Kata Pengantar
Laporan Fakta dan Analisa ini adalah tahap lanjutan dari Laporan Pendahuluan
penyusunan kajian “Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Sumberejo-Kabupaten Tanggamus” untuk dapat dijadikan acuan dalam tahapan
selanjutnya Laporan Draft Akhir dan Laporan Akhir
Dalam laporan ini diuraikan tentang Latar Belakang, Tinjauan Kebijakan, Gambaran
Umum, serta Analisa-analisa pengembangan wilayah kajian.
Pihak Konsultan mengharapkan bahwa laporan ini diterima oleh pihak pemberi kerja
dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Tanggamus melalui Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
Demikian Laporan ini kami susun dan kami Konsultan Pelaksana mengucapkan terima
kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan serta bantuan dan
kerjasamanya, semoga laporan ini menjadi bahan pertimbangan menuju tahapan
kegiatan selanjutnya.
Tim Penyusun
i
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
ii
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
3.1.2 Kependudukan...............................................................................................................................III-3
iii
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
4.2.1 Kedudukan Kecamatan Sumberejo dan Keterkaitan dengan Fasilitas .................... IV-4
4.2.2 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Pertahanan dan Keamanan. .............. IV-4
iv
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Kebijakan Pembangunan Kawasan Industri
Tabel II.3 Arahan PKN dan PKW di Provinsi Lampung RTRW Nasional Tahun 2008 ....... II-8
Tabel II.5 PKWp dan PKL di Provinsi Lampung Tahun 2009-2029 ....................................... II-11
Tabel II.6 Rencana Kawasan Lindung Provinsi Lampung 2009-2029 .................................. II-27
Tabel III.1 Luasan Kabupaten Tanggamus Berdasarkan Kecamatan Tahun 2014 ..............III-2
Tabel III.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Berdsasrkan Kecamatan
Tabel III.3 Jumlah Sekolah SD, SMP, dan SMA Sederajat Berdasarkan Kecamatan
Tabel III.6 Jumlah Luas Panen dan Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan
v
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
Tabel III.9 Keadaan Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan ( IHKP ) Dirinci Menurut
Tabel III.11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Belaku Menurut
Tabel III.12 Luasan Kecamatan Sumberejo Berdasarkan Kecamatan Tahun 2014 ............ III-20
Tabel IV.2 Proyeksi Penduduk Kecamatan Sumberejo Tahun 2015-2036 ........................... IV-6
Tabel IV.3 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kecamatan Sumberejo 2015-2036 .................. IV-6
vi
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
Tabel IV.8 Kebutuhan Sarana Kesehatan Posyandu Sumberejo Tahun 2016-2036 ....... IV-10
Tabel IV.10 Kebutuhan Sarana Klinik Bersalin Sumberejo Tahun 2016-2036 ..................... IV-12
Tabel IV.11 Kebutuhan Sarana Kesehatan Puskesmas Sumberejo Tahun 2016-2036 ..... IV-12
Tabel IV.13 Kebutuhan Sarana Kesehatan Apotek Sumberejo Tahun 2016-2036 ............ IV-14
Tabel IV.14 Kebutuhan Sarana Peribadatan Mushola Sumberejo Tahun 2016-2036....... IV-15
vii
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
Tabel IV.23 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Telepon Umum, Bis Surat
Tabel IV.25 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Kantor Desa / Kelurahan Sumberejo
viii
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
Tabel IV.33 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau SOR Sumberejo Tahun 2015-2036 ............ IV-28
Tabel IV. 34 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Sumberejo 2016-2036 ................. IV-29
Tabel IV.35 Produksi Air Bersih Kecamatan Sumberejo Tahun 2036 ..................................... IV-30
Tabel IV.36 Jumlah Kebutuhan Air Limbah Kecamatan Sumberejo Tahun 2021-2036 ... IV-31
Tabel IV.38 Jumlah Produksi Limbah MCK dan Pelayanan MCK Kecamatan
Tabel IV.40 Jumlah Kebutuhan Listrik Rumah Tangga Kecamatan Sumberejo .................. IV-34
Tabel IV.41 Analisis LQ Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku .................................. IV-37
Tabel IV.42 Analisis LQ Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan................................. IV-37
Tabel IV.44 Proyeksi PDRB Kecamatan Sumberejo Tahun 2015-2036 .................................. IV-39
ix
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kecamtan Sumberejo Kabupaten Tanggamus......................... I-5
Gambar 2.1 Tahapan Pembangunan Dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005-2025 .................... II-5
Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Lampung ........................................................... II-36
Gambar 2.4 Peta Rencana Kawasan Strategis Provinsi Lampung .............................................. II-43
Gambar 2.5 Peta Rencana Strukutr Ruang Kabupaten Tanggamus ......................................... II-46
Gambar 2.6 Peta Rencana Kawasan Pola Ruang Kabupaten Tanggamus .............................. II-47
Gambar 3.5 Grafik Jumlah Sarana Pendidikian SD, SMP dan SMA Sederajat
x
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
Gambar 3.9 Luasan Kecamatan Sumberejo Berdasarkan Pekon/Desa Tahun 2014 .......... III-21
xi
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
BADAN PEERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KECAMATAN SUMBEREJO-KABUPATEN TANGGAMUS
Kabupaten Tanggamus telah mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 1998 dan telah
direvisi yang terakhir Tahun 2011 dan telah ditetapkan menjadi PERDA RTRW Kabupaten
Tanggamus Nomor 16 Tahun 2011. Seiring dengan upaya untuk mengarahkan dan juga
sebagai pedoman kegiatan di wilayah Kecamatan Sumberejo, serta untuk menyelaraskan
dengan kegiatan revisi RTRW Kabupaten Tanggamus yang telah dilakukan, maka perlu
disusun Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan (RDTRK) Sumberejo.
Peraturan zonasi adalah buku manual bagi para planner dalam penyusunan rencana kota.
Ketiadaan zoning dapat membuat rencana kota bersifat multi tafsir sehingga bisa
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang menyimpang. Tanpa adanya peraturan zonasi juga
akan sangat sulit menyiapkan suatu rencana kota yang sifatnya operasional dan dapat
dipertangung jawabkan secara hukum. Rencana Umum Tata Ruang meskipun telah ditetapkan
sebagai peraturan daerah, tetapi karena kandungan materinya masih sangat bersifat umum
dan konsepsional, belum dapat dijadikan dasar dalam penerbitan berbagai macam perizinan
yang menyangkut pembangunan kota.
1.2.1 Maksud
Maksud dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Sumberejo adalah
mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis
maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan. Dengan penugasan
ini diharapkan Penyedia Jasa Konsultansi dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan
baik untuk menghasilkan keluaran hasil studi yang memadai sesuai KAK ini, minimal antara
lain:
2) Sebagai pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi, dan pemberian perijinan
kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan antara lain :
8) Menyusun pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi sebagai pedoman untuk
penyusunan rencana rinci tata ruang/ rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau
rencana tata bangunan dan lingkungan, dan pemberian perizinan kesesuaian
pemanfaatan bangunan dan peruntukan lahan;
9) Menyusun arahan, strategis dan skala prioritas program pembangunan serta waktu
dan tahapan pelaksanaan pengembangan kawasan.
1.3 SASARAN
Sasaran dari pekerjaan/ kegiatan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Sumberejo ini adalah
:
3) Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat/swasta;
Luas wilayah Kecamatan Sumberejo adalah 5.677.020 Ha. Secara administrative Kecamatan
Sumberejo terbagi dalam 13 Pekon.
Ruang lingkup substansial dari pekerjaan/ kegiatan penyusunan Revisi Rencana Detail Tata
Ruang Kecamatan Sumberejo ini adalah :
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Revisi Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Sumberejo ini adalah :
A. Undang-undang :
1) Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
2) Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah
diubah dengan Praturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 yang
telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2004.
3) Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
4) Undang-undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan.
5) Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
6) Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7) Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi.
8) Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral &Batubara.
9) Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan.
10) Undang-undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
11) Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
12) Undang-undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
13) Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
14) Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
15) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
B. Peraturan Pemerintah :
1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah; Pemerintahan Daerah Propinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2010 tentang Perubahan Fungsi Kawasan
Hutan.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan.
C. Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden :
1) Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya.
2) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
3) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional.
4) Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
D. Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri :
1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata RuangDaerah.
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
E. Peraturan Daerah :
1) Perda Pemerintah Propinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Ruang
Wilayah Propinsi Lampung
2) Perda Pemerintah Kabupaten Tanggamus Nomor 16 Tahun 2011 tentang Tata
Ruang Wilayah Kabupaten.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab gambaran umum wilayah kajian ini menjelaskan mengenai gambaran
sekilas tentang wilayah kajian seprti, administrasi, topografi, kependudukan,
potensi daerah, serta gambaran ekonomi wilayah kajian, sehingga dapat
membantu untuk pekerjaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tangamus ini.
Dalam BAB IV ini menjelaskan tentang beberapa analisa yaang digunakan untuk
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sumberejo, Seperti
Analisa Kebijakan, Analisa Ekonomi, Analisa Kependudukan dan Analisa Lain nya
yang dianggap perlu dalam mendukung Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kecamatan Sumberejo
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan
berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan
upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan
berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat
terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai
dengan landasan konstitusional Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut penegakan prinsip
keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka
penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila, untuk
memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan
kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur
demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar
tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan;
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana rinci tata ruang merupakan penjabaran rencana umum tata ruang yang dapat berupa
rencana tata ruang kawasan strategis yang penetapan kawasannya tercakup di dalam rencana
tata ruang wilayah.
Rencana rinci tata ruang merupakan operasionalisasi rencana umum tata ruang yang dalam
pelaksanaannya tetap memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga muatan rencana masih
dapat disempurnakan dengan tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana rinci
dan peraturan zonasi.
Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota merupakan rencana rinci untuk rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
2.2 PM 20 TAHUN 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Sebagaimana yang diamanat kan oleh undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang untuk mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan penataan ruang serta
memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab serta hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan penataan
ruang; dan mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh aspek
penyelenggaraan penataan ruang.
Maka untuk mendukung hal tersebut diperlukan nya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan
Peraturan Zonasi pada setiap kota/kabupaten agar terstrukturnya pemanfaatan dan perizinan
pada setiap daerah.
Didalam PM 20 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota ada beberapa istilah sebagai berikut :
Rencana detail tata ruang kabupaten/kota yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana
secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan
karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
RDTR disusun untuk bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan kawasan perkotaan
dan/atau kawasan strategis kabupaten atau kawasan strategis kota dilengkapi dengan
peraturan zonasi. Adapun muatan dalam penyusunan RDTR adalah sebagai berikut :
Peraturan zonasi dapat disusun secara terpisah apabila RDTR sebagaimana dimaksud tidak
disusun atau telah ditetapkan sebagai peraturan daerah tetapi belum memuat peraturan
zonasi dengan muatan-muatan peraturan zonasi sebagai berikut.
Pembangunan nasional adalah upaya seluruh komponen bangsa dalam rangka mencapai
tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jalan perubahan adalah jalan
ideologis yang bersumber pada Proklamasi, Pancasila 1 Juni 1945, dan Pembukaan UUD 1945.
Proklamasi dan Pancasila 1 Juni 1945 menegaskan jatidiri dan identitas bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan UUD 1945 dengan jelas
mengamanatkan arah tujuan nasional dari pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yaitu untuk: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
memajukan kesejahteraan umum; mencerdasakan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pencapain tujuan ini dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan jangka
panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional(RPJMN) ke tiga (2015-2019), disusun sebagai penjabaran dari Visi Misi, Program Aksi
Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Kemandirian suatu bangsa tercermin antara lain, pada ketersediaan sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam
mnjalankan tugasnya; kemampuan untuk memenuhi pembiayaan pembangunan yang
bersumber dari dalam negeri yang makin kokoh dan berkurangnya ketergantungan kepada
sumber luar negeri; dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok yang disertai
dengan keunggulan dalam inovasi, kreativitas, integritas, dan etos kerja sumber daya manusia.
Kemajuan suatu bangsa harus ditandai dengan sumber daya manusia yang memiliki
kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan memiliki tingkat pendidikan, produktivitas, dan
harapan hidup yang tinggi. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memenuhi
kebutuhan dasar rakyatnya, meningkatkan pendapatan dan pembagiannya, menyediakan
infratruktur yang baik, serta memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum, yang
berjalan dengan baik. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memberi keadilan bagi
seluruh rakyatnya, menjamin hak-haknya, keamanan, dan ketentraman warganya tanpa ada
diskriminasi dalam bentuk apapun.
Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap, terencana,
terpadu dan berkesinambungan.UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional
adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa
lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju : dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan
kelembagaan politik dan hukum yang mantap;
Gambar 2.1
Tahapan Pembangunan Dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005-2025
Dari tahapan tersebut di atas, maka pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) diarahkan
untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan
sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus
meningkat.
Memfasilitasi pembangunan 13 Kawasan Industri (KI) yang mencakup: (1) Bintuni - Papua
Barat; (2) Buli - Halmahera Timur-Maluku Utara; (3) Bitung – Sulawesi Utara, (4) Palu - Sulawesi
Tengah; (5) Morowali - Sulawesi Tengah; (6) Konawe – Sulawesi Tenggara; (7) Bantaeng -
Sulawesi Selatan; (8) Batulicin - Kalimantan Selatan; (9) Ketapang - Kalimantan Barat; (10
Landak – Kalimantan Barat, (11) Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (12) Sei Mangke – Sumatera
Utara; dan (13) Tanggamus, Lampung.
Tabel II.1
Kebijakan Pembangunan Kawasan Industri Tanggamus Berdasarkan RPJMN
KAAWASAN INDUSTRI KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
1. Pembangunan energi listrik power plant
Luas : 3.500 Ha 2. Peningkatan jalan menuju Kawasan Industri Maritim (lebar 8 m, panjang
Fokus : Industri Maritim 10 km).
Kebutuhan TK : ± 104.800 TK
3. Peningkatan pengembangan pelabuhan Jeti di Kawasan Industri
4. Pembangunan Balai Latihan Kerja
Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta
risiko skala 1:50.000 pada 14 kabupaten (Langkat, Deli Serdang, Karo, Padang Pariaman,
Kepulauan Mentawai, Kota Bengkulu, Mukomuko, RejangLebong, Banyuasin, Lahat, Lampung
Barat, Tanggamus,Sarolangun, Kerinci) dan skala 1:25.000 di 6 kota (Kota Medan, Kota
Padang, Kota Lhokseumawe, Banda Lampung, Jambi, Kota Banda Aceh) dengan
memperhatikan indikator risiko iklim.;
Tabel II.2
Indeks Kerawanan Bencana Kabupaten Tanggamus
Berdasarkan RPJMN 2015-2019
Sistem pusat-pusat kegiatan atau sistem permukiman tidak bisa dilepaskan dari tata ruang
yang ada, karena permukiman merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk
struktur tata ruang. Sementara itu penataan ruang sendiri pada dasarnya mengarahkan
sistem permukiman.
Hirarki fungsional wilayah Provinsi Lampung yang bersifat vertikal dalam 4 (empat) ordinasi
pusat pelayanan, yaitu:
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi Lampung
dan / atau wilayah sekitarnya di Sumatera Bagian Selatan, Nasional, maupun
Internasional. Pusat pelayanan ini terletak di Kota Bandar Lampung.
b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu pusat yang melayani satu atau lebih
Kabupaten/Kota. Pusat tersebut dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk
memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya.
c. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), yaitu pusat kegiatan lokal yang di
promosikan atau di rekomendasikan oleh provinsi dalam lima tahun kedepan akan
menjadi PKW, mengingat secara fungsi dan perannya kota tersebut telah memiliki
karakteristik pusat kegiatan wilayah
d. Pusat Kegiatan Lokal, yaitu kota-kota mandiri selain pusat primer dan sekunder yang
dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini
terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien.
Tabel II.3
Arahan PKN dan PKW di Provinsi Lampung RTRW Nasional Tahun 2008
HIRARKI KOTA FUNGSI UTAMA
PKN Bandar Lampung Pusat pemerintahan provinsi.
Simpul utama kegiatan ekspor-
impor.
Pusat perdagangan dan jasa
regional.
Pusat pendukung jasa pariwisata.
Pendidikan tinggi.
Simpul utama transportasi skala
nasional.
PKW Metro Pusat Pemerintahan kota.
Perdagangan dan jasa.
Pendidikan Khusus
Kotabumi (Lampung Utara) Pusat Pemerintahan Kab.
Perdagangan dan jasa
Kalianda (Lampung Selatan) Pusat pemerintahan Kab.
Jasa pendukung pariwisata
Perdagangan dan jasa
Liwa (Lampung Barat) Pusat pemerintahan Kabupaten
Perdagangan dan jasa
Menggala (Tulang Bawang) Pusat Pemerintahan Kab.
Perdagangan dan jasa
Pusat Koleksi dan distribusi.
Kegiatan usaha dan
produksi.
Sementara itu untuk menentukan Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) dan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), maka terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu:
a. Untuk arahan PKWp: Merupakan kawasan yang telah menjadi PKL dan memliki
potensi untuk berkembang sebagai pusat kegiatan wilayah (melayani kegiatan
beberapa kabupaten atau provinsi)
1) Merupakan kawasan perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan yang
merupakan pemusatan permukiman penduduk, kegiatan ekonomi, kegiatan sosial
(pendidikan, kesehatan, rekreasi dan olahraga), kegiatan pelayanan
pemerintahan, simpul kegiatan transportasi yang melayani satu kabupaten/kota
atau lebih, dan pelayanan prasarana lainnya.
2) Simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan,
antara lain, meliputi kawasan pelabuhan lokal, kawasan bandar udara bukan pusat
penyebaran, kawasan stasiun skala kecil, dan kawasan terminal type C dan
sekitarnya.
3) Merupakan kawasan perkotaan yang diusulkan oleh Kabupaten sebagai Pusat
Kegiatan Lokal dalam sistem nasional;
Identifikasi kegiatan lokal di Provinsi Lampung yang dapat dijadikan acuan pengembangan
PKWp dan PKL dapat pada Tabel II.3 dan Tabel II.4.
Tabel II.4
Deskripsi Kegiatan Wilayah dan Lokal di Provinsi Lampung Tahun 2009 – 2029
KEGIATAN DESKRIPSI
Pelayanan pemerintahan kabupaten dan Kegiatan pemerintahan Provinsi Lampung terletak
beberapa kecamatan, di luar kota yang telah di Kota Bandar Lampung yang selanjutnya akan
menjadi PKW diarahkan ke Natar
Kegiatan pemerintahan skala Kabupaten/Kota.
terletak di Sukadana, Blambangan Umpu,
Gunung Sugih dan Gedung Tataan
Industri skala kabupaten dan beberapa Kawasan industri sudah dan akan dikembangkan di
kecamatan Kabupaten Lampung Selatan (Kawasan Industri
Tanjung Bintang)
Kawasan industri agro seperti tapioka, gula, nanas
di Terbanggi Besar
Kawasan industri bata dan genteng di Blambangan
Umpu
Perdagangan dan Jasa skala kabupaten dan Kegiatan perdagangan dan jasa skala regional di
beberapa kecamatan Pringsewu dan Bandar Jaya
Simpul transportasi skala kabupaten dan
beberapa kecamatan:
KEGIATAN DESKRIPSI
1. Bandar Udara Peningkatan fungsi Bandar udara khusus sesuai
dengan fungsinya masing – masing yaitu:
Bandar udara khusus Belimbing di Kabupaten
Lampung Barat untuk menunjang kegiatan
pariwisata;
Bandar udara Pekon Seray di Kabupaten
Lampung Barat selain untuk keperluan
navigasi dan mitigasi bencana alam, dapat
difungsikan menjadi bandar udara umum.
Tabel II.5
PKWp dan PKL di Provinsi Lampung Tahun 2009-2029
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi yang
terpadu dan merata di seluruh wilayah Provinsi Lampung ditempuh melalui upaya
meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, laut, dan udara.
Rencana pengembangan sistem transportasi dalam hal ini mencakup rencana pengembangan
sistem jaringan transportasi darat, transportasi laut dan udara.
a) Jaringan jalan arteri primer merupakan jaringan jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN) atau antara Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
Lintas Tengah mulai dari Terbanggi Besar - Kotabumi - Bukit Kemuning - Simpang
Empat - Batas Provinsi Sumatera Selatan.
b) Jaringan jalan Kolektor Primer jaringan jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), antara
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), atau antara Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) terdiri dari
Lintas Pantai Timur mulai dari Bakauheni – Way Sekampung Bunut - Ketapang –
Way Jepara - Labuhan Maringgai -Sukadana - Seputih Banyak - Bujung Tenuk;
Lintas Barat mulai dari Bandar Lampung - Gedungtataan - Rantau Tijang - Kota
Agung - Wonosobo – Sangga - Bengkunat – Biha – Krui - Simpang Gunung Kemala
- Pugung Tampak - batas Provinsi Bengkulu;
c) Jaringan jalan Lokal Primer merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Lingkungan, Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) dengan pusat Kegiatan Lingkungan, antar Pusat Kegiatan
Lokal (PKL), atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan Pusat Kegiatan Lingkungan. Jalan
ini akan memperkuat interaksi internal untuk mendukung pola perkembangan ruang
yang bersifat horizontal membentuk suatu sistem jaringan jalan. Jalan lokal primer ini
merupakan jalan yang berstatus jalan provinsi. Beberapa jalan lokal primer yang
memiliki fungsi sebagai jalan feeder (pengumpan) yang menghubungkan jalan poros
(lintas Sumatera) dengan jalan lintas pantai timur dan barat. Beberapa jalan tersebut
adalah:
d) Jaringan jalan strategis provinsi adalah jalan yang diprioritaskan untuk melayani
kepentingan provinsi berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan provinsi; mengacu pada
Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jaringan jalan strategis
merupakan jalan yang memiliki status sebagai jalan provinsi terdiri dari:
Hanura - Padang Cermin - Napal - Putih Doh - Simpang Kuripan - Kota Agung;
Menggala - Panaragan - Tajab – Serupa Indah - Pakuan Ratu - Mesir Ilir - Simpang
Way Tuba;
e) Selain itu terdapat Rencana pengembangan jaringan transportasi jalan raya melalui
pembagian beban arus yang melintas pada jalan Lintas Tengah dan Lintas Timur
dengan jaringan jalan Tol Bakauheni – Babatan – Tegineneng – Terbanggi Besar
dilanjutkan dengan rencana jalan Sumatera Toll Roads Network, dan Terbanggi besar
– Menggala – Simpang Pematang. Untuk meningkatkan akses Pulau Jawa dengan
Sumatera direncanakan akan dibangun sistem jaringan jalur penghubung Lampung
– Banten melalui Infrastruktur Penghubung Jawa Sumatera.
2) Terminal
a) pengembangan terminal Tipe A Rajabasa di Kota Bandar Lampung. Selain itu dengan
tersambungnya Selat Sunda melalui pembangunan jembatan dan peningkatan peran
Jalur regional yang membentuk pola grid, yang dibentuk oleh 5 (lima ) jalur utama, yaitu Jalur
Lintas Timur, Lintas Pantai Timur, Lintas Tengah, Lintas Barat, dan Lintas Pantai Barat.
Kelima ruas utama ini, membentang sejajar menghubungkan bagian selatan provinsi hingga
bagian utara dan berlanjut di beberapa provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Keberadaan
beberapa ruas jalan ini dibantu oleh beberapa ruas feeder seperti Bukit Kemuning – Liwa –
Krui, Bdr. Lampung – Tanjung Bintang – Sribawono, Tegineneng -Metro – Sukadana, sehingga
secara keseluruhan struktur ruang lebih terarah kepada pola grid.
Jalur sub-regional berpola laba-laba (spider-net), dengan pusatnya di Bandar Lampung yang
akan memberikan akses yang tinggi terhadap perkembangan pusat pertumbuhan utama
dengan bagian wilayah lainnya. Pola jaringan laba-laba ini ditunjukan untuk memelihara
fungsi beberapa sarana transportasi penting seperti Pelabuhan Panjang dan Bandara Raden
Inten II, serta melayani kebutuhan aktivitas ekonomi berskala besar. Selain itu direncanakan
pula jaringan jalan tol yang berfungsi untuk melayani lintas sub - regional. Jaringan jalan ini
untuk direncanakan untuk mampu memecah transportasi lokal dan regional yang selama ini
tercampur di ruas jalan Soekarno – Hatta. Jaringan ini juga menghubungkan kota-kota satelit
yang mempunyai kaitan erat dengan Bandar Lampung, terutama Natar, Jati Agung, dan
Tanjung Bintang.
Jaringan jalan lokal yang merupakan feeder-road dengan fungsi koleksi dan distribusi
komoditi ekonomi dari dan ke wilayah pedesaan. Komoditi yang difasilitasi oleh jaringan jalan
ini adalah komoditi lokal yang berperan untuk menumbuhkan perekonomian berbasis sektor
primer. Melalui pembangunan feeder-road, maka sektor perekonomian rakyat yang berskala
ekonomi terbatas dapat terjangkau untuk diolah lebih lanjut oleh sektor sekunder, dan
sebagai penghubung antar pusat - pusat tersier.
Sejalan dengan pembangunan jaringan transportasi yang membentuk struktur ruang wilayah
Provinsi Lampung, sarana transportasi dikembangkan untuk mendukung struktur ruang yang
dibentuk. Bersamaan dengan pembangunan feeder-road, pemanfaatan pelabuhan kecil
didorong untuk melayani perdagangan antar bagian wilayah. Pelabuhan-pelabuhan yang
dikembangkan untuk mendukung struktur ruang wlayah Lampung meliputi pelabuhan
Bakauheni, pelabuhan Panjang, pelabuhan Teluk Betung, pelabuhan Mesuji, pelabuhan
Bratasena, pelabuhan Labuhan Maringgai, pelabuhan Kota Agung, dan pelabuhan Krui.
Pemanfaatan jalur kereta api yang melayani pergerakan jarak sedang antar bagian wilayah
Provinsi Lampung dengan bagian wilayah lainnya di region Sumatra bagian Selatan
ditingkatkan utilitasnya.
Dalam rencana pengembangan jaringan kereta api terdapat pembagian antara jaringan jalur
kereta api Nasional dan Jaringan Jalur Kereta api Regional.
b) Jaringan Jalur Kereta Api Regional, merupakan angkutan penumpang dan barang yang
meliputi :
4) Transportasi sungai yang meliputi Kuala Teladas – Way Sekampung Hilir – Way Tulang
Bawang Hilir – Way Seputih.
1) Pelabuhan Utama adalah pelabuhan Panjang yang selama ini sebagai pelabuhan
barang untuk kegiatan ekspor impor terutama untuk melayani wilayah SUMBAGSEL.
2) Bandar udara Militer Gatot Subroto di Kabupaten Way Kanan akan dikembangkan
menjadi bandar udara untuk penerbangan sipil;
3) Peningkatan fungsi Bandar udara khusus sesuai dengan fungsinya masing – masing
yaitu:
b) Pangkalan Udara Gatot Subroto di Kabupaten Way Kanan berfungsi sebagai Pusat
Latihan Tempur TNI-AD;
c) Bandar udara khusus di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur dan Tulang
Bawang untuk mendukung aktivitas perkebunan;
e) Bandar udara Pekon Seray di Kabupaten Lampung Barat selain untuk keperluan
navigasi dan mitigasi bencana alam, dapat difungsikan menjadi bandar udara
umum.
Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan di Provinsi Lampung terdiri dari
pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi, pengembangan pembangkit
tenaga listrik bersumber dari energi terbarukan dan pengembangan pembangkit tenaga listrik
bersumber dari energi non terbarukan.
Pembangkit listrik adalah suatu rangkaian alat atau mesin yang merubah energi mekanikal
untuk menghasilkan energi listrik, biasanya rangkaian alat itu terdiri dari turbin dan generator
listrik. Fungsi dari Turbin adalah untuk memutar rotor dari generator listrik, sehingga dari
putaran rotor itu dihasilkanlah energi listrik. Listrik yang dihasilkan dinaikkan dulu voltasenya
menjadi 150 kV, 275 kV (TT) sampai dengan 500 kV (TET) melalui Trafo Step Up. Penaikan
tegangan ini berfungsi untuk mengurangi kerugian akibat hambatan pada kawat penghantar
sela proses transmisi. Dengan tegangan yang ekstra tinggi maka arus yang mengalir pada
kawat penghantar menjadi kecil.
Penggunaan sumber listrik dengan pembangkit listrik secara individual umumnya digunakan
pada aktivitas-aktivitas yang membutuhkan kontinuitas aliran listrik sehingga tidak mentolerir
putusnya aliran listrik, misalnya kegiatan perbankan, kegiatan industri, kegiatan
kesehatan/medis, dan lain-lain. Namun sumber listrik seperti ini relatif lebih mahal, lebih rumit
dan lebih terbatas dibandingkan sumber PLN.
Pembangkit tenaga listrik yang akan dikembangkan baik peningkatan pembangkit eksisting
maupun pengembangan pembangkit baru adalah:
2) PLTU batu bara yang berlokasi di Kabupaten Lampung Selatan (PLTU Tarahan Unit 3
dan unit 4, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung
Tengah, dan Kabupaten Way Kanan;
3) PLTP dengan Lokasi Kabupaten Tanggamus (PLTP Ulu Belu), Kabupaten Lampung
Tengah (PLTU Gunung Sugih) dan Kabupaten Lampung Selatan (PLTU Kalianda dan
PLTU Lampung);
4) PLTD, yaitu PLTD Pulau Sebesi, PLTD Tarahan, PLTD Teluk Betung, PLTD Metro, PLTD
Tegineneng, PLTD Teluk Padang, PLTD Bengkunat, PLTD Krui, PLTD Pugung Tampak,
PLTD Simpang Pematang, dan PLTD Wiralaga;
Untuk wilayah terisolasi pada pulau-pulau kecil atau gugus pulau serta daerah terpencil
dilaksanakan dengan sistem pembangkit tenaga air skala kecil, tenaga surya, tenaga angin
dan tenaga diesel dengan lebih mengutamakan potensi energi yang ada di daerahnya
Terkait dengan pengembangan jaringan listrik adalah identifikasi kebutuhan listrik yang harus
dipenuhi hingga tahun 2029 mendatang. Kebutuhan listrik yang dimaksud terbagi dua, yaitu
kebutuhan domestik dan non domestik. Analisis Kebutuhan listrik domestik, dihitung menurut
total kebutuhan listrik menurut per orang. Oleh karena itu faktor jumlah penduduk, menurut
proyeksinya akan menentukan jumlah kebutuhan listrik domestik. Sementara kebutuhan listrik
non domestik yang dimaksud adalah listrik untuk aktifitas perkantoran, bisnis, wisata dan
pelabuhan.
Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
jaringan listrik yaitu:
Di Provinsi Lampung terdapat 3 (tiga) wilayah sungai skala provinsi, yaitu Way Mesuji – Way
Tulang Bawang, Way Seputih – Way Sekampung, Way Semangka dan wilayah sungai yang
melayani kawasan strategis provinsi. Pengembangan sistem jaringan sumberdaya air di
Provinsi Lampung direncanakan mampu meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Provinsi Lampung. Untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi yang dapat ditempuh adalah meningkatkan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
Provinsi Lampung.
Dalam PP 20 tahun 2006 tentang Irigasi, wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi meliputi:
2) melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi
lintas kabupaten/kota;
3) melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi
yang luasnya 1.000 ha sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat
lintas kabupaten/kota;
11) bersama dengan pemerintah provinsi yang terkait dapat membentuk komisi irigasi
antarprovinsi; dan
Mengacu pada hal tersebut, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam rangka
pengembangan prasarana irigasi di Provinsi Lampung adalah:
2) Melakukan kegiatan konservasi sumber daya lahan dan air serta pemeliharaan
jaringan irigasi untuk menjamin tersedianya air untuk keperluan pertanian;
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan
kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990.
Batasan mengenai kawasan lindung dan budidaya adalah sebagai berikut:
2) Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan,
dan sumberdaya manusia.
Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung pada garis besarnya akan mencakup 5 (lima)
fungsi perlindungan sebagai berikut:
1) Kawasan Hutan Lindung yang tersebar di Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung
Barat, Lampung Tengah, Tanggamus dan Way Kanan.
2) Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam untuk melindungi keanekaragaman hayati
, ekosistem, dan keunikan alam. Termasuk dalam kawasan ini adalah cagar alam
Kepulauan Krakatau, kawasan Bukit Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan
termasuk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Taman Hutan Rakyat di
sekitar Gunung Betung, Gunung Rajabasa dan kawasan perlindungan satwa Rawa
Pacing dan Rawa Pakis, serta ekosistem mangrove dan rawa di pantai Timur dan
Selatan.
4) Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir, tsunami dan sebagainya.
Termasuk dalam kawasan ini adalah bencana tanah longsor (Kabupaten Lampung
Utara, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesawaran, dan
Kabupaten Lampung Selatan), kebakaran hutan (Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way
Kanan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung
Selatan dan Kabupaten Lampung Timur), tsunami dan gelombang pasang (sepanjang
pesisir pantai wilayah Provinsi Lampung), dan banjir (tersebar di Kota Bandar Lampung,
Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Kota Metro,
Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan).
Berdasarkan hasil analisis, luas total dari kawasan rawan bencana adalah 4.411,04 Km2
Bendungan Way Umpu, Bendungan Way Jepara dan Bendungan Way Bumi Agung.
Berdasarkan hasil analisis, luas total dari kawasan perlindungan setempat adalah
355,83 km2
6) Kawasan Perlindungan Laut/Zona inti di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PPK)
adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi
untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan PPK secara berkelanjutan.
Konservasi pesisir dan laut sangat terkait dengan ekosistem pesisir dan laut, yaitu
ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.
Pengelolaan kawasan lindung akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:
1) Memantapkan ekosistem mangrove dan rawa di Pantai Timur dan Selatan Lampung.
Untuk itu keberadaan hutan mangrove di pantai Timur dan Selatan dipertahankan dan
direhabilitasi.
2) Mengendalikan perambahan hutan dan alih fungsi hutan yang berfungsi lindung oleh
kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung hutan yang bersangkutan. Untuk
itu kawasan hutan berfungsi lindung yang belum mengalami perambahan akan
dipertahankan dan kawasan lindung yang telah dirambah akan dikembalikan fungsinya
dan ditetapkan kembali statusnya sebagai hutan berfungsi lindung, terutama untuk
kawasan-kawasan:
Tabel II.6
Rencana Kawasan Lindung Provinsi Lampung 2009-2029
LOKASI/
NO NAMA KAWASAN REG LUAS (HA) KETERANGAN
KAB
1.1 Hutan Lindung
1 Way Pisang 1 LAMSEL 505.80 HL eks HPK
2 Gunung Rajabasa 3 LAMSEL 5,200.50 sudah ditata batas
3 Way Buatan 6 LAMSEL 950.40 sudah ditata batas
4 Rumbia 8 LAMTENG 5,666.72 sudah ditata batas
5 Gunung Seminung 9B LAMBAR 420.00 sudah ditata batas
6 Muara Sekampung 15 LAMTIM 1,488.36 HL eks HPK
7 Batu Serampok 17 LAMSEL 7,230.00 sudah ditata batas
8 Bukit Serarukuh 17 B LAMBAR 1,596.10 sudah ditata batas
Gunung
9 19 LAMSEL -
Betung/Tahura WAR
10 Pematang Kubuota 20 LAMSEL 7,954.70 sudah ditata batas
11 Perentian Batu (Sbgn) 21 LAMSEL 4,631.76
12 Perentian batu (Sbgn) 21 Tanggamus 2,780.24
13 Way Waya (Sbgn) 22 LAMTENG 5,118.00
14 Way Waya (Sbgn) 22 Tanggamus 4,777.00
15 Bukit Punggur 24 Way Kanan 20,831.00 sudah ditata batas
16 Pematang Panggang 25 Tanggamus 3,380.00
17 Serkumpaji 26 Tanggamus 673.90 sudah ditata batas
18 Pegunungan Sulah 27 Tanggamus 8,862.36 sudah ditata batas
19 Pematang Neba 28 Tanggamus 13,419.85 sudah ditata batas
20 Gunung Tanggamus 30 Tanggamus 15,060.00 sudah ditata batas
LOKASI/
NO NAMA KAWASAN REG LUAS (HA) KETERANGAN
KAB
21 Pematang Arahan 31 Tanggamus 1,505.00 sudah ditata batas
22 Bukit Rindihan 32 Tanggamus 6,960.00 sudah ditata batas
23 Tangkit Tebak 34 LAMPURA 28,000.00 sudah ditata batas
24 Gunung Balak 38 LAMTIM 22,292.50 sudah ditata batas
Kota Agung Utara
25 39 Tanggamus 84,463.00
(Sbgn)
Kota Agung Utara
26 39 LAMTENG 17,647.00
(Sbgn)
27 Saka 41 Way Kanan 1,116.80 sudah ditata batas
28 Krui Utara 43 B LAMBAR 14,030.00 sudah ditata batas
29 Way Tenong Kenali 44 B LAMBAR 13,040.00 sudah ditata batas
30 Bukit Rigis 45 B LAMBAR 8,345.00
31 Palakiah 48 B LAMBAR 1,800.17 sudah ditata batas
HL. Bina
32 - LAMBAR 9,360.50 sudah ditata batas
Lestari/HL.Pesisir
33 HL. Bengkunat - LAMBAR 331.60 HL eks HPK
34 Giham Tahmi - Way Kanan 341.30 HL eks HPK
JUMLAH MENURUT BERITA ACARA
319,779.56
PENGUKURAN
JUMLAH MENURUT SK 256/KPTS-II/2000
317,615.00
II Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
2.1 Suaka Alam
1 Cabang 7 Lamteng
125,621.30
2 Way Kambas 9 Lamtim sudah ditata batas
Gunung
3 19 Lamsel 22,249.31 sudah ditata batas
Betung/Tahura WAR
4 Kubunicik 22 B Lambar
5 Sekincau 46 B Lambar
272,925.00
6 Bukit Penetoh 47 B Lambar
7 Krui Barat 49 B Lambar
Sumatera Selatan
8 49 Tanggamus 10,220.00
I/TNBBS
CAL Bukit Barisan
9 Lambar 14,156.00
Selatan
CAL Bukit Barisan
10 Tanggamus 3,125.00
Selatan
11 CAL Krakatau 50 Lamsel 13,735.10
JUMLAH MENURUT BERITA ACARA
PENGUKURAN 462,031.71
JUMLAH MENURUT SK 256/KPTS-II/2000
462,030.00
Sumber : RTRW Provinsi Lampung 2009-2019
Arahan pola ruang untuk kegiatan budidaya mencakup arahan pemanfaatan kawasan hutan,
kawasan pertanian, serta kawasan non-pertanian. Penentuan bagi arahan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan budidaya didasarkan pada pertimbangan berikut:
1. Kesesuaian lahan, yang merupakan hasil penilaian terhadap kemampuan daya dukung
lahan terhadap penggunaan lahan tertentu bila kegiatan atau penggunaan lahan yang
dikembangkan tersebut memilki produktivitas optimal dengan input yang minimal.
Seluruh wilayah Provinsi Lampung memiliki kesesuaian untuk berbagai aktifitas pertanian.
3. Pengelolaan kawasan lindung di pulau-pulau kecil dan pesisir dilakukan melalui kegiatan
pariwisata bahari, industri perikanan, pertanian organik dan peternakan.
Dalam arahan tata ruang, hutan mempunyai fungsi khusus yaitu berfungsi lindung, konservasi,
dan untuk pendukung kehidupan kehidupan serta segala ekosistemnya disamping
menghasilkan produk kehutanan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku industri dan pengolahan kayu. Oleh sebab itu arahan budidaya untuk kehutanan adalah
pengembangan hasil hutan non-kayu.
Kawasan budidaya kehutanan meliputi kawasan hutan produktif terbatas (HPT) dan hutan
produksi tetap (HP). Hutan Produksi Terbatas terletak di Kabupaten Lampung Barat,
sedangkan hutan produksi tetap tersebar di Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang
Bawang, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung
Timur, Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupate Pesawaran dan
Kabupaten Lampung Selatan. Deliniasi kawasan hutan produksi tetap didasarkan kepada
fungsi hutan yang ada. Disamping itu, hutan lindung yang sudah berubah fungsi, karena
dirambah untuk fungsi lain dikembalikan ke fungsi semula.
Pelaksanaan penghijauan kembali hutan lindung yang telah mengalami perubahan fungsi
dengan adanya kegiatan perambahan hutan dilakukan oleh Dinas Kehutanan. Hal ini sesuai
dengan tugas dari Dinas Kehutanan untuk dapat mengendalikan dan mengawasi pemanfataan
hutan khususnya hutan lindung, sehingga pengembalian kembali fungsi hutan merupakan
suatu keharusan agar tatanan ekosistem dapat terjaga dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk merealisasikan kegiatan tersebut maka anggaran yang digunakan berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebagai pendukung keberhasilan pengembalian hutan lindung kepada
fungsinya.
Berdasarkan hasil analisis, luas total dari kawasan peruntukan pertanian hingga tahun 2029
adalah 6.351,90 km². Beberapa komoditas yang memiliki produktivitas yang dapat dijadikan
komoditas unggulan di Provinsi Lampung adalah tanaman padi, ubi kayu, dan jagung. Lahan
pertanian tanaman pangan yang ada diupayakan dipertahankan keberadaannya dalam rangka
mempertahankan swasembada pangan yang telah dicapai sebelumnya. Lokasi pertanian lahan
basah di Provinsi Lampung saat ini cukup tersebar di seluruh wilayah. Akan tetapi secara
spesifik arahan untuk pertanian lahan basah dengan produksi komoditasnya tanaman padi
diarahkan di seluruh wilayah Provinsi Lampung, kecuali Kota Bandar Lampung. Luas areal
pertanian tanaman pangan lahan kering dengan komoditas unggulan ubi kayu dan jagung,
diupayakan untuk dipertahankan, terutama untuk mengembangkan pertanian kerakyatan.
Pengembangan pertanian lahan kering selanjutnya diarahkan di seluruh kabupaten pada
lahan – lahan yang memiliki kesesuaian lahan yang cukup sesuai, kecuali pada Kabupaten
Lampung Barat dan Tanggamus.
Sektor perkebunan selama ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi
Lampung. Sub-sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan perkebunan
rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan hingga tahun 2029
adalah 9.645,35 km². Beberapa tanaman yang perkebunan yang bersifat kerakyatan yaitu
perkebunan kopi, lada, kakau dan kelapa dalam. Untuk beberapa komoditas tersebut
diarahkan pada lahan yang cukup sesuai yaitu di beberapa kabupaten seperti Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Barat, Pringsewu, Tulang
bawang, Tulang Bawang Barat, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten
Tanggamus. Sedangkan untuk perkebunan skala besar diarahkan untuk tanaman tebu, karet,
dan kelapa sawit yang produktivitasnya terdapat di Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Mesuji,
Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Tulang Bawang.
Secara signifikan pengembangan komoditas ini diarahkan untuk pengembangan kegiatan
industri yang pada akhirnya bermuara pada kebijakan ekonomi kerakyatan.
Potensi perikanan di Lampung sangat besar dan didukung oleh ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) yang memadai. Untuk sumberdaya perikanan laut potensinya sangat besar
yang terbagi dalam tiga wilayah, yaitu sepanjang pesisir pantai timur (Laut Jawa), Selat Sunda
(Teluk Lampung dan Teluk Semangka) dan sepanjang pesisir pantai barat. Untuk perikanan
tangkap sebaran ikan didominasi oleh berbagai jenis ikan ekonomis penting seperti tuna mata
esar, setuhuk, setuhuk loreng, tuna sirip biru dan albakora yang meliputi daerah pesisir pantai
Barat, Teluk Lampung di Pesawaran, Teluk Semangka di Kabupaten Tulang Bawang dan Pesisir
Pantai Timur Sumatera lainnya. Untuk perikanan budidaya air payau dikembangkan di pesisir
pantai Timur dilaksanakan dengan sangat memperhatikan kelestarian hutan mangroove, agar
dapat menjaga ekosistem pesisir dan kelautan. Untuk budidaya kolam dapat dikembangkan
di seluruh wilayah Provinsi Lampung, kecuali Kota Bandar Lampung dan Metro. Luas kawasan
perikanan ini adalah 567,50 km².
Pelabuhan perikanan dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat (Kuala Krui dan Bengkunat),
Kota Bandar Lampung (Lempasing), Kabupaten Tanggamus (Kota Agung) dan Kabupaten
Lampung Timur (Labuan Maringgai). Wisata bahari dikembangkan di sepanjang pesisir
Lampung, khususnya di sepanjang pesisir Barat Sumatera.
Kabupaten Tanggamus (cadangan) meliputi ziolit (437.670.000 m3), emas (415.677 ton),
batu bara (867.000 ton), geothermal (400 Kw), bentonit (88.700.000 m3) dan granit
(62.500.000 m3).
Kabupaten Lampung Barat (cadangan) meliputi andesit (1.000.000 m3), emas (16.783 Ha),
geothermasl (430 Kw), trass (2.750.000 m3) diatomea (170.000 m3) dan perlit (10.500.000
m3).
Kabupaten Way Kanan (cadangan) meliputi batubara (131.250.000), emas (829.680 ton),
marmer (615.800.000 m3), kaolin (2.929.000 m3) dan batu mulia (40.000 m3).
Kabupaten Tulang Bawang Barat (cadangan) yaitu pasir kuarsa (3.600.000 m3) dan migas
(dalam penelitian).
Kabupaten Lampung Timur (cadangan) meliputi andesit (3.449.511 m3), pasir kuarsa
(32.575.000 m3) dan minyak bumi (dalam penelitian).
Kabupaten Lampung Selatan (cadangan) meliputi andesit (87.340.000 m3), zeolit (8.000
m3), batu bara (5.000 ton), biji besi (1.902.000 ton), pasir besi (5.071 m3), emas (10.732,5
ton), mangan (243.000 ton), granit (287.000.000 m3).
Kabupaten Pesawaran terdapat cadangan batubara dan panas bumi dengan deposit
dalam tahap penelitian.
Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan
peta/data geologi;
Pengelolaan kawasan industri kecil, terutama industri pengolahan hasil pertanian diarahkan
untuk dikembangkan di seluruh kabupaten, yaitu pada lokasi-lokasi di dekat sentra-sentra
penghasil sumberdaya. Hingga saat ini, kawasan industri yang akan dipertahankan
pengembangannya sebagai kawasan industri adalah 194,4 Km². Selain itu pola yang akan
dikembangkan secara keseluruhan diarahkan pada bagian tengah provinsi ke arah timur
provinsi. Industri besar terutama industri berteknologi tinggi diarahkan untuk dikembangkan
di Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tulang Bawang,
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung
Utara dan Kabupaten Pesawaran sesuai dengan kesesuaian lokasi, tata guna lahan, dan
dukungan prasarana, dan potensi daerah sekitar yang ditetapkan berdasarkan analisa daya
dukung ekosistem.
Pariwisata sebagai sub sektor ekonomi, merupakan industri terbesar dan tercepat
pembangunannya di dunia. Sektor pariwisata telah menjadi industri yang sangat prospektif
dan kompetitif di abad 21 ini. Fenomena tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa kemajuan
teknologi serta semakin tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat telah mendorong
pertumbuhan yang sangat pesat pada angka mobilitas wisatawan internasional dari tahun ke
tahun. Organisasi Pariwisata Dunia (WTO,1997) memperkirakan terjadinya angka pergerakan
wisatawan pada tahun 2005 akan mencapai 850 juta wisatawan.
Berdasarkan catatan laporan sensus yang diadakan oleh WTO tahun 2000 saja, telah diketahui
bahwa pada tahun 1999 telah terjadi kunjungan wisatawan intenasional yang dapat
menghasilkan devisa sebesar US$ 455 milyar. Angka ini menunjukkan bahwa hampir sekitar
10% dari penduduk dunia melakukan perjalanan wisata. Dibandingkan pada tahun 1950, pada
saat itu hanya 25 juta wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dan menghasilkan devisa
setara dengan US$ 8 milyar. Peningkatan yang signifikan tersebut baik dari jumlah perjalanan
internasional maupun pendapatan devisa bagi negara-negara tujuan wisatawan.
Dampak positif yang paling terasa adalah pertumbuhan ekonomi yang meliputi:
a. Mendorong motivasi wisatawan mencari sesuatu yang baru, otentik dan mempunyai
pengalaman perjalanan wisata yang berkualitas;
b. Mendorong motivasi dan keputusan untuk melakukan perjalanan ditentukan oleh minat
tertentu/khusus dari wisatawan dan bukan dari pihak-pihak lain; dan
c. Mendorong wisatawan melakukan perjalanan berwisata pada umumnya mencari
pengalaman baru yang dapat diperoleh dari obyek sejarah, makanan lokal, olahraga,
adat istiadat, kegiatan di lapangan dan petualangan alam.
Pengembangan pariwisata dalam konteks Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Lampung –khususnya dalam sub bahasan ini– akan lebih menekankan pada pengembangan
pariwisata di kawasan budidaya. Potensi pariwisata di kawasan Lindung, seperti Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBSS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan lain-lain
dibahas secara terpisah dalam bahasan Rencana Pengelolaan kawasan Lindung.
Kebutuhan akan permukiman dari tahun ke tahun akan semakin meningkat, mengikuti
pertumbuhan penduduk. Namun mengingat lahan cadangan pengembangan yang semakin
menipis, maka pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan secara intensif (dengan
konsep RUSUN), khususnya permukiman di kawasan perkotaan, tidak lagi secara ekstensif
(landed house).
a) kawasan pusat pendidikan dan latihan tempur Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat di Padang Cermin Kabupaten Pesawaran;
b) kawasan pangkalan utama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Teluk Ratai di
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran;
d) kawasan Pusat Pendidikan dan Latihan Kepolisian di Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung;
e) kawasan pangkalan udara Tentara Nasional Angkatan Darat di Way Tuba Kabupaten
Way Kanan.
Kawasan Strategis merupakan suatu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
memiliki pengaruh sangat penting bagi perkembangan wilayah dalam aspek ekonomi, sosial,
budaya pertahanan keamanan, teknologi dan kelestarian lingkungan hidup.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), di Provinsi Lampung terdapat dua Kawasan Strategis Nasional
(KSN) yang ditetapkan, yaitu:
1) Kawasan Selat Sunda, dengan fungsi strategis untuk meningkatkan kualitas kawasan
secara ekonomi
Dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antara kawasan pusat pertumbuhan (Kota
Bandar Lampung) dengan kawasan-kawasan di sekitarnya dan upaya optimalisasi potensi
kawasan, maka diperlukan strategi pengembangan wilayah pada kawasan-kawasan yang
memiliki peran strategis sebagai motor penggerak bagi pembangunan kawasan-kawasan di
sekitarnya, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan SDA dan teknologi
tinggi.
Kawasan yang berpotensi strategis dalam skala Provinsi Lampung dan perlu dikembangkan
adalah:
1) Aspek Ekonomi:
Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang ada di Kabupaten Mesuji. Dengan adanya
pengembangan ini diharapkan mampu mendistribusikan pusat-pusat
perekonomian, sehingga tidak terkonsentrasi di Kota Bandar Lampung. Kawasan
niaga terpadu di Lampung Tengah diharapkan mampu menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Lampung bagian tengah, sedangkan
KTM diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah
Provinsi Lampung bagian utara. Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini,
maka kewenangan dari Pemerintah Provinsi adalah dimulai dari penyusunan
Rencana Rinci Kawasan Strategis, penyusunan masterplan utilitas dan sektoral di
dalam kawasan.
Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way
Kambas merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati dan aset
nasional (Kawasan Lindung Nasional) yang ditetapkan bagi perlindungan
ekosistem, flora dan fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan dilestarikan. Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini,
maka kewenangan dari Pemerintah Provinsi adalah dimulai dari penyusunan
Rencana Rinci Kawasan Strategis serta pengawasannya,penyusunan masterplan
prasarana kawasan, serta pengelolaannya.
Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah
Provinsi adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis, penyusunan
masterplan prasarana kawasan, penyusunan DED prasarana kawasan, pembiayaan
pembangunan serta pengawasannya.
Kawasan Strategis untuk kepentingan Pendayagunaan SDA dan Teknologi Tinggi ini
mencakup Kawasan Industri Lampung di Kec. Tanjung Bintang Kabupaten Lampung
Selatan. Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari
Pemerintah Provinsi adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis,
penyusunan masterplan prasarana kawasan, serta pengelolaannya.
PPK (4) : Perkotaan Srikuncoro (Semaka), Putih Doh dan Perkotaan Tekad
Rencana jaringan jalan nasional meliputi ruas jalan Rantau Tijang – Kota Agung –
Wonosobo – Sanggi – Bengkunat.
Rencana jaringan jalan provinsi meliputi ruas jalan : Talang Padang – Ulu Belu; Tekad – Air
Naningan; Sukamara – Simpang Kuripan; Simpang Kuripan – Putih Doh; Napal – Putih Doh;
dan Ulu Semuong – Batas Lampung Barat;
Rencana jaringan jalan kabupaten meliputi ruas jalan diluar jalan nasional dan jalan
provinsi.
Pelabuhan pengumpan meliputi pelabuhan Batu Balai Kecamatan Kota Agung Timur,
Pelabuhan Tabuan Kecamatan Cukuh Balak dan Pelabuhan Kelumbayan di Kecamatan
Kelumbayan;
Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batu Tegi di Kecamatan Air Naningan
Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batu Bara (PLTU) di Kecamatan
Kelumbayan
Rencana Gardu Induk di Kecamatan Kota Agung Timur dan Kecamatan Ulu Belu
Pemanfaatan sumber air baku : Aliran sungai sungai Way Semangka dan Way Sekampung;
Anak sungai dari sungai utama, Way Pisang, Way Gatal, Way Semah; Way Sengharus, WaY
Bulok dan WaY Semong
merubah sistem pengolahan sampah di TPA Kali Miring menjadi sanitary landfill
2) Industri besar, dikembangkan di Kec. Kota Agung Timur yaitu Industri Maritim dan
Kecamatan Pulau Panggung untuk Industri Olahan Hasil pertanian. Industri maritim berupa
industri perkapalan dan manufaktur yang terdapat di Teluk Semangka Kecamatan Kota
Agung Timur, Limau dan Cukuh Balak.
3.1.1 Administrasi
Secara administratif leta geografis Kabupaten Tanggamus dibatasi oleh tiga wilayah daratan
dan satu wilayah laut pada sisi-sisinya. Disisi sebelah barat, wilayah Kabupaten Tanggamus
berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat, disisi selatan berbatasan dengan Samudera
Indonesia sementara di sisi sebelah Timur Wilayah Kabupaten Tanggamus berbatasan dengan
Kabupaten Pringsewu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan
Lampung Tengah. Selain ut ditengah-tengah wilayah Kabupaten Tanggamus Juga terdapat
Ibu Kota Kabupaten Yaitu Kota Agung.
Secara geografis letak Kabupaten Tanggamus pada 104⁰18’ sampai dengan 105⁰12’ Bujur
Timur dan 5⁰05’sampai dengan 5⁰56’ Lintang Selatan. Keempat koordinat bujur dan
lintang tersebut membatasi wilayah seluas 2.855,46 Km2 untuk luas daratan ditambah
dengan luas wilayah laut seluas 1.799,50 Km2 dengan luas Keseluruhan 4.654,96 Km2.
Jumlah Penduduk 567.172 jiwa.
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Tanggamuus bersuhu sedang. Hal ini disebabkan karena
dilihat berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kabupaten Tanggamus berada
pada ketinggian 0 sampai dengan 2.115 meterm Kabupaten Tanggamus memiliki topografi
wilayah darat bervariasi antara dataran renda dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan
daerah berbukit sampai bergunung, sekitar 40% dari seluruh wilayah.
Kabupaten Tanggamus memiliki 2(dua) sungai utama yang melintasi daerah-daerah tersebut
kedua sungai itu adalah Way Sekampung dan Way Semangka, selain kedua sungai utama,
terdapat beberapa sungai mengaliri wilayah Kabupaten Tanggamus antara lain Way Pisang,
Way Gatal, Way Semah, Way Sengarus, Way Bulok dan Way Semuong.
Hal lain yang patut untuk diperhatikan berkaitan dengan keadaan wilayah Kabupaten
Tanggamus adalah gunung yang berada di wilayah ini. Tercatat 5 Gunung yang berada di
wilayah Kabupaten Tanggamus, antara lain gunung Tanggamus (2.102m) di Kecamatan Kota
Agung, Gunung Suak (414 m) di kecamatan Cukuh Balak, Gunung Pematang Halupan (1.646
m) berada di Kecamatan Wonosobo, gunung Rindingan (1.508 m) di Kecamatan Pulau
Panggung dan Gunung Gisting (786 m) di Kecamatan Gisting.
Tabel III.1
Luasan Kabupaten Tanggamus Berdasarkan Kecamatan
Tahun 2014
Luas Area
No Kecamatan
km2 Persentase
1 Wonosobo 209,63 4,50
2 Semaka 170,90 3,67
3 Bandar Negeri Semuong 98,12 2,11
4 Kota Agung 76,93 1,65
5 Pematang Sawa 185,29 3,98
6 Kota Agung Barat 101,30 2,18
7 Kota Agung Timur 73,33 1,58
8 Pulau Panggung 437,21 9,39
9 Ulu Belu 323,08 6,94
10 Air Naningan 186,35 4,00
11 Talang Padang 45,13 0,97
12 Sumberejo 56,77 1,22
13 Gisting 32,53 0,70
14 Gunung Alif 25,68 0,55
15 Pugung 232,40 4,99
16 Bulok 51,68 1,11
17 Cukuh Balak 133,76 2,87
18 Kelumbayan 121,09 2,60
19 Limau 240,61 5,17
20 Kelumbayan Barat 53,67 1,15
Luas Darat 2.855,46 61,34
Luas Laut 1.799,50 38,66
Jumlah 4.654,96 100,00
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
Gambar 3.1
Presentase Luasan Kabupaten Tanggamus Berdasarkan Kecamatan
Tahun 2014
3.1.2 Kependudukan
Berdasarkan hasil olah penduduk tahun 2014, Penduduk Kabupaten Tanggamus mencapai
567.172 Jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 109,05 Tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Tanggamus mencapai 199 Jiwa/Km2 dengan Kecamatan Gisting merupakan
wilayah terpadat dengan tingkat kepadatan mencapai 179 jiwa/km2, sedangkan wilayah
kecamatan Limau merupakan wilayah yang paling kecil tingkat kepadatannya dengan angka
kepadatan mencapai 73 jiwa/km2.
Masalah Kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk merupakan
salah satu hal yang penting dalam arah pembangunan. Jumlah Penduduk yang besar bisa
menjadi suatu modal yang bagus bagi pembangunan tapi bisa pula menjadi beban apabila
kualitasnya rendah, disisi lain kelompok usia penduduk yang besar ditengah (kelompok
penduduk usia produktif) seharusnya dapat lebih meningkatkan dan mempercepat
pembangunan.
Bukti kelahiran (akte kelahiran) merupakan hal yang penting sebagai salah satu syarat
administrasi kependudukan, Dalam hal ini penerbitan akte kelahiran pada tahun 2014
mencapai angka 36.702. Pelaksanaan Program KB di Kabupaten Tanggamus ditandai dengan
pasangan usia subur (PUS) 113.335 dengan peserta aktif 74.869. Kecamatan yang memiliki
peserta aktif terbanyak adalah kecamatan Pugung dengan jumlah 6.130 dan selanjutnya Kota
Agung dengan jumlah 5.593 peserta.
Tabel III.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Berdsasrkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Gambar 3.3
Presentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Gambar 3.4
Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kabupaten Tanggamus 2014
Pada tingkat SD/MI, dari 468 sekolah terdapat 404 sekolah negeri dan 64 sekolah swasta. Di
tingkat SLTP yang berjumlah 74 sekolah, terdiri dari 48 sekolah negeri dan 26 sekolah swasta.
Untuk tingkat SMU/SMK terdapat 16 sekolah negeri dan 9 sekolah swasta. Jumlah murid SD
Negeri pada tahun 2014 berjumlah 58.806, untuk murid SD swasta sebanyak 1.352 murid.
Sedangkan untuk murid setingkat SLTP berjumlah 19.207 murid. Jumlah Murid SMA sebanyak
7.586 murid dan SMK sebanyak 5.125 murid. Buku sebagai salah satu sumber pembelajaran
mempunyai peran penting, diwilayah Kabupaten Tanggamus terdapat 8.215 judul buku yang
di koleksi oleh Kantor perpustakaan.
Tabel III.3
Jumlah Sekolah SD, SMP, dan SMA Sederajat Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat
No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Wonosobo 25 5 30 2 4 6 1 2 3
2 Semaka 30 2 32 2 2 4 1 1 2
3 Bandar Negeri Semuong 15 0 15 2 0 2 0 0 0
4 Kota Agung 19 5 24 1 3 4 2 5 7
5 Pematang Sawa 14 4 18 4 0 4 0 1 1
6 Kota Agung Barat 13 1 14 1 0 1 1 0 1
7 Kota Agung Timur 13 0 13 1 1 2 1 1 2
8 Pulau Panggung 31 0 31 1 1 2 1 0 1
9 Ulu Belu 32 2 34 4 2 6 2 2 4
10 Air Naningan 20 2 22 3 0 3 1 0 1
11 Talang Padang 20 7 27 2 3 5 2 2 4
12 Sumberejo 24 3 27 2 2 4 1 2 3
13 Gisting 20 3 23 1 4 5 0 6 6
14 Gunung Alif 13 2 15 0 2 2 1 0 1
15 Pugung 40 11 51 4 1 5 1 4 5
16 Bulok 17 5 22 4 0 4 1 0 1
17 Cukuh Balak 25 2 27 4 1 5 1 0 1
18 Kelumbayan 11 4 15 4 0 4 1 0 1
19 Limau 16 2 18 3 0 3 1 0 1
20 Kelumbayan Barat 6 4 10 3 0 3 1 0 1
Jumlah 404 64 468 48 26 74 20 26 46
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
Gambar 3.5
Grafik Jumlah Sarana Pendidikian SD, SMP dan SMA Sederajat Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Fasilitas kesehatan merupakan kebutuhan penting untuk kehidupan kita, total jumlah fasilitas
kesehatan yang ada di kabupaten Tanggamus sebanyak 105 unit yang terdiri dari Rumah Sakit,
rumah sakit Pembantu, Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan dan Apotik.
Jumlah Tenaga kesehatan tercatat sebanyak 665 orang yang tersebar di lokasi fasilitas
kesehatan. Program imunisasi yang dilaksanakan di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014
mencapai 42.796 imunisasi, yang terdiri dari berbagai jenis imunisasi.
Tabel III.4
Jumlah Sarana Kesehatan Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Kabupaten Tanggamus juga merupakan kabupaten yang memiliki penduduk mayoritas islam,
untuk sarana peribadatan masjid Kabupaten Tanggamus memiliki 860 unit masjid yang
tersebar di semua kecamtan, gereja 19 unit, untuk vihara 1 dan pura 1 yang terdapat di
Kecamatan Kota Agung, agar dapat melihat sebaran jumlah Sarana Peribadatan yang ada di
Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada tabel III.5 berikut.
Tabel III.5
Jumlah Sarana Peribadatan Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Gereja
No Kecamatan Masjid Langgar Pura Wihara
Kristen Khatolik
1 Wonosobo 43 39 2 1 0 0
2 Semaka 56 48 0 1 0 0
3 Bandar Negeri Semuong 18 7 0 0 0 0
4 Kota Agung 55 39 2 1 1 1
5 Pematang Sawa 32 31 0 0 0 0
6 Kota Agung Barat 41 18 0 0 0 0
7 Kota Agung Timur 33 15 0 0 0 0
8 Pulau Panggung 40 27 2 0 0 0
9 Ulu Belu 68 18 0 0 0 0
10 Air Naningan 35 18 2 0 0 0
11 Talang Padang 60 57 0 3 0 0
12 Sumberejo 40 52 3 1 0 0
13 Gisting 40 62 0 0 0 0
14 Gunung Alif 31 29 0 0 0 0
15 Pugung 97 107 0 0 0 0
16 Bulok 36 38 0 0 0 0
17 Cukuh Balak 42 64 0 1 0 0
18 Kelumbayan 28 14 0 0 0 0
19 Limau 31 49 0 0 0 0
20 Kelumbayan Barat 34 27 0 0 0 0
Jumlah 860 759 11 8 1 1
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
jumlah 69.570 ton, disusul kemudian salak 44.414 ton sehingga tidak salah apabila Kabupaten
Tanggamus merupakan salah satu sentra buah durian.
Produksi Komoditas perkebunan tahun 2014 terbesar adalah Kopi 27.581,43 ton dengan
Kecamatan Pulau Panggung merupakan penghasil terbesar. Persentase Kopi mencapai 59.07
persen dari total produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Tanggamus. Kemudian disusul
komoditas Kelapa Dalam 7.330,64 ton mencapai 15.7 persen dari total produksi tanaman
perkebunan di kabupaten Tanggamus.
Populasi ternak besar di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 mencapai 8.449 hewan
ternak yang terdiri dari 6.264 ternak sapi dan 2.185 ternak kerbau. Kecamatan Sumberejo
merupakan kecamatan dengan populasi ternak sapi terbanyak 1.414 ekor sedangkan untuk
kerbau paling banyak terdapat di kecamatan Cukuh Balak (310 ekor). Populasi ternak kecil
sebesar 181.590 ekor yang terdiri dari 174.265 ternak kambing dan 7.325 ternak domba.
Kecamatan Gisting dapat dikatakan sebagai sentra ternak kambing dengan populasi ternak
mencapai 24.005 dan 13,7 persen. Kecamatan gisting merupakan Kecamatan dengan populasi
ternak unggas terbesar dengan 24,8 persen.
Gambar 3.6
Presentase Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Tabel III.6
Jumlah Luas Panen dan Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Luas Produks
No Kecamatan
Panen (Ton)
1 Wonosobo 3.413 18.686
2 Semaka 4.944 27.093
3 Bandar Negeri Semuong 1.422 7.652
4 Kota Agung 942 5.167
5 Pematang Sawa 334 1.825
6 Kota Agung Barat 5.093 27.910
7 Kota Agung Timur 3.502 19.208
8 Pulau Panggung 1.369 7.468
9 Ulu Belu 820 4.367
10 Air NanIngan 350 1.855
11 Talang PaDang 2.242 12.297
12 Sumberejo 1.877 10.277
13 GistIng 709 3.878
14 Gunung Alip 1.726 9.467
15 Pugung 2.231 12.237
16 Bulok 2.528 13.901
17 Cukuh Balak 1.750 9.581
18 Kelumbayan 1.299 6.924
19 Limau 737 3.906
20 Kelumbayan Barat 325 1.708
Jumlah 2014 37.613 205.407
2013 41.761 232.241
2012 43.827 235.849
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus dalam Angka 2015
Jumlah luas luas panen tamanan padi pada Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 sebesar
37.613 dan jumlah produksi padi 205.407, hal ini menunjukan adanya penurunan jumlah
produksi padi dari tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 232.241 ton , jumlah
produksi padi yang terbesar pada Kabuapetn Tanggamus adalah Kecamatan Semaka yaitu
sebesar 27.093 ton, sedangkan kecamatan penghasil padi terkecil yaitu Kecamatan
Kelumbayan Barat dengan hasil produksi pada tahun 2014 hanya sekitar 1.708 Ton.
Tabel III.7
Jumlah Produksi Tanaman Kopi Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Luas Areal Produksi Produktifitas
No Kecamatan Jumlah
TBM TM TT/TR (ton) (Kg/Ha)
1 Wonosobo 120,00 1.859,00 244,00 2.223,00 1.400,00 753,09
2 Semaka - 340,00 - 340,00 442,00 1.300,00
3 Bandar Negeri Semuong - 642,00 163,00 805,00 400,00 623.05
4 Kota Agung - 262,00 65,00 327,00 234,00 893,13
5 Pematang Sawa - 654,00 500,00 1.154,00 500,00 764,53
6 Kota Agung Barat - 168,00 48,00 216,00 160,00 952,38
7 Kota Agung Timur 54,00 202,00 98,00 354,00 155,00 767,33
8 Pulau Panggung 434,00 5.971,00 934,00 7.339,00 5.250,00 879,25
9 Ulu Belu 746,00 5.093,00 873,00 6.712,00 4.970,00 838,11
10 Air NanIngan 577,00 5.827,00 580,00 6.984,00 4.585,00 786,85
11 Talang Padang - 180,00 124,00 304,00 80,00 444,44
12 Sumberejo 58,00 1.935,00 154,00 2.147,00 1.559,32 805,85
13 GistIng 54,00 1.130,00 97,00 1.281,00 680,81 602,49
14 Gunung Alip - 995,00 185,00 1.180,00 897,00 901,51
15 Pugung 451,00 5.467,00 649,00 6.567,00 4.180,50 764,68
16 Bulok - 925,00 735,00 1.660,00 600,00 648,65
17 Cukuh Balak - 1.330,00 269,00 1.599,00 843,00 633,83
18 Kelumbayan - 226,00 25,00 251,00 289,20 1.279,65
19 Limau 261,00 930,00 - 1.191,00 19,60 21,08
20 Kelumbayan Barat 35,00 280,00 130,00 445,00 336,00 1.200,00
Jumlah 2.790,00 35.253,00 5.873,00 43.916,00 27.581,43 782,39
2013 3.077,00 32.427,50 4.995,50 40.500,00 173.509,70 5.350,70
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Tanggamus dan
Provinsi Lampung, paproduksi kopi robuta di Kabupaten Tanggamus mengalami penurunan
drastis seperti yang terlihat pada tabel produksi pada tahun 2013 sebesar 173.509,70 ton,
sedangkan pada tahun 2014 27.581,43 ton, kecamatan pengahasil kopi robusta terbesar pada
Kabupaten Tanggamus adalah Kecamatan Pulau Panggung dengan hasil produksi 1.559,32
ton, sedangkan Kecamatan Limau merupakan kecamatan penghasil kopi robusta terkecil pada
Kabupaten Tanggamus dengan hasil produksi hanya 19,6 ton pada tahun 2014.
Tabel III.8
Jumlah Ternak Besar Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2015
No Kecamatan Sapi Kerbau
1 Wonosobo 520 78
2 Semaka 506 2
3 Bandar Negeri Semuong 16 -
4 Kota Agung 117 98
5 Pematang Sawa 370 147
6 Kota Agung Barat 484 29
7 Kota Agung Timur 187 245
8 Pulau Panggung 257 168
9 Ulu Belu 223 5
10 Air NanIngan 22 231
11 Talang PaDang 205 4
12 Sumberejo 1.414 170
13 GistIng 1.121 13
14 Gunung Alip 158 20
15 Pugung 318 205
16 Bulok 127 97
17 Cukuh Balak 70 310
18 Kelumbayan 115 207
19 Limau 29 107
20 Kelumbayan Barat 5 49
Jumlah 6.264 2.185
2012 5.981 2.155
2013 6.099 2.377
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
Populasi ternak besar yang terdapat di Kabupaten Tanggamus adalah sapi dan kerbau, untuk
populasi sapi pada tahun 2014 di Kabupaten Tanggamus adalah 6.264 ekor sedangkan untuk
kerbau 2.185 ekor, Kecamatan Sumberejo merupakan kecamatan dengan Populasi Sapi
terbanyak yaitu 1.414 Ekor sedangkan Kecamatan Kelumbayan Barat hanya memiiki populasi
sapi 5 ekor, selain sapi pada Kabupaten Tanggamus juga terdapat hewan ternak besar kerbau
dengan populasi sekitar 2.185 ekor pada tahun 2014.
3.1.5 Perindustrian
Pada Tahun 2014 Jumlah Perusahaan Pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten
Tanggamus sebanyak 31 Perusahaan, dengan Perusahaan Tambang emas sejumlah 2 usaha,
Bijih Besi sebanyak 3 perusahaan, kemudian perusahaan Mangan 1 perusahaan sedangkan
Perusahaan Batu gamping berjumlah 5 usaha, dan Andesit berjumlah 6 usaha.
Keadaan Industri tahun 2014 juga membawa peranan yang penting untuk kemajuan
perekonomian di kabupaten Tanggamus. Jumlah unit usaha industri logam mesin kimia di
kabupaten Tanggamus adalah 252 dengan jumlah tenaga kerja 609 orang. Industri Hasil
Pertanian dan Kehutanan adalah 772 unit usaha dengan tenaga kerja 2.043 orang.
Untuk pengguna / pelanggan air bersih yang dikelola oleh pemerintah daerah tahun 2014
berjumlah 3.958 rumah tangga. Banyaknya volume penggunaan air 982.472 m³.
Tabel III.9
Keadaan Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan ( IHKP ) Dirinci Menurut
Jenis Usaha di Kabupaten Tanggamus Tahun 2014
3.1.6 Pariwisata
Sebagai daya dukung wisata adalah akomodasi dan penginapan. Jumlah hotel di Kabupaten
Tanggamus hanya ada 6 dengan klasifikasi adalah melati dan akomodasi lainnya. Dengan total
jumlah kamar mencapai 131 kamar dengan 168 tempat tidur. Jenis Wisata di Kabupaten
Tanggamus adalah wisata bahari yang berjumlah 31, wisata alam 11 dan wisata alam tirta 15.
Tabel III.10
Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanggamus 2014
Wisata Wisata
Wisata Wisata Kolam Situs Wisata
No Kecamatan Alam Alam
Bahari Alam Renang Purbakala Budaya
Tirta Buatan
1 Wonosobo 1 - 1 - - - 1
2 Semaka - 1 3 - - - -
3 Bandar Negeri Semuong - 1 - - 1 - -
4 Kota Agung 1 - 2 2 2 - -
5 Pematang Sawa 7 1 - - - 3 1
6 Kota Agung Timur 3 1 - - - - -
7 Kota Agung Barat 3 - - - 2 2 -
8 Pulau Panggung - - 3 - 4 1 -
9 Ulu Belu - 1 1 - - - -
10 Air Naningan - - - - - - -
11 Talang Padang - - - - - - -
12 Sumberejo - - 2 1 - - -
13 Gisting - - - 3 - - -
14 Gunung Alip - - 1 - - - -
Wisata Wisata
Wisata Wisata Kolam Situs Wisata
No Kecamatan Alam Alam
Bahari Alam Renang Purbakala Budaya
Tirta Buatan
15 Pugung - - - - - 2
16 Bulok - - - - - - -
17 Cukuh Balak 3 1 1 - - - -
18 Kelumbayan 9 5 1 - 3 - 1
19 Limau 4 - - - - - -
20 Kelumbayan Barat - - - - - - -
Jumlah/Total 3 11 15 6 12 6 5
1
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran dari nilai tambah bruto yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang berada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu. Salah satu kegunaan PDRB adalah untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu
daerah baik secara menyeluruh maupun sektoral. Metode yang dapat dipakai untuk
melakukan penghitungan pendapatan regional, dan yang digunakan Kabupaten Tanggamus
adalah metode pendekatan produksi, yaitu suatu metode untuk memperoleh nilai tambah
bruto dengan jalan menghitung output dikurangi biaya antara. Data penyajiannya digunakan
dua versi penilaian, pertama atas dasar harga berlaku yaitu apabila semua produksi barang
dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasar harga pada tahun yang bersangkutan, dan kedua
atas dasar harga konstan yaitu semua produksi barang dan jasa yang diahasilkan dinilai
dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar. Sesuai degan
kesepakatan penghitungan digunakan tahun 2010.
PDRB Kabupaten Berdasarkan harga berlaku dengan migas pada tahun 2014 mencapai (10,12
Triliun rupiah)¹ meningkat dari tahun sebelumnya yang “hanya” mencapai 9,03 Triliun rupiah.
Dilihat dari harga konstan dengan migas nilai PDRB Kabuapten Tanggamus Tahun 2014
mencapai (8,36 Triliun rupiah)². Distribusi PDRB Kabupaten Tanggamus tahun 2014 dengan
harga berlaku didominasi oleh sektor pertanian dengan distribusi diatas (45,87%) dengan nilai
PDRB mencapai 4,6 triliun rupiah, distribusi terbesar kedua adalah sektor perdagangan
dengan nilai PDRB mencapai 958 miliar rupiah, dengan distribusi sekitar 9,4%,sedangkan
ditribusi terkecil adalah listrik dan gas dengan nilai distribusi hanya 0,04%.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 dengan migas berdasarkan
harga konstan mencapai (5,78)¹. Sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami
pertumbuhan paling besar hingga mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 10,07 dengan nilai
PDRB atas dasar Harga konstan mencapai (564,6 Milyar)², disusul kemudian jasa pendidikan
(9,79) dan transportasi pergudangan (9,16). Pada Tahun 2014, Pendapatan perkapita (atas
dasar harga konstan 2010) di Wilayah Kabupaten Tanggamus mencapai (14,7 juta)³ pertahun
meningkat dari tahun sebelumn 14,1 juta pertahun, hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu
indicator bahwa ada peningkatan kesejahteraan apabila dilihat dari sisi pendapatan.
Tabel III.11
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Belaku
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Juta Rupiah)
Kabupaten Tanggamus 2010-2014
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013*) 2014**)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.208.547 3.600.586 3.870.623 4.165.493 4.665.825
B Pertambangan dan Penggalian 201.033 232.688 490.169 551.493 652.992
C Industri Pengolahan 409.103 467.110 557.829 624.762 693.380
D Pengadaan Listrik dan Gas 3.585 3.724 3.763 3.806 4.401
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 8.346 9.013 9.576 9.892 11.839
Limbah dan Daur Ulang
F Kontruksi 406.245 439.150 523.646 568.963 614.032
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G mobil dan Sepeda Motor
685.697 762.028 826.255 881.560 958.105
H Transportasi dan Pergudangan 290.304 311.947 337.769 385.449 463.806
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 89.836 111.034 121.256 134.886 172.873
J Informasi dan Komunikasi 185.737 215.393 246.749 279.932 305.809
K Jasa Keuangan dan Asuransi 130.717 148.133 172.146 196.111 222.351
L Real Estate 181.946 206.207 226.072 248.130 278.080
M,N Jasa Perusahaan 4.058 4.916 5.750 6.910 8.502
Administrasi Pemerintahan Pertanahan
O 285.276 300.163 352.839 404.325 478.198
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 220.927 262.559 352.839 369.869 414.120
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 75.874 90.172 97.856 107.229 123.370
R, S, T,U Jasa Lainnya 75.289 83.266 88.359 94.789 104.979
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 6.462.520 7.248.089 8.283.496 9.033.599 10.172.662
Sumber : BPS, Kabupaten Tanggamus Dalam Angka 2015
Gambar 3.7
Grafik Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atasa Dasar Harga Berlaku (dalam Juta)
Kabupaten Tanggamus 2010-2014
Gambar 3.8
Presentase PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Tanggamus Tahun 2014
3.2.1 Administrasi
Lokasi kegiatan Peyusunan Rencana Detail Tata Ruang ini secara administrasi berada di
Kecamatan Sumberjo Kabupaten Tanggamus yang memiliki luasan 5.667.020 yang terbagi
menjadi 13 pekon atau desa dimana desa yang dimana memiliki penggunaan lahan
Persawahan 14.43 %, Ladang/Tegalan 14.01%, Pekarangan 10.53%, Perkebunan Rakyat
24.96%, Kolam/Empang 0.49%, Lainnya 35.56%, Kecamatan Sumberejo memiliki batasan
administrasi sebagai berikut :
Untuk melihat luasan Kecamatan Sumberejo berdasarkan Pekon/Desa dapat dilihat pada
tabel III.12 berikut :
Tabel III.12
Luasan Kecamatan Sumberejo Berdasarkan Kecamatan Tahun 2014
Luasan
No Pekon/Desa
Km2 Ha
1 Margoyoso 344,30 344.300
2 Dadapan 1.215,74 1.215.740
3 Simpang 389,04 389.040
4 Kanan
Margodadi 1.215,74 1.215.740
5 Argopeni 320,95 320.950
6 Sumber Mulyo 311,23 311.230
7 Wonoharjo 189,65 189.650
8 Tegal Binagun 311,23 311.230
9 Sumberejo 367,64 367.640
10 Sidomulyo 291,78 291.780
11 Kebumen 213,97 213.970
12 Argomulyo 213,97 213.970
13 Sidorejo 291,78 291.780
Jumlah 5.677,02 5.677.020
Sumber : BPS, Kecamatan Sumberejo Dalam Angka 2015
Gambar 3.9
Luasan Kecamatan Sumberejo Berdasarkan Pekon/Desa Tahun 2014
3.2.2 Kependudukan
Kecamatan Sumberejo memiliki jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah sekitar 32.454 jiwa
dengan penduduk laki-laki sekitar 16.668 jiwa dan penduduk perempuan 15.786 jiwa dengan
sex ratio rata-rata 105,59 dan kepadatan penduduk rata-rata 5,72 jiwa/km2, penduduk
terbanyak terdapat di pekon/desa Margoyoso 5.265 jiwa sedangkan untuk penduduk paling
sedikit berada di pekon/desa Tegal Binagun 1.456 jiwa, untuk lebih jelas melihat jumpah
penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan Sumberejo pada tahun 2014 dapat dilhat
pada tabel III.13 dibawah ini.
Tabel III.13
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan Pekon/Desa
Kecamatan Sumberejo Tahun 2014
Jenis Kelamin
Luasan Sex Kepadatan
No Pekon/Desa Jumlah
(Km2) Laki-laki Perempuan Ratio jiwa/Km2
Gambar 3.11
Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekon/Desa
Kecamatan Sumberejo Tahun 2014
Gambar 3.12
Presentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekon/Desa
Kecamatan Sumberejo Tahun 2014
Tabel III.14
Jumlah dan Sebaran Sekolah berdasarkan Pekon/Desa
Di Kecamatan Sumberejo Tahun 2014
SD SMP SMA
No Pekon/Desa
Sederajat Sederajat Sederajat
1 Margoyoso 3 1 2
2 Dadapan 3 1 -
3 Simpang Kanan 3 - 1
4 Margodadi 3 1 -
5 Argopeni 1 - -
6 Sumber Mulyo 2 - -
7 Wonoharjo 2 - -
8 Tegal Binagun 1 - -
9 Sumberejo 2 1 -
10 Sidomulyo 2 - -
11 Kebumen 2 1 -
12 Argomulyo 2 1 -
13 Sidorejo 1 - -
Jumlah 27 6 3
Sumber : BPS, Kecamatan Sumberejo Dalam Angka 2015
Tabel III.15
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Kesehatan berdasarkan Pekon/Desa
Di Kecamatan Sumberejo Tahun 2014
Puskesmas Balai Prakter
No Pekon/Desa Puskesmas
Pembantu Pengobatan Dokter
1 Margoyoso 1 0 6 1
2 Dadapan 0 0 1 0
3 Simpang Kanan 0 0 0 0
4 Margodadi 0 0 0 0
5 Argopeni 0 0 0 0
6 Sumber Mulyo 0 0 0 0
7 Wonoharjo 0 0 0 0
8 Tegal Binagun 0 0 0 0
9 Sumberejo 0 1 0 0
10 Sidomulyo 0 1 0 0
11 Kebumen 0 1 1 0
12 Argomulyo 0 0 1 0
13 Sidorejo 0 0 1 0
Jumlah 1 3 10 1
Sumber : BPS, Kecamatan Sumberejo Dalam Angka 2015
Tabel III.16
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan Berdasarkan Pekon/Desa
Di Kecamatan Sumberejo 2014
Gereja
No Pekon/Desa Masjid Mushola
Kristen Khatolik
1 Margoyoso 6 11 0 0
2 Dadapan 3 9 0 0
3 Simpang Kanan 1 10 0 1
4 Margodadi 3 4 0 0
5 Argopeni 5 4 0 0
6 Sumber Mulyo 4 3 0 0
7 Wonoharjo 2 7 1 0
8 Tegal Binagun 1 6 0 1
9 Sumberejo 5 4 0 0
10 Sidomulyo 4 3 1 0
11 Kebumen 2 7 0 0
12 Argomulyo 3 5 0 0
13 Sidorejo 3 9 1 0
Jumlah 42 82 3 2
Sumber : BPS, Kecamatan Sumberejo Dalam Angka 2015
Kebijakan regional yang dilihat dalam perencanaan ini adalah kebijakan yang tertuang
dalam RTRW Provinsi Lampung. Sebagaimana RTRW memuat rencana struktur ruang, pola
ruang dan penetapan kawasan strategis, untuk lebih jelas mengenai keterkaitan antar
hierarki perencanaan dapat dlilihat pada diagram dan table dibawah ini:
RTRW PROVINSI
LAMPUNG
Renc.Struktur Ruang Renc.Pola Ruang Kawasan Strategis
RTRW KABUPATEN
TANGGAMUS
Renc.Struktur Ruang Renc.Pola Ruang Kawasan Strategis
RDTR KECAMATAN
SUMBEREJO Renc.Jar.Prasarana Renc.Pola Ruang
Didalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, dinyatakan bahwa
hirarki sistem pusat-pusat pelayanan terdiri dari 1). Pusat Pelayanan Kota (PPK) ; 2).Pusat
Kegiatan Lingkungan (PKL) ; dan 3). Pusat Pelayanan Lingkungan PPL. Kecamatan
Sumberejo masuk ke dalam Hirarki III (PPL) yaitu kemampuan untuk melayani beberapa
desa dalam lingkup bagian wilayah kecamatan dengan fungsi sebagai Permukiman,
Perdagangan & jasa, Pertanian.
B. Wilayah Pembangunan
C. Sistem Prasarana
Sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Tanggamus jaringan prasarana yang ada di
Kecamatan Sumberejo diarahkan untuk Pengembangan pembangkit listrik tegangan skala
kecil & menengah (mini & microhydro).
Permukiman, Perdagangan
& jasa, Pertanian.
Sumber : RTRW Kabupaten Tanggamus 2011-2031 dan Hasil Kompilasi Konsultan 2016
Pola ruang wilayah merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumberdaya
manusia, sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial-budaya, ekonomi, teknologi,
informasi, administrasi, pertahanan keamanan, fungsi lindung, budidaya dan estetika
lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta
berkualitas membentuk tata ruang. Review terhadap rencana pola ruang terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung yang terdapat di Kecamatan Sumberejo sesuai RTRW Kabupaten meliputi
Kawasan Hutan Lindung. Adapun rencana dan kriteria kawasan lindung berdasarkan RTRW
Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada table dibawah ini.
Rencana Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Tanggamus memiliki luas kurang lebih
134.404,11 Hektar meliputi Batas wilayah Administratif Kecamatan Cukuh Balak, Semaka,
Bandar Negeri Semuong, Wonosobo, Ulu Belu, Air Naningan, Pulau Panggung, Gisting,
Sumberejo, Kelumbayan, Kelumbayan Barat, Limau, Bulok, Kota Agung, Kota Agung Barat
dan Kota Agung Timur.
Rencana pola ruang kawasan budidaya meliputi Kawasan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan
Kawasan peruntukan holtikultura dengan luas kurang lebih 9.957 Hektar berada di
Kecamatan Gisting, Sumberejo, Pematang Sawa, Pulau Pangung, Kota Agung Timur, Kota
Agung, Kota Agung Barat, Bandar Negeri Semuong, Kelumbayan Barat, Kelumbayan, Limau
dan Cukuh Balak dengan komoditas unggulan sayur‐sayuran, buah manggis, dan buah
durian.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanggamus Tahun 2011-2031
Kecamatan Sumberejo sendiri memiliki hierarki sebagai Pusat Pelayanan Lokal (PPL) yang
berarti Kecamatan Sumberejo memiliki peran sebagai pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Selain itu Kecamatan Sumberejo juga akan diarahkan sebagai pusat pertanian tanaman
pangan lahan kering, perkebunan, kehutanan, permukiman dan fasilitas sosial ekonomi.
Yang diarahkan untuk memiliki peran nantinya sebagai penunjang dan pemasok bahan-
bahan pertanian untuk kecamatan itu sediri atau untuk kecamatan-kecamatan disekitarnya.
Kedudukan Kecamatan Sumberejo jika dilihat dari kelengkapan Fasilitas adalah sebagai
berikut :
1. Jumlah total sarana pendidikan yang berada dibawah naungan Dinas Pendidikan
mencapai 36 unit dengan rincian 27 unit SD Sederajat, 6 unit SMP Sederajat dan 3 unit
SMU Sederajat.
2. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Sumberejo, yaitu: 1 unit puskesmas, 3
unit puskesmas pembantu, 10 Unit Balai Pengobatan, dan 1 Unit Praktek Dokter.
3. Sarana Peribadatan yang terdapat di Kecamatan Sumberejo ada 3 (tiga) Jenis, yaitu : 42
unit masjid, 82 unit mushola dan 5 unit gereja.
Ditinjau dari kedudukan aspek pertahanan dan keamanan, Kecamatan Sumberejo memiliki
institusi pertahanan tingkat Kecamatan yaitu Polsekta Sumberejo. Kondisi ini memperkuat
Kabupaten Tanggamus dari aspek pertahanan dan keamanan.
Perkembangan yang terjadi bersifat stagnan, dimana terjadi pertambahan dan penurunan
penduduk pada setiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk memberikan penyimpangan
minimum atas data penduduk masa lampau dengan tetap mengasumsikan bahwa pola
perkembangan penduduk di masa lampau akan berlaku di masa yang akan datang, maka
digunakan metoda proyeksi penduduk dengan menggunakan teknik analisis model lung
regresi karena hasil dari R2 nya paling mendekati 1 artinya tingkat kebenarannya semakin
besar. Berikut ini adalah model lung polynomial yang ditunjukan melalui persamaan
matematisnya, yaitu :
Pt + U = Pt (𝟏 + 𝑹)𝒏
Keterangan :
Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan Sumberejo dari sumber data jumlah
penduduk 2011-2015 didapatkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Sumberejo pada
tahun 2036 42.052 jiwa dengan kepadatan penduduk diperkirakan mencapai 7 jiwa/Ha,
yang dapat dililhat pada Tabel IV.2 dan Tabel IV.3.
Untuk mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana pendidikan, dalam analisis ini acuan
yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan
Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan minimal sarana pendidikan sesuai dengan
acuan ini adalah sebagai berikut :
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Sumberejo meliputi Taman Bacaan, Taman
Kanak-kanak, SD/MI, SLTP/MTs, dan SLTA/MA, untuk sarana pendidikan tersebar di hampir
seluruh desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sumberejo. Untuk proyeksi kebutuhan
sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Sumberejo dapat dilihat pada tabel -tabel berikut.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah Pekon margoyoso dan
dadapan yaitu sebanyak 22 sarana dan di kecamatan dadapan sebanyak 27 sarana.
Sedangkan uantuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Tegalbinangun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 6 sarana saja, hal ini
dikafrenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Pendidikan Sekolah Dasar adalah Pekon margoyoso dan
dadapan yaitu sebanyak 17 sarana dan di kecamatan dadapan sebanyak 21 sarana.
Sedangkan uantuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Tegalbinangun dan pekon wonoharjo dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 5
sarana saja untuk Tegal Binangun dan 6 sarana untuk Pekon Wonoharjo, hal ini dikarenakan
jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Tabel IV.6 Kebutuhan Sarana Pendidikan SLTP kecamatan Sumberejo Tahun 2016-2036
Tahun Proyeksi
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 1 1 1 1 1
2 Dadapan 1 1 1 2 2
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1
4 Margodadi 1 1 1 1 1
5 Argopeni 1 1 1 1 1
6 Sumber Mulyo 0 0 0 0 0
7 Wonoharjo 0 0 0 0 0
8 Tegal Binagun 0 0 0 0 0
9 Sumberejo 0 0 0 1 1
10 Sidomulyo 0 1 1 1 1
11 Kebumen 0 0 0 0 0
12 Argomulyo 0 0 0 0 0
13 Sidorejo 0 0 1 1 1
Kecamatan Sumberejo 7 7 8 8 9
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pendidikan Sekolah Dasar adalah Pekon margoyoso dan dadapan
yaitu sebanyak 6 sarana dan di kecamatan dadapan sebanyak 7 sarana. Sedangkan uantuk
pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon dari 20 tahun pekon
tersebut hanya membutuhkan 2 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang
sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Tabel IV.7 Kebutuhan Sarana Pendidikan SLTA kecamatan Sumberejo Tahun 2016-2036
Tahun Proyeksi
No. Kelurahan
2015 2020 2025 2030 2035
1 Margoyoso 1 1 1 1 1
2 Dadapan 1 1 1 2 2
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1
4 Margodadi 1 1 1 1 1
5 Argopeni 1 1 1 1 1
6 Sumber Mulyo 0 0 0 0 0
7 Wonoharjo 0 0 0 0 0
8 Tegal Binagun 0 0 0 0 0
9 Sumberejo 0 0 0 1 1
10 Sidomulyo 0 1 1 1 1
11 Kebumen 0 0 0 0 0
12 Argomulyo 0 0 0 0 0
13 Sidorejo 0 0 1 1 1
Kecamatan Taktakan 7 7 8 8 9
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Pendidikan Sekolah Dasar adalah Pekon margoyoso dan
dadapan yaitu sebanyak 6 sarana dan di kecamatan dadapan sebanyak 7 sarana. Sedangkan
uantuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon dari 20 tahun
pekon tersebut hanya membutuhkan 2 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk
yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Untuk mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana kesehatan, dalam analisis ini acuan yang
digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di
Perkotaan. Standar pelayanan minimal sarana kesehatan sesuai dengan acuan ini adalah
sebagai berikut :
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Kesehatan Posyandu adalah Pekon margoyoso dan dadapan
yaitu sebanyak 6 sarana dan di kecamatan dadapan sebanyak 7 sarana. Sedangkan uantuk
pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal Binagun dari 20
tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 6 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah
penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Tabel IV.9
Kebutuhan Sarana Kesehatan Balai Pengobatan Sumberejo Tahun 2016-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0.06 0.01 0.01 0.01 0.01
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0.05 0.01 0.02 0.02 0.02
Simpang
3 1 1 1 1 1
Kanan 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0.02 0.00 0.00 0.01 0.01
13 Sidorejo 1 1 1 1 1 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
Kecamatan
14 14 15 16 17 0.41 0.09 0.09 0.10 0.10
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Kesehatan Balai Pengobatan adalah Pekon dadapan yaitu
sebanyak 14 sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah
berada di Pekon tegal binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana
saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan
dengan pekon lain.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Kesehatan Klinik Bersalin adalah Pekon dadapan yaitu sebanyak
1,1 sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di
Pekon Argomulyo, Kebumen, tegal binagun, wonoharjo, dan sumber mulyo dari 20 tahun
pekon tersebut hanya membutuhkan 0,3 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk
yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Kesehatan Puskesmas adalah Pekon dadapan yaitu sebanyak
1,1 sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di
Pekon Argomulyo, Kebumen, tegal binagun, wonoharjo, dan sumber mulyo dari 20 tahun
pekon tersebut hanya membutuhkan 0,3 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk
yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Tabel IV.12 Kebutuhan Sarana Kesehatan Praktek Dokter Sumberejo Tahun 2016-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2 Dadapan 1 1 1 2 2 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Simpang
3 1 1 1 1 1
Kanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Sumber Mulyo 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Wonoharjo 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Tegal Binagun 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Sumberejo 0 0 0 0 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Sidomulyo 0 0 0 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 Kebumen 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
12 Argomulyo 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
13 Sidorejo 0 0 0 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kecamatan
7 7 8 8 8 0,04 0,04 0,05 0,05 0,05
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Kesehatan Praktek Dokter adalah Pekon dadapan yaitu 7
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan
paling tinggi terhdap sarana Kesehatan Apotek adalah Pekon dadapan yaitu 1,1 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Sumber Mulyo, Wonoharjo, Tegal Binagun, Kebumen, dan, Argomulyo dari 20 tahun pekon
tersebut hanya membutuhkan 0,3 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang
sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan.
Penduduk Kecamatan Sumberejo mayoritas beragama Islam, saat ini sarana peribadatan
musholla/mesjid telah tersebar hampir di seluruh desa/kelurahan yang ada di Kecamatan
Kertapati.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhadap sarana Peribadatan Mushola adalah Pekon Margoyoso yaitu 109 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Sumber Mulyo dan Wonoharjo dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 40
sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya
dibandingkan dengan pekon lain.
Tabel IV.15 Kebutuhan Sarana Peribadatan Mesjid Warga Sumberejo Tahun 2016-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,13 0,02 0,02 0,02 0,02
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,11 0,02 0,03 0,03 0,04
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,07 0,01 0,01 0,01 0,01
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,07 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,06 0,01 0,01 0,01 0,01
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0,06 0,01 0,01 0,01 0,01
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01
13 Sidorejo 1 1 1 1 1 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Kecamatan
14 14 15 16 17 0,81 0,14 0,15 0,16 0,17
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Peribadatan Mesjid Warga adalah Pekon Dadapan yaitu 14 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan
pekon lain.
Tabel IV.16
Kebutuhan Sarana Peribadatan Mesjid Lingkungan Sumberejo Tahun 2016-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00
2 Dadapan 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Simpang Kanan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Margodadi 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Argopeni 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Sumber Mulyo 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Wonoharjo 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Tegal Binagun 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Sumberejo 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Sidomulyo 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Peribadatan Mesjid Lingkungan adalah Pekon Margoyoso, Dadapan,
Simpang Kanan, Margodadi yaitu 1 sarana.
Untuk mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana Perdagangan, dalam analisis ini acuan
yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan
Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan minimal sarana kesehatan dengan melihat
standar acuan yang digunakan maka untuk proyeksi kebutuhan dan tingkat pelayanan
sarana perdagangan Kecamatan Sumberejo dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel IV.17 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Toko/Warung Sumberejo Tahun
2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 21 21 22 22 22 28,61 28,99 29,37 29,74 30,12
2 Dadapan 18 22 27 32 37 23,65 30,21 36,77 43,34 49,90
3 Simpang Kanan 12 12 12 13 13 15,58 16,04 16,50 16,96 17,42
4 Margodadi 11 12 12 13 13 15,18 15,83 16,48 17,13 17,78
5 Argopeni 10 11 11 11 11 14,04 14,34 14,63 14,93 15,23
6 Sumber Mulyo 7 8 8 8 8 9,88 10,28 10,67 11,07 11,47
7 Wonoharjo 8 8 8 8 8 10,15 10,44 10,74 11,04 11,33
8 Tegal Binagun 6 6 6 7 7 8,01 8,33 8,66 8,98 9,30
9 Sumberejo 9 9 9 10 10 11,99 12,37 12,74 13,12 13,50
10 Sidomulyo 9 10 10 10 10 12,66 13,01 13,37 13,72 14,07
11 Kebumen 7 8 8 8 8 9,96 10,31 10,66 11,01 11,36
12 Argomulyo 8 8 8 9 9 10,61 10,91 11,21 11,50 11,80
13 Sidorejo 9 10 10 10 10 12,61 12,91 13,21 13,51 13,80
Kecamatan Sumberejo 9 10 10 10 10 12,61 12,91 13,21 13,51 13,80
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Perdagangan dan Jasa Toko/Warung adalah Pekon Dadapan yaitu 136
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 32 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Tabel IV.18 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Pertokoan Sumberejo Tahun
2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 1 1 1 1 1 0,11 1,21 1,22 1,24 1,26
2 Dadapan 1 1 1 1 2 0,09 1,26 1,53 1,81 2,08
3 Simpang Kanan 0,5 0,5 1 1 1 0,06 0,67 0,69 0,71 0,73
4 Margodadi 0,5 0,5 1 1 1 0,06 0,66 0,69 0,71 0,74
5 Argopeni 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,05 0,60 0,61 0,62 0,63
6 Sumber Mulyo 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,04 0,43 0,44 0,46 0,48
7 Wonoharjo 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,04 0,44 0,45 0,46 0,47
8 Tegal Binagun 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,03 0,35 0,36 0,37 0,39
9 Sumberejo 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,04 0,52 0,53 0,55 0,56
10 Sidomulyo 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,05 0,54 0,56 0,57 0,59
11 Kebumen 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,04 0,43 0,44 0,46 0,47
12 Argomulyo 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,04 0,45 0,47 0,48 0,49
13 Sidorejo 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Kecamatan Sumberejo 6 6 6 7 7 0,68 8,08 8,54 9,00 9,46
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Perdagangan dan Jasa Pertokoan adalah Pekon Dadapan yaitu 6
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon
Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 1 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Perdagangan dan Jasa Pusat Pertokoan+Pasar Lingkungan adalah
Pekon Margoyoso, Dadapan, Simpang Kanan, dan Margodadi yaitu 1 sarana.
Tabel IV.20 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Balai Pertemuan Sumberejo Tahun
2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,00 0,07 0,08 0,10 0,11
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,00 0,04 0,04 0,04 0,04
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,00 0,04 0,04 0,04 0,04
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,01 0,03 0,03 0,03 0,03
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,07 0,02 0,02 0,02 0,03
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pelayanan Umum Balai Pertemuan adalah Pekon Dadapan yaitu
11 sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada
di Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana
saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan
dengan pekon lain.
Tabel IV.21 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Pos Hansip Sumberejo Tahun 2015-
2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,00 0,06 0,07 0,07 0,07
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,00 0,07 0,08 0,10 0,11
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,00 0,04 0,04 0,04 0,04
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,00 0,04 0,04 0,04 0,04
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,02 0,02 0,02 0,03
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,00 0,02 0,02 0,02 0,03
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,00 0,02 0,02 0,02 0,02
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0,00 0,02 0,02 0,02 0,03
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,02 0,02 0,03 0,03
13 Sidorejo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kecamatan
14 14 15 16 17 0,02 0,43 0,46 0,48 0,50
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pelayanan Umum Pos Hansip adalah Pekon Dadapan yaitu 11
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di
Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja,
hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan
dengan pekon lain.
Tabel IV.22 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Gardu Listrik Sumberejo Tahun 2015-
2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
13 Sidorejo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kecamatan
14 14 15 16 17 0,04 0,43 0,46 0,48 0,50
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pelayanan Umum Gardu Listrik adalah Pekon Dadapan yaitu 11
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di
Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja,
hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan
dengan pekon lain.
Tabel IV.23 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Telepon Umum, Bis Surat Sumberejo
Tahun 2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pelayanan Umum Telepon Umum, Bis Surat adalah Pekon
Dadapan yaitu 11 sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling
rendah berada di Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya
membutuhkan 3 sarana saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit
pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon lain.
Tabel IV.24 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Parkir Umum Sumberejo Tahun 2015-
2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,02 0,02 0,02 0,02 0,07
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,02 0,02 0,03 0,03 0,11
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
13 Sidorejo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
Kecamatan
14 14 15 16 17 0,14 0,43 0,46 0,48 0,50
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pelayanan Umum Parkir Umum adalah Pekon Dadapan yaitu 11
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di
Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja,
Tabel IV.25 Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Kantor Desa / Kelurahan Sumberejo
Tahun 2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,02 0,02 0,02 0,02 0,07
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,02 0,02 0,03 0,03 0,11
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02
9 Sumberejo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
10 Sidomulyo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
11 Kebumen 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
12 Argomulyo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
13 Sidorejo 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
Kecamatan
14 14 15 16 17 0,14 0,43 0,46 0,48 0,50
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Pelayanan Umum Kantor Desa/Kelurahan adalah Pekon
Margoyoso, Dadapan, Simpang Kanan, dan Margodadi yaitu 1 sarana.
Tabel IV.26 Kebutuhan Sarana Perumahan Kavling Kecil Sumberejo Tahun 2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 1.325 1.342 1.360 1.377 1.395 26,49 26,84 27,19 27,54 27,89
2 Dadapan 1.095 1.399 1.703 2.006 2.310 32,85 27,98 34,05 40,13 46,20
3 Simpang Kanan 721 743 764 785 806 28,85 14,85 15,28 15,70 16,13
4 Margodadi 703 733 763 793 823 0,00 14,66 15,26 15,86 16,46
5 Argopeni 650 664 678 691 705 0,00 13,28 13,55 13,83 14,10
6 Sumber Mulyo 457 476 494 513 531 0,00 9,51 9,88 10,25 10,62
7 Wonoharjo 470 484 497 511 525 9,40 9,67 9,95 10,22 10,50
8 Tegal Binagun 371 386 401 416 431 7,42 7,72 8,02 8,32 8,62
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Perumahan Kavling Kecil adalah Pekon Dadapan yaitu 8.513
sarana. Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di
Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 2.004 sarana
saja, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan
dengan pekon lain.
Tabel IV.27 Kebutuhan Sarana Perumahan Kavling Sedang Sumberejo Tahun 2015-
2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 1.325 1.342 1.360 1.377 1.395 26,49 26,84 27,19 27,54 27,89
2 Dadapan 1.095 1.399 1.703 2.006 2.310 32,85 27,98 34,05 40,13 46,20
3 Simpang Kanan 721 743 764 785 806 28,85 14,85 15,28 15,70 16,13
4 Margodadi 703 733 763 793 823 0,00 14,66 15,26 15,86 16,46
5 Argopeni 650 664 678 691 705 0,00 13,28 13,55 13,83 14,10
6 Sumber Mulyo 457 476 494 513 531 0,00 9,51 9,88 10,25 10,62
7 Wonoharjo 470 484 497 511 525 9,40 9,67 9,95 10,22 10,50
8 Tegal Binagun 371 386 401 416 431 7,42 7,72 8,02 8,32 8,62
9 Sumberejo 555 573 590 608 625 11,10 11,45 11,80 12,15 12,50
10 Sidomulyo 586 603 619 635 651 11,73 12,05 12,38 12,70 13,03
11 Kebumen 461 477 494 510 526 9,22 9,55 9,87 10,20 10,52
12 Argomulyo 491 505 519 533 546 9,83 10,10 10,38 10,65 10,93
13 Sidorejo 584 598 612 625 639 11,68 11,96 12,23 12,51 12,78
Kecamatan
8.469 8.980 9.491 10.002 10.513 169,38 179,60 189,82 200,04 210,26
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Perumahan Kavling Sedang adalah Pekon Dadapan yaitu 8.513 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal
Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 2.004 sarana saja, hal ini
Tabel IV.28 Kebutuhan Sarana Perumahan Kavling Besar Sumberejo Tahun 2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 1.325 1.342 1.360 1.377 1.395 26,49 26,84 27,19 27,54 27,89
2 Dadapan 1.095 1.399 1.703 2.006 2.310 32,85 27,98 34,05 40,13 46,20
3 Simpang Kanan 721 743 764 785 806 28,85 14,85 15,28 15,70 16,13
4 Margodadi 703 733 763 793 823 0,00 14,66 15,26 15,86 16,46
5 Argopeni 650 664 678 691 705 0,00 13,28 13,55 13,83 14,10
6 Sumber Mulyo 457 476 494 513 531 0,00 9,51 9,88 10,25 10,62
7 Wonoharjo 470 484 497 511 525 9,40 9,67 9,95 10,22 10,50
8 Tegal Binagun 371 386 401 416 431 7,42 7,72 8,02 8,32 8,62
9 Sumberejo 555 573 590 608 625 11,10 11,45 11,80 12,15 12,50
10 Sidomulyo 586 603 619 635 651 11,73 12,05 12,38 12,70 13,03
11 Kebumen 461 477 494 510 526 9,22 9,55 9,87 10,20 10,52
12 Argomulyo 491 505 519 533 546 9,83 10,10 10,38 10,65 10,93
13 Sidorejo 584 598 612 625 639 11,68 11,96 12,23 12,51 12,78
Kecamatan
8.469 8.980 9.491 10.002 10.513 169,38 179,60 189,82 200,04 210,26
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Perumahan Kavling Besar adalah Pekon Dadapan yaitu 8.513 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal
Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 2.004 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Tabel IV.29 Kebutuhan Sarana Kebudayaan Balai Warga Sumberejo Tahun 2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,53 0,54 0,54 0,55 0,56
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,44 0,56 0,68 0,80 0,92
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,29 0,30 0,31 0,31 0,32
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,28 0,29 0,31 0,32 0,33
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,18 0,19 0,20 0,21 0,21
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,19 0,19 0,20 0,20 0,21
8 Tegal Binagun 1 1 1 1 1 0,15 0,15 0,16 0,17 0,17
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap Sarana Kebudayaan Balai Warga adalah Pekon Dadapan yaitu 14 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal
Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Tabel IV.30 Kebutuhan Sarana Kebudayaan Balai Serbaguna Sumberejo Tahun 2015-
2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 0 0 0 0 0 0,53 0,54 0,54 0,55 0,56
2 Dadapan 0 0 0 0 0 0,44 0,56 0,68 0,80 0,92
3 Simpang Kanan 0 0 0 0 0 0,29 0,30 0,31 0,31 0,32
4 Margodadi 0 0 0 0 0 0,28 0,29 0,31 0,32 0,33
5 Argopeni 0 0 0 0 0 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28
6 Sumber Mulyo 0 0 0 0 0 0,18 0,19 0,20 0,21 0,21
7 Wonoharjo 0 0 0 0 0 0,19 0,19 0,20 0,20 0,21
8 Tegal Binagun 0 0 0 0 0 0,15 0,15 0,16 0,17 0,17
9 Sumberejo 0 0 0 0 0 0,22 0,23 0,24 0,24 0,25
10 Sidomulyo 0 0 0 0 0 0,23 0,24 0,25 0,25 0,26
11 Kebumen 0 0 0 0 0 0,18 0,19 0,20 0,20 0,21
12 Argomulyo 0 0 0 0 0 0,20 0,20 0,21 0,21 0,22
13 Sidorejo 0 0 0 0 0 0,23 0,24 0,24 0,25 0,26
Kecamatan
1 1 1 1 1 3,39 0,30 0,32 0,33 0,35
Sumberejo
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap sarana Kebudayaan Balai Serbaguna adalah Pekon Margoyoso, Dadapan,
Simpang Kanan, dan Margodadi yaitu 1 sarana.
Tabel IV.31 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Taman Lingkungan Sumberejo Tahun
2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 21 21 22 22 22 0,53 0,54 0,54 0,55 0,56
2 Dadapan 18 22 27 32 37 0,44 0,56 0,68 0,80 0,92
3 Simpang Kanan 12 12 12 13 13 0,29 0,30 0,31 0,31 0,32
4 Margodadi 11 12 12 13 13 0,28 0,29 0,31 0,32 0,33
5 Argopeni 10 11 11 11 11 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28
6 Sumber Mulyo 7 8 8 8 8 0,18 0,19 0,20 0,21 0,21
7 Wonoharjo 8 8 8 8 8 0,19 0,19 0,20 0,20 0,21
8 Tegal Binagun 6 6 6 7 7 0,15 0,15 0,16 0,17 0,17
9 Sumberejo 9 9 9 10 10 0,22 0,23 0,24 0,24 0,25
10 Sidomulyo 9 10 10 10 10 0,23 0,24 0,25 0,25 0,26
11 Kebumen 7 8 8 8 8 0,18 0,19 0,20 0,20 0,21
12 Argomulyo 8 8 8 9 9 0,20 0,20 0,21 0,21 0,22
13 Sidorejo 9 10 10 10 10 0,23 0,24 0,24 0,25 0,26
Kecamatan Sumberejo 136 144 152 160 168 3,39 3,59 3,80 4,00 4,21
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap Sarana Kebudayaan Balai Warga adalah Pekon Dadapan yaitu 136 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal
Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 32 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Tabel IV.32 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Taman Kelurahan Sumberejo Tahun 2015-
2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 2 2 2 2 2 0,53 0,54 0,54 0,55 0,56
2 Dadapan 2 2 3 3 4 0,44 0,56 0,68 0,80 0,92
3 Simpang Kanan 1 1 1 1 1 0,29 0,30 0,31 0,31 0,32
4 Margodadi 1 1 1 1 1 0,28 0,29 0,31 0,32 0,33
5 Argopeni 1 1 1 1 1 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28
6 Sumber Mulyo 1 1 1 1 1 0,18 0,19 0,20 0,21 0,21
7 Wonoharjo 1 1 1 1 1 0,19 0,19 0,20 0,20 0,21
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap Sarana Kebudayaan Balai Warga adalah Pekon Dadapan yaitu 14 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal
Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Tabel IV.33 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau SOR Sumberejo Tahun 2015-2036
Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No. Kelurahan
2016 2021 2026 2031 2036 2016 2021 2026 2031 2036
1 Margoyoso 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 0,53 0,54 0,54 0,55 0,56
2 Dadapan 0,15 0,19 0,23 0,27 0,31 0,44 0,56 0,68 0,80 0,92
3 Simpang Kanan 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,29 0,30 0,31 0,31 0,32
4 Margodadi 0,09 0,10 0,10 0,11 0,11 0,28 0,29 0,31 0,32 0,33
5 Argopeni 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28
6 Sumber Mulyo 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,18 0,19 0,20 0,21 0,21
7 Wonoharjo 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,19 0,19 0,20 0,20 0,21
8 Tegal Binagun 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 0,15 0,15 0,16 0,17 0,17
9 Sumberejo 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,22 0,23 0,24 0,24 0,25
10 Sidomulyo 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 0,23 0,24 0,25 0,25 0,26
11 Kebumen 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,18 0,19 0,20 0,20 0,21
12 Argomulyo 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,20 0,20 0,21 0,21 0,22
13 Sidorejo 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 0,23 0,24 0,24 0,25 0,26
Kecamatan Sumberejo 1 1 1 1 1 3,39 0,03 0,03 0,03 0,04
Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa pekon yang mempunyai kebutuhan paling
tinggi terhdap Sarana Kebudayaan Balai Warga adalah Pekon Dadapan yaitu 1.14 sarana.
Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal
Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 0,27 sarana saja, hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang sedikit pertumbuhannya dibandingkan dengan pekon
lain.
Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk digunakan sebagai
air minum, memasak makanan, mencuci, mandi dan kakus. Ketersediaan sistem penyediaan
air bersih merupakan bagian yang selayaknya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Hingga saat ini penyediaan oleh
pemerintah menghadapi keterbatasan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya.
Dengan pengertian diatas maka perlu diperhitungkan jumlah kebutuhan air dalam Rencana
Detail Tata Ruang Kecamatan Sumberejo sampai dengan tahun 2035, dengan menggunakan
standar fasilitas SNI 03-1733-2004 tentang cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan diperkirakan kebutuhan air di Kecamatan Sumberejo pada tahun 2036 adalah
5.904.073 m3 atau 68,33 lt/dt dengan tingkat kehilangan air sekitar 1.362.478 m3, untuk
lebih jelas kebutuhan air pada Kecamatan Sumberejo sampai tahun 2016-2036 dapat dilihat
pada tabel berikut
Selain melihat kebutuhan air pihak konsultan juga melakukan proyeksi produksi kebutuhan
air bersih di Kecamatan Sumberejo berdassarkan desa/pekon pada tahun 2036 mencapai
82,68 lt/dtk hal ini mengartikan bahwa untuk kebutuhan air bersih di Kecamatan Sumberejo
sampai dengan tahun 2036 masih mencukupi untuk kepentingan Kecamatan Sumberejo
sendiri dimana tingkat kebutuhan air bersih di Kecamatan Sumberejo pada tahun 2036
hanya 68,33 lt/dtk, untuk melihat produksi air bersih di Kecamatan Sumberejo pada tahun
2036 dapat dilihat pada tabel berikut.
Selain air bersih dalam perencanaan detail tata ruang kawasan yang sudah terhitung dalam
kawasan perkotaan air limbah juga harus diperhitungkan, hal ini akan mendukung dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk dapat mengetahui seberapa banyak
air limbah untuk satu kawasan sesuai dengan standar fasilitas SNI 03-1733-2004 tentang
cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan diperkirakan air limbah untuk rumah
tangga di Kecamatan Sumberejo pada tahun 2036 adalah sekitar 4.132.851 lt/hr Limbah Cair,
dan limbah rumah tangga mencapai 1.771.222 lt/hr, sedangkan tabel kebutuhan septik
tankuntuk lebih jelas kebutuhan air limbah pada Kecamatan Sumberejo pada tahun 2016-
2036 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.36 Jumlah Kebutuhan Air Limbah Kecamatan Sumberejo Tahun 2021-2036
Jumlah Limbah
kebutuhan Limbah Cair Rumah
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Air Bersih (Liter/Hari) Tangga
(Liter/Hari) (Liter/Hari)
2016 33.876 4.122.007 2.885.405 1.236.602
2021 35.920 4.370.721 3.059.505 1.311.216
2026 37.964 5.330.118 3.731.082 1.599.035
2031 40.008 5.617.095 3.931.967 1.685.129
2036 42.052 5.904.073 4.132.851 1.771.222
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2016
Tabel IV.37 Jumlah Kebutuhan Air Limbah Kecamatan Sumberejo Per Pekon Tahun
2036
Jumlah Penduduk Kebutuhan
Air Air Limbah
No Desa/Pekon Terlayani
Penduduk Bersih Limbah Tinja
(Jiwa) (Jiwa) (L/Det) (L/Det) (M3/Hari)
1 Margoyoso 5.578 5.020 10,97 8,77 0,61
2 Dadapan 9.240 8.316 18,17 14,53 1,01
3 Simpang Kanan 3.225 2.903 6,34 5,07 0,35
4 Margodadi 3.292 2.963 6,47 5,18 0,36
5 Argopeni 2.820 2.538 5,54 4,44 0,31
6 Sumber Mulyo 2.125 1.912 4,18 3,34 0,23
7 Wonoharjo 2.099 1.889 4,13 3,30 0,23
8 Tegal Binagun 1.723 1.551 3,39 2,71 0,19
9 Sumberejo 2.500 2.250 4,92 3,93 0,27
10 Sidomulyo 2.605 2.345 5,12 4,10 0,29
Tabel IV.38 Jumlah Produksi Limbah MCK dan Pelayanan MCK Kecamatan Sumberejo
2021-2036
No Keterangan Satuan 2021 2026 2031 2036
1 Jml Penduduk Jiwa 35.920 37.964 40.008 42.052
2 Penduduk yang terlayani Septic Tank Asumsi Terlayani 85% 30.532 32.269 34.007 35.744
3 Penduduk yang terlayani MCK Asumsi Terlayani 15% 5.388 5.695 6.001 6.308
4 Kebutuhan Septic Tank untuk Unit (1 Septic Tank = 1 KK)
7.184 7.593 8.002 8.410
Keluarga
5 Kebutuhan MCK Unit (1 MCK = 100 jiwa) 359 380 400 421
6 Lumpur Tinja Domestik yang lt/hari (30 lt x jlh pddk)/365
2.952 3.120 3.288 3.456
dihasilkan hari
7 Lumpur Non Tinja lt/hari (20% tinja) 590 624 658 691
8 Total Jumlah Lumpur lt/hari 3.543 3.744 3.946 4.148
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2016
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia saat ini, dimana hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat populasi penduduk di Indonesia yang
semakin tinggi maka permintaan akan energi listrik juga meningkat. Oleh karena itu
berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar dapat memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat.
Dalam penyusunan Recana Detail Tata Ruang (RDTR) hal tentang kelistrikan juga akan
diperkirakan dan di proyeksikan sesuai dengan standar fasilitas SNI 03-1733-2004 tentang
cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, diperkiran kebutuhan listrik di
Kecamatan Sumberejo pada tahun 2036 sekitar 8.058 KWH dengan total jumlah penduduk
yang diperkirakan sekitar 42.052 jiwa, untuk lebih jelas tentang kebutuhan listrik di
Kecamatan Sumberejo dari tahun 2016-2036 dapat dilihat pada tabell Berikut.
Sedangkan untuk kebutuhan listrik domestik sarana dan prasarana untuk Kecamatan
Sumberejo sebanyak 38 KWH pada tahun 2036, dengan jumlah penduduk pada tahun 2036
42.052 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah kebutuhan listrik sarana
dan prasarana di Kecamatan Sumberejo, berikut :
Tahun Proyeksi
No Keterangan
2016 2021 2026 2031 2036
1 Jml Penduduk 33.876 35.920 37.964 40.008 42.052
2 Jumlah KK (asumsi 1 KK = 5 jiwa) 6.775 7.184 7.593 8.002 8.410
Metode Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor unggulan wilayah studi.
Metode ini merupakan metode analisa yang dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi
dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranan
perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan sejenis dalam perekonomian
regional atau nasional. Hasil dari kajian mengenai kondisi ekonomi wilayah dengan
menggunakan metode analisa ini, maka kemudian dapat dilakukan analisa evaluatif
mengenai hubungan antara kondisi ekonomi wilayah dengan peranan sarana prasarana
transportasi laut di lokasi perencanaan. Metode analisa LQ secara umum diformulasikan
seperti berikut:
sektorij /PDRBj
LQ = sektorik /PDRBk
dimana:
Konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah dapat diketahui dari hasil perhitungan
metode Location Quotient (LQ). Kriteria hasil LQ ini adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibanding sektor
yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan;
2. Jika nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan cukup terspesialisasi dibanding sektor
yang sama di tingkat daerah tertentu;
LQ = 1 Self Sufficient
3. Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan terspesialisasi dibanding sektor yang
sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor unggulan.
Jika dilihat dari perhitungan LQ diatas maka yang termasuk dalam sektor basis dari
Kabupaten Tanggamus terdiri dari sektor Pertanian, sektor Pendidikan, kesehatan dan
kegiatan sosial, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Transportasi pergiudangan.
Didalam perencanaan pembangunan ekonomi di suatu daerah diperlukan data statistik yang
dapat di jadikan bahan evaluasi pembangunan ekonomi yang telah dicapai dan untuk
perencanaan di masa yang akan datang salah satu statistik yang sangat diperlukan untuk
evaluasi dan perencanaan pembangunan ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang lebih populer dengan pendapatan regional
merupakan takaran makro yang digunakan untuk mengamati perekonomian suatu wilayah
atau daerah, baik daerah tingkat 1 (Provinsi) maupun daerah tingkat 2 (Kabupaten/Kota).
Selain indikator-indikator lain, pendapatan regional sangat banyak digunakan oleh para
birokrasi pemerintah, peneliti, dan masyarakat dalam mengevaluasi perekonomian. Bahkan
yang lebih penting, berbagai kebijakan pembangunan pada umumnya memakai data yang
bersumber dari pendapatan regional.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa PDRB yang mempunyai kebutuhan paling tinggi
yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebanyak 19.511.074. Sedangkan untuk PDRB
yang mempunyai kebutuhan paling rendah yaitu Pengadaan Listrik dan Gas sebanyak 19.279
saja.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa proyeksi PDRB paling tinggi yaitu pada tahun
2036 sebanyak 25.295.456. Sedangkan untuk proyeksi PDRB paling rendah yaitu pada tahun
2010 sebanyak 6.462.520 saja.