Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

TUMOR COLLI

Promotor : dr. Ismanoe, Sp.B


dr. Elisa Eka Parinda
dr. Oktavia Indah F.
PENYUSUN :
Program Dokter Internship RS Aisyiyah Bojonegoro 2019/2020
ILUSTRASI KASUS
BAGIAN I
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S

Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal lahir (Umur) : 27 Juli 1958 (61 tahun)

Alamat : Tuban

Agama : Islam

Waktu masuk : 6 Desember 2019 pukul 05.45


ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di leher kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki datang dengan keluhan benjolan pada leher sebelah kiri.
Benjolan dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengaku benjolan awalnya muncul seukuran kelereng namun akhir-akhir ini benjolan
tumbuh lebih cepat, berjumlah satu, teraba keras, tidak dapat digerakan, tidak nyeri ketika
ditekan maupun tidak di tekan.
Pasien hanya merasakan jika lehernya merasa ketat.
Tidak ada benjolan di tempat lain seperti ketiak dan lipat paha.
Penurunan berat badan disangkal, nyeri telan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
 HT -, DM -
Riwayat Penyakit Keluarga
 Bapak pasien : Tumor paru
Riwayat Penyakit Sosial
 -
Riwayat Alergi
 -
Primary Survey
Airway
Pasien dapat berbicara  Clear
Breathing
Ekspansi dada simetris, RR 20 x/menit , tidak ada penggunaan otot
bantu napas
Circulation
TD : 148/108 mmHg
Nadi karotis dan radialis teraba kuat, reguler, HR 75x/menit, akral
hangat, CRT <2 detik
Tata Laksana ABC
Breathing
-
Circulation
Pasang IV line
IVFD RL 20 tpm
Pasang kateter
Plan diagnosis
Periksa lab, EKG, foto thorax
PEMERIKSAAN FISIK
03 april 2017 (09.35 WIB)
KU : cukup, kesadaran CM

Tanda Vital
• Tekanan darah : 148/108mmHg
• Frekuensi nadi : 75x/menit, reguler

• Frekuensi napas : 20 x/menit

• Suhu : 36,20 C

• Saturasi O2 : 99%

• Berat badan : 65 kg
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : normocephal

Rambut : hitam

Mata : simestris, konjungtiva tidak pucat

Telinga : simetris, bentuk normal

Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-)

Tenggorok : tidak ada kelainan

Leher : massa di regio colli S ±6cm, nyeri -, hangat, keras, imobile, batas tidak tegas
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
• Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2, murmur (-), gallop (-)
Paru
• Inspeksi : ekspansi dada simetris
• Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Palpasi : Supel, nyeri tekan eigastrium (-), hepar dan limpa tidak teraba
• Perkusi : timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
• Sirkulasi : akral hangat, CRT <2 detik
LABORATORIUM ( 06/12/2019)
Komponen Hasil Nilai Rujukan

Hematologi
Hb 15.8 13 – 18 mg/dl
Leukosit 5.3 4-9 x 103/UL
Hematokrit 49.2 34 – 48%
Trombosit 204 150-380 x 103/UL
Diffcount 3/-/2/59/30/6 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7%
Eritrosit 5.44 3,0-6,0 x 106

Faal ginjal
Creatinin 0.81 0,5-1,0 mg/dl
Ureum 29.24 20-40 mg/dl
BUN 13.5 10-20 mg/dl
FOTO THORAX & EKG
DIAGNOSIS

Tumor colli S suspek maligna


TATA LAKSANA DI IGD
• IVFD RL 20 tpm
• Inj Cefxon 1g
•MRS

• Foto Thorax
•Lab: DL, faal ginjal
•EKG
•Pro exsici dg GA jam 09.00
LAPORAN OPERASI
Insici collar S
Tumor sub muscle Ø 6x6x5cm batas tidak jelas, melekat ke dasar
Dilakukan biopsi dan PA
Tutup ldl
TATA LAKSANA
DI MUZDALIFAH (06/12/2019)
Assasement : post exsici-biopsi tumor colli S
Planning :

 Inf RL 2000cc/24jam
 Inj cefxon 2x1gr
 Inj tofedex 2x1
 Inj antrain 3x1gr
 Inj ondansentron 2x4mg
 Sadar baik→MSS nb tktp
 Besok acc KRS
TATA LAKSANA
DI MUZDALIFAH(7/12/2019)
S: nyeri bekas luka operasi
O: TD: 105/83; HR: 82; RR: 20 T: 36,5
Pemfis: luka operasi tertutup kasa
ves/ves, rh-/-, wh-/-
BU +
A: post exsici-biopsi tumor colli S
P: rawat luka
Tx lanjut
TATA LAKSANA
DI MUZDALIFAH(8/12/2019)

S:-
O: TD: 124/79; HR: 77; RR: 20 T: 36
Pemfis: luka operasi tertutup kasa
ves/ves, rh-/-, wh-/-
BU +
A: post exsici-biopsi tumor colli S
P: KRS
HASIL PA
Mikroskopis:
Menunjukkan potongan jaringan tumor terdiri dari proliferasi sel-sel limfoid anaplasi,
inti bulat besar dan kecil, pleomorfi, kromatin kasar, sitoplasma tipis, yang tersusun
difus.
Kesimpulan:
Regio Colli Sinistra, operasi:
Sesuai dengan Non Hodgkin Lymphoma
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR COLLI
• Setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di
segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada
bagian inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada
bagian superior.

• Tumor leher dibagi atas tumor leher medial yang dapat


bersifat solid dan kistik; dan tumor leher lateral yang juga
bersifat solid dan bersifat kistik.

Utama HSY. 2012. Tumor colli/ benjolan leher, Diagnosa dan Penatalaksanaannya.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/06/tumor-pada-collileher-i.html
SECARA KLINIS, MASSA COLLI DAPAT DIBAGI
MENJADI:
TUMOR COLLI Kelainan
Kongenital

KLASIFIKASI

Inflamasi Neoplasma
LIMFOMA MALIGNA Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada
kelenjar getah bening dan jaringan limfoid.

Limfoma Hodgkin

Terjadi karena mutasi sel B pada sistem limfatik dengan


hasil deteksi yaitu adanya sel abnormal Reed-Stenberg
dalam sel kanker

Limfoma non
Hodgkin
Terjadi karena adanya mutasi DNA pada sel B dan
sel T pada sistem limfatik, merupakan tumor ganas
yang berbentuk padat dan berasal dari jaringan
limforetikuler perifer.
SISTEM LIMFATIK
PEMBULUH LIMFE
Sistem limfatik memiliki jaringan terhadap pembuluh-pembuluh limfe. Pembuluh-pembuluh limfe tersebut yang kemudian akan bercabang-cabang ke semua jaringan tubuh.

LIMFE
Pembuluh-pembuluh limfe membawa cairan jernih yang disebut limfe. Limfe terdiri dari sel-sel darah putih, khususnya limfosit seperti sel B dan sel T.

NODUS LIMFATIKUS
Pembuluh-pembuluh limfe terhubung ke sebuah massa kecil dan bundar dari jaringan yang disebut nodus limfatikus. Kumpulan dari nodus limfatikus ditemukan di leher, bawah ketiak, dada, perut,
dan lipat paha. Nodus limfatikus dipenuhi sel-sel darah putih. Nodus limfatikus menangkap dan membuang bakteri atau zat-zat berbahaya lainnya yang berada di dalam limfe.

BAGIAN SISTEM LIMFE LAINNYA


Bagian sistem limfe lainnya terdiri dari tonsil, timus, dan limpa. Sistem limfatik juga ditemukan di bagian lain dari tubuh yaitu pada lambung, kulit, dan usus halus.
PERAN PENTING DARI SEL T DAN
SEL B
limfosit dibentuk dalam sumsum tulang. Pada awal masa kanak-kanak, sebagian limfosit
bermigrasi ke timus, dimana mereka menjadi matur menjadi sel T. Sisanya tetap tinggal di
sumsum tulang dan menjadi matur disana sebagai sel B.

Sel T dan sel B keduanya berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan
organisme penyebab infeksi seperti bakteri dan virus.

Limfoma adalah suatu penyakit limfosit, dimana limfosit yang terserang berhenti beregulasi secara
normal. Dengan kata lain, limfosit dapat membelah secara abnormal atau terlalu cepat, dan atau
tidak mati dengan cara sebagaimana biasanya. Limfosit abnormal sering terkumpul di
kelenjar getah bening, sebagai akibatnya kelenjar getah bening ini akan membengkak.
LIMFOMA NON HODGKIN
Definisi
limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat. Terjadi
karena adanya mutasi DNA pada sel B dan sel T pada sistem limfatik

Epidemiologi
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012,
limfoma merupakan salah satu dari sepuluh
penyakit kanker terbanyak di dunia pada
tahun 2012.

Presentase kasus baru dan kematian (setelah


dikontrol dengan variabel umur) akibat
limfoma pada penduduk laki-laki lebih tinggi
dgn penduduk perempuan.

Kematian akibat limfoma Non Hodgkin dan Limfoma Hodgkin cukup tinggi, yaitu mencapai
setengah dari presentase kasus baru.
Etiologi dan Patogenesis
Hingga saat ini, proses terjadinya neoplasma seperti halnya pada limfoma belum diketahui pasti;
hanya merupakan suatu hipotesis dan adanya faktor penyokong atau resiko terjadinya kanker
Faktor Resiko
1. Virus onkogen yang menyebabkan mutasi melalui translokasi kromosom,
2. faktor lingkungan (karsinogen, kemoterapi, radiasi),
3. imunodefisiensi.

Manifestasi Klinis

• Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan


• Demam 38 derajat C >1 minggu tanpa sebab yang jelas
• Keringat malam
• Cepat lelah
• Penurunan nafsu makan
• Pembesaran kelenjar getah bening yang terlibat
• Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri di leher, ketiak atau pangkal paha
(terutama bila berukuran di atas 2 cm); atau sesak napas akibat pembesaran kelenjar getah
bening mediastinum maupun splenomegali.
Pemeriksaan Diagnostik

Biopsi eksisional atau core biopsy.


• Biopsi KGB dilakukan cukup pada 1 kelenjar yang paling representatif, superfisial, dan perifer.
• Spesimen kelenjar diperiksa:
a. Umum : Histopatologi
b. Khusus :
Immunohistokimia
Molekuler (hibridisasi insitu) EBV2.
• Diagnosis awal harus ditegakkan berdasarkan histopatologi dan tidak cukup hanya dengan
sitologi. Pada kondisi tertentu dimana KGB sulit dibiopsi, maka kombinasi corebiopsy FNAB
bersama-sama dengan teknik lain (IHK,Flowcytometri `dan lain-lain) mungkin dapat
mencukupi untuk diagnosis.
TATALAKSANA
1. LNH INDOLEN STADIUMI DAN II
• Radioterapi memperpanjang disease free survival pada beberapa pasien.
Standar pilihan terapi :
1.Iradiasi
2.Kemoterapi dilanjutkan dengan radiasi
3.Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 menurut kriteria
GELF)
4.Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
5.Observasi
TATALAKSANA

2.LNH STADIUM III, IV Standar pilihan terapi :


• Observasi (kategori 1) bila tidak terdapat indikasi untuk terapi:
Termasuk dalam indikasi untuk terapi:
- Terdapat gejala
- Mengancam fungsi organ
- Sitopenia sekunder terhadap limfoma
- Bulky
- Progresif
- Uji Klinik
TATALAKSANA

• Terapi yang dapat diberikan:


• Rituximab dapat diberikan sebagai kombinasi terapi lini pertama yaitu R-
CVP.
• Purine nucleoside analogs (Fludarabin) pada LNH primer
• Alkylating agent oral (dengan/tanpa steroid), bila kemoterapi kombinasi
tidak dapat diberikan/ditoleransi5(cyclofosfamid, chlorambucil)
• Rituximab maintenance dapat dipertimbangkan
• Kemoterapi intensif ± Total Body irradiation (TBI) diikuti dengan stem cell
resque dapat dipertimbangkan pada kasus tertentu
• Raditerapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar (bulky) untuk
mengurangi nyeri/obstruksi.

Anda mungkin juga menyukai