran dalam indikasi program tidak
mempertimbangkan kapasitas dan kejelasan sumber anggaran
2. Belum menggali potensi anngaran diluar APBN/D PINA
3. Sering tidak terjabarkan/terintegrasi dengan rencana
pembangunan 5 tahunan (RPJM/RENSTRA) dan tahunan
(RKP/RKPD/RENJA)
4. Belum sesuainya intrumen dan kelembagaan dengan skala
rencana yang akan diimplementasikan
5. Masih lemahnya operasionalisasi RTR sebagai produk hukum--
sering kalah dengan politik
DEFINISI KEGIATAN
Pewujudan RTR dan hasilnya
1. Kegiatan adalah bagian dari PROGRAM (UU SPPN)
2. Kegiatan Perangkat Daerah adalah serangkaian aktivitas
pembangunan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam rangka mencapai hasil
(outcome) suatu program (Permendagri 86/2017)
• output adalah suatu produk akhir berupa barang atau jasa dari serangkaian proses
atas sumber daya pembangunan agar hasil (outcome) dapat terwujud=Hasil
langsung dari kegiatan oleh pemerintah dari implementasi KEGIATAN/PROYEK
• outcome adalah keadaan yang ingin dicapai atau dipertahankan pada penerima
manfaat dalam periode waktu tertentu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
dari beberapa kegiatan dalam satu program.
• OUTCOME dari IMPLEMENTASI kegiatan pemerintah bisa
berupa KEGIATAN masy/swasta yang terpicu
• Beberapa OUTCOME MENGHASILKAN IMPAK, yaitu kondisi
yang ingin diubah berupa hasil pembangunan/layanan
KEGIATAN YANG BAIK
• Menghasilkan Output yangs sedikitnya
menyelesaikan satu akar masalah
(Permendagri 86/2017)
AREA ANALISIS
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3
Analisis Stakeholder Menyusun Pohon Masalah Menyusun Pohon Tujuan
Langkah 4
Memilih Program/Proyek
Langkah 5 Langkah 5
Membuat PDM Rencana Aksi
Hasil
AREA RENCANA
Goal diharapka Penanggu Material
No Aktivitas n Jadual ngjawab Pelaksana & Alat Biaya
Purpose
Output
Input
Langkah 6
Evaluasi (Apraisal, Pemantauan, Pelaporan Hasil, Evaluasi Hasil)
Contoh kriteria PEMILIHAN
KEGIATAN
STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI
STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI STRATEGI
STRATEGI
STRATEGI
STRATEGI
STRATEGI
PROGRAM HARUS TERADOPSI DALAM RPJM
STRATEGI
STRATEGI
STRATEGI
ALT PROYEK/ PENDANAAN KEGIATAAN UTK MEMECAHKAN
KEGIATAN
SEDIKITNYA 1 AKAR MASALAH
Karakteristik Kegiatan
Outlines the government’s key design principles for the project, the understanding of and approach to design
Functional brief that forms the basis of the design requirements, and detailed accommodation requirements for the facilities (if
a building facility).
Details the minimum accommodation building and fabric performance standards that the private sector must
Architectural Specification provide to all the facilities, as well as the site constraints and compliance matters that the private sector must
meet when undertaking the works on each site.
Details the minimum performance standards for each element of the building engineering services, civil and
Technical Specification structural requirements, utility, ICT and communication requirements that the private sector must provide to all
facilities.
Furniture, Fittings and Details the FF&E requirements for the project.
Equipment (“FF&E”)
Provides details of the facilities management services to be provided during the operating term including the
scope of service, responsiveness and service quality to be provided.
The service specification should also include details of how the performance of the private party will be
Services Specification
monitored and measured, and the relationships between performance and payments (reflected also in the
Payment Mechanism).
The services specification should ultimately be attached as a schedule to the contractual documents.
DOMAIN PEMBIAYAAN IMPLEMENTASI
RTR/PROGRAM PEMANFAATAN
Skala perencanaan
Pembangunan
jaringan/ fasilitas, INDIKATOR
INDIKATOR SASARAN
SASARAN, INDIKASI PROGRAM
2.Pengintegrasian dalam
wujud INDIKATOR Indikator
4 SASARAN
SASARAN Jabaran RPJM:
3 Indikator
s.d. 5 ke
empat
PEMBANGUNAN BID. visi, misi, target
2 Indikator
SASARAN
s.d. 5 ke
TATA RUANG 1
Indikator
SASARAN
s.d. 5
tiga
SASARAN
3.INDIKATOR SASARAN s.d. 5
kedua
pertama
dlm bentuk OUTPUT,
KEGIATAN
Implementasi:
Proses
KEBIJAKAN PROGRAM
OUTCOME, sd IMPACT, INPUTT indikator OUTPUT
sbg BENCHMARK
akibat adanya output
Perubahan yang
dituju/diinginkan
EVALUASI
NASIONAL
• Industrial Estate :
2. Private Finance Initiative (PFI) multi-year contract 15 hingga 30 tahun, mirip dengan
model BOO membangun, memiliki dan mengoperasikan fasilitas. Namun, sektor publik
(tidak seperti pengguna dalam model BOO) membeli layanan dari sektor swasta
melalui perjanjian jangka panjang. Dalam model PFI, kepemilikan aset pada akhir
periode kontrak ditransfer /tidak ke sektor publik, tergantung perjanjian
4. Land Value Capture pengambilan keuntungan oleh badan publik yang telah
berinvestasi, misalnya, infrastruktur, dari peningkatan nilai properti yang merupakan
hasil dari investasi itu SEBAGAI PENGEMBALIAN BIAYA INVESTASI PEMBANGUNAN
26
KPBU
Pemerintah, memfasilitasi
SWASTA, mendanai 1. Regulasi, Masyarakat
1. Pembangunan 2. Perencanaan 1. Menerima manfaat
2. OM 3. Kontrak, 2. Membayar, melalui
4. Penjaminan • pajak/
5. Pembayaran/cicilan/AV • tarif
Pengembalian Investasi Badan Usaha melalui
(1) pembayaran oleh pengguna dalam
bentuk tarif,
(2) Availability Payment
(3) Bentuk lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
PEMERINTAH
•Efisiensi
produksi
SPONSOR/BANK.SUMBE
PENGGUNA PRODUSEN Modal
TARIF R/INVESTOR
• kebutuhan •Efisiensi
• pengembalian investasi
• affordabilitas produksi
• barang saingan Return
Sumber Pendaanan
untuk Konstruksi Publik Swasta
Waktu Waktu
Pembayaran bersifat jangka AP dibayarkan selama periode operasi (30 s.d 50 Tahun).
panjang Sehingga dapat mengatasi keterbatasan fiskal daerah
Jumlah AP
Waktu
Skhema AP
AP berdasarkan
kinerja layanan
APBD Belanja
APBD
Inflasi alokasi AP
Lender
Availability Payment
Debt Service
Periode Periode operasi (30 tahun) Cicilan
konstruksi PJPK AP
Badan
(3 tahun) Usaha
AP CAPEX : + OPEX : - PENALTY : Ka.SKPD Perjanjian (Swasta)
= • Debt service • Biaya • Bila kinerja kerjasama
Optimal Pemanfaatan
Pertumbuhan,
Kualitas Pola Ruang SDA-the highest & best
kelestarian
use
KONSEP NILAI DALAM LVC
• Nilai adalah konsep yang menunjukkan bentuk dan besaran
kegunaan/manfaat atau makna dari suatu (barang atau tindakan).
• Suatu barang atau Tindakan dikatakan memiliki nilai karena
memberikan manfaat atau bermakna bagi seseorang, yaitu ketika
keberadaan atau ketiadaannya berdampak bagi seseorang
tersebut.
• Manfaat atau makna bisa bersifat fisik atau psikis, secara langsung
maupun tidak langsung.
• Menurut Aristotle, pembentukan nilai bermula dari kebutuhan
manusia terhadap pertukaran karena untuk barang/jasa yang
dipertukarkan nilainya harus setara.
• Nilai dinyatakan dalam proporsi nilai barang yang dipertukarkan
dengan barang yang lain. Suatu barang dapat dinilai berdasarkan
nilai barang/jasa yang kita gunakan (value in use) maupun nilai
pertukaran (value in exchange) (Sewall, 1901)
KONSEP Value Added dalam
LVC
• Secara umum adalah selisih lebih antara harga jual barang
dan harga beli bahan baku, bahan penolong, suku
cadang, dan jasa, yang di pergunakan untuk
menghasilkan barang itu
• Nilai muncul (created) akibat suatu tindakan diambil yang
manfaatnya melebihi biaya,
• atau besaran kerugian (biaya melebihi manfaat) yang
dapat “dicegah” akibat dari suatu tindakan.
• berlaku untuk beberapa aspek produksi: kuantitas, kualitas,
entri, inovasi, metode produksi. Juga berlaku untuk
hubungan antara perusahaan dan karyawannya, mis.,
Keselamatan kerja.
IDENTIFIKASI ADDED VALUE
melalui CBA
Monetary Valuation of Dirrect cost
Externality cost
CBA-Project
PERATURAN
PEMBANGUNAN
Masyarakat/swasta
LAND
DEVELOPMENT right
BISNIS/JOBO
PAJAK PORTUNITY
KAPASITAS
KEUANGAN PUBLIK
LAND
PROPERTY right
PELUANG PEMBANGUNAN
PENYERTAAN INFRASTRUKTUR
MODAL
SWASTA
Jenis-jenis Pajak PELUANG VALUE CHAPTURE
2.
TRANSFER OF DEVELOPMENT
RIGHT
• is a market based technique that encourages the
voluntary transfer of growth from places where a
community would like to see less development (called
sending areas) to places where a community would like to
see more development (called receiving areas).
• The sending areas can be environmentally-sensitive
properties, open space, agricultural land, wildlife habitat,
historic landmarks or any other places that are important
to a community.
• The receiving areas should be places that the general
public has agreed are appropriate for extra development
because they are close to jobs, shopping, schools,
transportation and other urban services.” (Source:Pruetz,
AICP, 1999).
Skema TDR
contoh
contoh
contoh
Insentif – disinsentif lain
• Di atur dalam PP 15/2010
• Wujud misalnya bisa
sebagai
• Development Impact
Fee (DIF)
• Penggantian Biaya
(pajak) fasum-fasos
• Biaya gangguan
(replacement cost)
Contoh perlunya
penerapan Transfer keuntungan pembangunan
(di Gamping Sleman), sebagai sumber biaya
RTH/LP2B