Anda di halaman 1dari 32

“Kisaran Dosis, Durasi, Frekuensi,

Karakteristik Pemaparan, dan


Dosis Respon”

Tasha Vebranti 1711211003


Sherlyna Narkotopa 1711211023
Fauza El Izzati 1711211035
Sri Wahyuni 1711212009
Dini Hanifah 1711213002
Sulthan Alvin Faiz 1711213025
Definisi Dosis, Durasi, Frekuensi,
Karakteristik Pemaparan, dan
Dosis Respon

Dosis merupakan kadar dari Durasi adalah waktu yang


sesuatu (fisik, kimiawi, biologis) diberikan atau dijalankan. Durasi
yang dapat mempengaruhi suatu juga dapat diartikan sebagai
organisme secara biologis; makin lamanya sesuatu berlangsung,
besar kadarnya, makin besar rentang waktu.
pula dosisnya.
Frekuensi adalah ukuran jumlah
ataupun tingkat keseringan.
Frekuensi dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat digunakan
untuk menggambarkan tingkat
keseringan penggunaan tertentu.

Untuk dapat mengetahui


karakteristik lengkap tentang bahaya
potensial dan toksisitas dari suatu
bahan kimia tertentu perlu diketahui
tidak hanya tipe efek yang dihasilkan
dan dosis yang diperlukan untuk
menghasilkan efek tersebut, tetapi
juga informasi mengenai bahan kimia
sendiri, pemeparannya, dan subyek.
Hal inilah yang tercakup dalam
karakteristik pemaparan.
Hubungan Dosis-Respon adalah karakteristik pemaparan dan
spectrum efek yang secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi. Hubungan dosis respon dapat
menggambarkan suatu distribusi frekuensi individu yang
memberikan respons pada rentang dosis tertentu. Respons
timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan dan
respons berhubungan dengan dosis. Dalam penggunaan
dosis-respon harus ada metode kuantitatif untuk
mengukur secara tepat toksisitas dari suatu bahan kimia.
Dosis-respons dinyatakan dengan suatu indek Lethal Dosis
(LD50) dan Lethal Concentration (LC50)
Kisaran Dosis dan Toksisitas

Dosis Versus Konsentrasi

Dosis sangat menentukan efek biologis yang akan timbul. Oleh karena itu, dikenal
berbagai dosis yang berhubungan dengan efek tersebut, seperti: dosis letalis (LD),
misalnya LD10 (mematikan 10% dari hewan percobaan), LD50, LD100, Min LD, dosis
terapeutik, dosis efektif, dan dosis toksik. Saat ini orang sering kali ingin mengetahui
LD50 (dosis letal) ataupun LC50 (konsentrasi letal) dari suatu zat, yaitu
dosis/konsentrasi yang mematikan 50% dari populasi hewan percobaan. Dahulu
sebelum toksikologi lingkungan berkembang, hanya LD yang dipersoalkan. LD
memang angka yang sangat pasti karena mengukur zat yang masuk ke dalam tubuh.
LD50 biasanya digunakan untuk mengonversi dosis aman hasil biosei pada dosis
aman bagi manusia, dimana LD50 pada hewan dianggap sebagai LD100 pada manusia.
LD100 sendiri sering dicari untuk keperluan pemberantasan insekta penganggu
karena dikehendaki 100% kematian insekta untuk mencegah terjadinya resistensi.
Saat ini para ahli toksikologi Kesepakatan terakhir LC dan LD
lingkungan mencoba mengemukakan itu bahkan tidak digunakan untuk
istilah konsentrasi letal atau LC, yang konversi pada dosis aman bagi
baginya tentu mempermudah manusia. Saat ini orang cenderung
pengukuran. LC50 adalah konsentrasi menggunakan parameter NOEL (No
yang mematikan 50% populasi hewan Observed Effect Level), NOAEL (No
uji. Namun demikian, istilah atau
parameter ini banyak kelemahannya
Observed Adverse Effect Level), LOEL
karena kematian hewan sebetulnya (Low Observed Effect Level), dan
ditentukan oleh xenobiotic yang LOAEL (Low Observed Adverse Effect
masuk dengan dosis yang memasuki Level).
tubuh. Namun demikian, pengukuran
LC dalam pelaksanaannya akan sangat
mudah. Beberapa penelitian untuk
menilai persamaan dan perbedaan
antara LC dan LD, masih belum
memberi hasil yang memuaskan. Hal
ini tergantung sekali pada hewan uji
yang mana yang dipakai terhadap
xenobiotic.
Taraf Toksisitas
Toksisitas diartikan
sebagai kemampuan racun
(molekul) untuk
menimbulkan kerusakan
apabila masuk kedalam
tubuh dan lokasi organ yang
rentan terhadapnya.
Taraf toksisitas dapat
dinyatakan dengan dengan
angka 1 sampai 6 ataupun
berbeda-beda tergantung
literature yang digunakan,
seperti tampak pada tabel
berikut ini:
Penentuan Seri
Dosis

Seri dosis harus ditentukan terlebih dahulu sebelum


dilakukan percobaan. Jika telah diketahui rentang
konsentrasi yang ingin diuji, seperti misalnya buangan
industry, maka dapat dipakai acuan nilai baku mutu air
buangan. Maka dapat diambil sedikit diatas dan sedikit
dibawah angka baku mutu jadi. Namun demikian pada
prakteknya, penelitian awal perlu dilakukan, karna baik
pada penentuan LD maupun LC itu organisme uji harus
bertahan selama minimal 96 jam.
Durasi, Frekuensi, dan Karakteristik
Pemaparan

Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan masifestasi toksik. Terjadi tidaknya
respon toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi
pemaparan, dan kerentanan sistem biologis dari subyek. Dengan demikian untuk
dapat mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan toksisitas dari
suatu bahan kimia tertentu perlu diketahui tidak hanya tipe efek yang dihasilkan dan
dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek tersebut, tetapi juga informasi
mengenai bahan kimia sendiri, pemeparannya, dan subyek. Faktor utama yang
mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan terhadap
bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi
pemaparan.
Paparan
• Paparan adalah pengalaman yang didapat populasi atau
organisme akibat terkena atau terjadinya kontak dengan
suatu faktor agent potensial yang berasal dari lingkungan.
Paparan dapat dibedakan dari istilah dosis yang diartikan
sebagai jumlah zat yang masuk atau berada di dalam
tubuh organisme. Paparan dapat diukur dari luar, jadi
belum tentu sama dengan jumlah yang memasuki tubuh.
Jenis paparan dilihat dari sifat pemapar seperti zat
kimiawi, fisika, biologis, atau campuran.
• Pengukuran paparan dapat dilakukan secara kualitatif
ataupun kuantitatif..
Jalur Masuk dan Pemaparan

• Jalur utama dimana bahan toksik dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui
saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit
(topikal) dan jalur parenteral lainnya (selain saluran usu/intestinal). Selain itu ada juga
jalan masuk yang cukup efektif yaitu melalui intramuscular, intradermal, dan
subcutaneus. Jalur masuk yang berbeda ini mempengaruhi toksisitas dari bahan kimia.
Jalan masuk paparan yang bersumber dari industri umumnya melalui kulit atau
terhirup, sedangkan kejadian keracunan umumnya tertelan (ingestion).
• Bahan toksik umumnya menyebabkan efek yang paling besar dan menghasilkan respon
yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena. Prakiraan efektifitas melalui
jalur lainnya secara menurun adalah : inhalasi, intraperitonial, subkutan, intramuskular,
intradermal, oral, dan topikal.
• Perbandingan dosis lethal suatu agen dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat
bermanfaat berkaitan dengan absorpsinya.
Jangka Waktu dan Frekuensi Pemaparan

• Ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan kimia pada binatang


dalam empat katagori : akut, subakut, subkronis dan kronis.
• Untuk kebanyakan bahan-bahan, efek toksik setelah pemaparan
tunggal sangat berbeda dibandingkan dengan efek yang dihasilkan
oleh pemaparan berulang.
• Faktor penting lain yang berhubungan dengan waktu dalam
menjelaskan karakteristik pemaparan adalah frekuensi pemberian.
• Dengan pemberian dosis berkali-kali tipe apapun, produksi dari suatu
efek toksik tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi pemberian, tetapi
mungkin pada kenyataannya tergantung seluruhnya pada frekuensi
disamping jangka waktu pemaparan.
Aliran Toksikan dalam Tubuh
dan Lingkungan

Bahan kimia yang menembus suatu membran dapat melalui satu dari dua proses
yang umum yaitu proses difusi atau transport pasif bahan kimia,
Sebelum bahan toksikan masuk ke dalam makhluk hidup, terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana nasib dan aliran bahan toksikan tersebut dalam lingkungan. Bahan
kimia yang toksik dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan termasuk industri. Bahan toksik
tersebut dapat digunakan namun dalam jumlah yang terbatas serta dilakukan recycling
untuk merubah yang bersifat toksik menjadi non toksik. Sebagian bahan toksik tersebut
dengan pola emisi akan masuk ke dalam lingkungan. Selanjutnya toksikan masuk ke
tropospher dan terus ke stratospher. Selain itu toksikan masuk ke dalam tanah, ke air
bawah tanah, samudra dan terbenam di dalamnya. Pada waktu toksikan masuk ke air dan
samudra, maka toksikan tersebut akan masuk ke biota air yang nanti akan dikonsumsi
oleh biota air lainnya dan manusia. Bahan toksikan yang sudah berada dalam air tanah
akan masuk ke dalam tanaman dan masuk pula ke stratospher, akhirnya dengan proses
tertentu akan sampai pada manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dinamika Bahan Toksik di Lingkungan
Perjalanan suatu polutan dari sumbernya sampai ke tubuh manusia dapat
berlangsung sederhana maupun kompleks. Apabila sebuah kaleng bahan kimia
dibuka dalam suatu ruangan yang tidak berventilasi, maka uapnya kemungkinan
tidak akan mengalami perubahan kimia apapun karena hanya menempuh jarak
yang pendek dari kaleng sampai ke hidung. Pengalaman sehari-hari ada hubungan
antara jumlah yang menguap dengan jumlah yang masuk ke dalam tubuh melalui
hidung. Sebaliknya apabila suatu industri mengeluarkan polutan gas ke udara
sejauh beberapa kilometer, maka lintasan gas melalui atmospher relatif rumit.
Reaksi kimia di atmospher kemungkinan akan merubah komposisi gas tersebut
selama perjalanannya dengan angin, dan jumlah polutan yang dapat mencapai
komunitas akan tergantung pada kondisi cuaca setempat. Pada situasi yang
demikian ini, pengalaman sehari-hari kemungkinan tidak dapat memberikan
perkiraan pemaparan yang dialami oleh manusia.
a. Udara
b. Air
Aliran dan percampuran
Proses kimia dalam air.
c. Tanah
Perjalanan Bahan Toksik dalam Tubuh Manusia
Ada empat proses yang dialami oleh bahan toksikan dalam suatu organisme, yaitu
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Dengan adanya empat proses tersebut, maka
timbul pertanyaan : berapa banyak toksikan tersebut dapat menimbulkan efek negatif dan
bagaimana mekanisme terjadinya. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut maka harus
diketahui perihal toksikan, sistem biologis dan interasksi antara keduanya.
a. Absorpsi toksikan.
Adsorpsi toksikan pada saluran pencernaan.
Adsorpsi usus kecil (intestinal).
Absorpsi toksikan pada paru.
Absorpsi toksikan pada kulit.
b. Distribusi toksikan.
Bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan distribui toksikan dalam tubuh manusia
diantaranya adalah :
Protein plasma.
Liver dan ginjal..
Lemak.
Tulang.
c. Metabolisme toksikan.
Dalam proses metabolisme bahan toksik yang perlu diamati adalah
tingkat keracunan/toksisitas bahan toksik tersebut dan kualitas serta
kuantitas kerusakan yang disebabkan oleh bahan toksik tersebut. Pada
metabolisme toksikan dalam tubuh manusia, harus diperhatikan beberapa
faktor seperti dibawah ini, yaitu :
1) Adanya bahan toksik.
2) Pemakaian bahan toksik.
3) Selektivitas bahan toksik.
d. Ekskresi toksikan.
Toksikan dapat dieliminir dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal
merupakan organ penting untuk mengeluarkan racun. Beberapa toksikan
diubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut dalam air sebelum
dikeluarkan dari tubuh. Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk
beberapa senyawa tertentu diantaranya liver dan sistem empedu.
Dosis Respon

Respons biologis “efek farmakologis/toksik” ditentukan


oleh afinitas xenobiotika terhadap reseptor dan juga jumlah
xenobiotika yang menduduki reseptor (konsentrasi
xenobiotika pada reseptor). Kemampuan suatu xenobiotika
untuk mencapai reseptor dan faktor yang berpengaruh
ditentukan oleh beberapa faktor seperti: sifat fisikokimia,
bentuk farmaseutika, tempat kontak dan faktor psiologik
organisme.
Hubungan Dosis Respon

Hubungan dosis-respon menggambarkan suatu distribusi frekuensi


individu yang memberikan respons pada rentang dosis tertentu.
Hubungan dosis-respon biasanya berciri kuantitatif dan hal tersebut
yang membedakan dengan paparan di alam dimana peneliti hanya
mendapatkan kemungkinan perkiraan dosis. Suatu respon dari adanya
paparan dapat berupa respon yang mematikan (non-lethal respone).
Bahan kimia dengan tingkat toksisitas rendah memerlukan dosis besar
untuk menghasilkan efek keracunan dan bahan kimia yang sangat toksik
biasanya memerlukan dosis kecil untuk menghasilkan efek keracunan.
Pengujian bahan kimia dengan tolok ukur kematian, relative lebih
mudah untuk ditangani. Tolok ukur kematian tersebut merupakan
pengukuran kasar karena tidak mengandung informasi mengenai
sesuatu yang mendasari toksisitas.
Frekuensi respon - respon kumulatif
b. Konsep statistika dan besaran aktivitas 50%
Fungsi Kurva Dosis Respon

Fungsi dosis respon dapat diketahui dari ciri kurva yang


terjadi, antara lain adalah kemiringan (slope) garis.
Apabila timbul bentuk kurva yang spesifik, maka dapat
diperkirakan ada sedikit variasi biologi dalm binatang
percobaan :
Kurva spesifik :
Slope dangkal : Variasi tersebut berkaitan dengan
beberapa macam cara interaksi bahan toksik dalam
toksikodinamik
Steep Slope : Variasi ini berkaitan dengan steep tunggal.
Waktu : Sangat penting dalam menentukan perkiraan
efek, terutama untuk mengukur respon,
Kurva Dosis Respon

• Bentuk dasar hubungan dosis-respon


dapat ditunjukkan dalam suatu grafik.
Sumbu X adalah logaritma, oleh karena itu
tidak selalu memungkinkan untuk
meneruskan plot tersebut sampai ke dosisi
nol. Dari kemiringan plot dapat diperoleh
informasi yang berguna dan dengan
menggunakan intersepsi akan memberikan
keterangan mengenai (NOEL) serta
gambaran kisaran dosis yang memberikan
efek terhadap seluruh organisme.
• Bentuk kurva tergantung pada sejumlah
faktor namun biasanya berupa turunan
dari kurva gauss yang menjelaskan
distribusi normal dalam system biologi.
Bagian paling linier ditemukan antara 16%
dan 84% dan bagian ini dapat digunakan
untuk memperkirakan nilai LD50.
• Pada gambar dibawah dosis sangat rendah
(<5 mg/kg)  respon (mortality) : 0%.
Dosis sangat tinggi (1000 mg/kg) respon Diagram hubungan dosis-respon dalam
(mortality) : 100%. bentuk kurva sigmoid absis adalah dosis
dan ordinat adalah proses mortalitas
Diagram hubungan dosis-respon Diagram hubungan dosis-respon dalam
dalam bentuk kurva frekuensi bentuk grafQAit unit probit. Absis adalah
distribusi normal. Absis adalah dosis dosis dan ordinat adalah mortalitas
dan ordinat adalah mortalitas
(respon) dalam frekuensi. dalam unit probit
Analisis Probit

Berbagai faktor penentu Dalam rangka untuk


yang dapat mempengaruhi melinierkan kurva dosis-
kurva dosis-respon : respon, dapat dilakukan
• Rute Eksposur. dengan cara pengubahan
atau transformasi. Untuk
• Jenis Kelamin mengkonversi seluruh kurva
• Usia sigmoid menjadi suatu
• Komposisi genetik hubungan linier dapat
digunakan analisis probit,
• Interaksi kimiawi yang tergantung pada unit
xenobiotic standar deviasi yang dipakai.
Konversi dari prosentase (%) ke Diagram hubungan dosis-respon
dalam unit probit dalam kaitan komparasi senyawa
Pengertian Lethal Dose50 (LD50) Lethal Dose50 (LD50)

Salah satu cara untuk lebih Suatu dosis efektif untuk


memudahkan pengertian 50% hewan digunakan
hubungan dosis respon adalah
menggunakan LD50. Istilah LD50 karena arah kisaran nilai
pertama kali diperkenalkan pada titik tersebut paling
sebagai indeks oleh Trevan menyempit disbanding
pada tahun 1927. Pengertian dengan titik-titik ekstrim
LD50 secara statistic merupakan
dari kurva dosis-respon. Pada
dosis tunggal derivat suatu
bahan tertentu pada uji kurva normal sebanyak 68%
toksisitas yang pada kondisi dari populasi berada dalam
tertentu pula dapat plus-minus nilai 50%.
menyebabkan kematian 50%
dari populasi uji (hewan
percobaan).
Diagram komparasi effective dose
Lethal Concentration 50 (LC50) (ED), toxic dose (TD), dan lethal
dose (LD)

Suatu variasi dari LD50


adalah LC50 yaitu konsentrasi
bahan yang menyebabkan
kematian 50% organisme
yang terpapar. Parameter ini
sering digunakan jika suatu
organisme dipaparkan
terhadap konsentrasi bahan
tertentu dalam air atau udara
yang dosisnya tidak
diketahui. Dalam hal ini
waktu pemaparan dan
konsentrasi harus dinyatakan
dengan jelas.
Aplikasi Hubungan Dosis-
Respon Toxic dose (TD) adalah merupakan dosis dari
suatu bahan yang dipaparkan pada suatu
populasi dan pada tingkat dosis tersebut sudah
TD = Toxic Dose, adalah dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan
dosis tertentu yang sudah tubuh hewan percobaan. Effective dose (ED)
adalah merupakan dosis dari suatu bahan dan
dapat menyebabkan pada tingkat dosis tersebut sudah dapat efek
kerusakan jaringan tubuh. biologis yang ringan untuk pertama kalinya pada
ED = Effective Dose, hewan percobaan.
adalah dosis tertentu yang Aplikasi lebih lanjut dari TD dan ED adalah
mempunyai efek yang untuk menentukan therapeutic index yaitu
tingkat keamanan suatu bahan/obat yang
ringan namun efektif diekpresikan melalui perbandingan antara LD50
terhadap jaringan tubuh. dengan ED50.Selain itu aplikasi dari LD dan ED
Nilai LD50 tidaklah adalah untuk menentukan margin of safety (MS)
ekuivalen dengan toksisitas yaitu rasio antara LD1 dengan ED99.
tetapi nilai ini dapat
diinterpretasikan ke dalam
nilai TD (toxic dose) dan ED
(effective dose). (Gambar 5)
Therapeutic Index (TI)

Aplikasi lebih lanjut daro TD dan ED adalah


untuk menentukan TI yaitu tingkat keamanan
suatu bahan.obat yang diekspresikan melalui
perbandingan antara LD50 dengan ED50.
TI =
Keterangan :
TI : Therapeutic index
LD : Lethal Dose
ED : Effective Dose
Dari gambar 5 terlihat nilai ED50 adalah 20 dan
LD50 adalah 200 sehingga TI-nya adalah 10. Yang
merupakan nilai relative aman untuk bahan/obat.
Hubungan Dosis Respon
dalam Praktik

– Sukar untuk menghitung dosis sesungguhnya (real dose) dari paparan stress agent yang
menyebabkan kerusakan pada official site.
– Dosis pada critical site yang terpapar oleh stress agent dapat digunakan sebagai indicator
dose
– External Stress Agent yang masuk ke dalam portal of entry (kulit, saluran pencernaan, dan
saluran pernapasan) efek yang ditimbulkan tergantung pada sifat fisik dan kimia stress agent.
– Secara umum dosis lingkungan luar akan masuk melalui portal of entry dan menimbulkan
dosis tertentu sebagai effective dose pada critical site
– External Stress Agents akan masuk ke portal of entry:
• Kulit : secara kuantitas akan lebih banyak dengan cara penekanan.
• Saluran Pencernaan Makan : Kelarutan stress agent pada saluran pencernaan
makan lebih besar daripada di paru.
• Saluran Pernapasan : Masuknya stress agent paling efektif, karena interfacial area
yang luas.
Penggunaan Prinsip Dosis-Respon
dalam Lingkungan Hubungan dosis-respon sangat
penting dalam terjadinya
Dalam praktik sangat sulit keracunan. Kerusakan pada bagian
untuk mengkuantifikasi dosis dan organisme dapat dikontrol dengan
menentukan kapan saat cara diabsorpsinya toksikan oleh
berhubungan dengan spesies mikroorganisme, degradasi, dan
bukan manusia, bahkan tidak eliminasi toksikan. Semua
mudah untuk menjelaskan efek organisme yang berada disekitar
suatu zat toksik terhadap makhluk bahan kimia baik alami maupun
hidup. Jika zat toksik terlepas ke
dalam lingkungan, sulit untuk buatan akan mengalami keracunan
dipastikan apakah hal tersebut apabila terpapar secara berlebihan.
telah mempengaruhi spesies Adalah penting mengetahui posisi
tertentu. bahan kimia di udara, air, dan
Banyak proses lingkungan yang tanah. Untuk mudahnya lingkungan
beraksi mengubah zat kimia fisik digolongkan menjadi empat
menjadi senyawa lainnya. Senyawa kompartemen, yaitu atmosfer
tersebut kemudian berperan (udara), hidrosfer (air), litosfer
menjadi zat kimia yang sebenarnya (tanah), dan biosfer (organisme
mempengaruhi lingkungan atau hidup/biota).
organisme.
Respon Terhadap Dosis Uji Toksisitas Atas Dosis dan Respon

• Hubungan dosis-respon • Uji dosis dan respons ini


dilakukan untuk mengetahui,
memiliki asumsi seperti : apakah ada hubungan antara
• Respon toksik adalah xenobiotic dengan respons
fungsi konsentrasi zat organisme dan bagaimana
toksik pada target organ. hubungan tersebut. Hal ini
merupakan uji toksisitas,
• Konsentrasi pada target untuk mencari dosis aman
organ berhubungan bagi manusia.Dosis yang
dengan dosis digunakan dikaitkan dengan
respons yang dicari ataupun
• Respon secara nyata dikaitkan dengan tujuan
berkaitan dengan senyawa eksperimen.
yang diberikan.
Penyelidikan Hubungan Dosis Nilai Ambang Batas Bahan
Respon Toksik

• Penyelidikan hubungan antara dosis


• Penetapan secara akurat nilai
atau konsentrasi dan kerja suatu ambang batas dengan tanpa
bahan kimia dapat dilakukan dengan memberikan suatu efek,
dua cara: (1) menguji frekuensi efek tergantung pada beberapa
yang timbul pada satu kelompok faktor, yaitu:
objek percobaan dengan mengubah-
ubah dosis (hubungan dosis- • • Ukuran sampel dan replikasi
reaksi=dose-respons relationship) (pengulangan) pengambilan
atau (2) mengubah-ubah dosis, sampel
kemudian mengukur intensitas kerja • • Jumlah endpoint (titik akhir)
pada satu objek percobaan (hubungan
dosis-kerja=dose-effect relationship). yang diamati
Pada cara yang pertama, jumlah objek • • Jumlah dosis atau konsentrasi
percobaan yang menunjukkan efek bahan toksik
tertentu akan bertambah sampai
maksimum, sedangkan pada cara • • Kemampuan untuk mengukur
yang kedua, intensitas efek yang endpoint
bertambah. • • Keragaman intrinsik dari
• endpoint dalam populasi
• Hubungan Dosis-Reaksi binantang percobaan
• Hubungan Dosis-Kerja • • Metode statistik yang
• Hubungan Waktu-Kerja digunakan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai