Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan pada Klien Post kraniotomi

dengan Systemic Inflammatory Respons


Syndrome (SIRS)
Kelompok 2 :

Antika Nisa Sifa


Dwilena Pertiwi
Komariah
Nadya Nurhasanah
Rizka Dwi Jayanti
Rosa Amelia
Sutrisno
Definisi SIRS
Respons klinis inflamasi dari seluruh tubuh
tanpa sumber infeksi. SIRS tidak spesifik dan
dapat disebabkan oleh iskemia, inflamasi,
trauma, infeksi atau gabungan dari beberapa
cidera.

Apakah SIRS sama dengan Sepsis???


Sepsis merupakan respon sistemik
pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi
darah, sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi.
Etiologi
• Secara umum dikategorikan dalam 2 golongan
yaitu : (Sudoyo et all, 2009)

Non
Infeksius
Infeksius

1. Trauma
1. Bakteremia 2. Luka bakar masif
2. Viremia 3. Luka pasca operasi
3. Fungemia 4. Iskemia visceral
4. Mycobacteria 5. Pankreatitis
5. Infeksi protozoa 6. Transfusi masif
6. Infeksi organ 7. Kanker
solid, dl 8. Suntika sitokin
9. Overdosis obat
10. Sindrom aspirasi
11. HIV,dll
Manifestasi Klinis
Temperatur >38°C.

Nadi >90x/menit

Jumlah sel darah putih abnormal


>12.000/mm3 atau <4.000/ml atau 10%
neutrofil yang imatur.

Laju pernafasan >20x/menit atau kadar


PaCO2 <32 mmHg.
Komplikasi
Akut paru
cedera

Sindrom
Akut cedera
disfungsi organ
ginjal
multiple

syok
Pathway
Penatalaksanaan
Tatalaksana Kontrol Kausa
Kontrol Kausa
Suportif Lainnya
• Oksigenasi • Antibiotik • Burns (luka
• Terapi cairan • Pembedahan bakar) dan
• Vasopresor trauma
dan Inotropik disertai fraktur
• Bikarbonat
• Disfungsi
renal
• Nutrisi
• Kortikosteroid
KASUS
• Klien bernama Tn. S. 56 tahun. Pendidikan SD, agama islam,
dan sudah menikah. Alamat di gandaria. Sebagai petani.
Pertama masuk melalui IGD RS tgl 6 mei 2012 kemudian
dipindahkan di ruang AA. DX medis Post kraniotomy. Yang
bertanggung jawab pada Tn. S yaitu anaknya 35 thn sebagai
karyawan.

• Pengkajian pada tgl 8 mei diruang rawat:


1. Keluhan utama : mengeluh nyeri pada luka post operasi
2. Riwayat penyakit sekarang : mengalami kecelakaan kurang
lebih 2 bulan yg lalu, dibawa ke puskesmas dan tidak
sadarkan diri selama 35 menit. Setelah sadar mendapat
pengobatan dan klien dibawa pulang oleh keluarga.
Kemudian ±5 hari yang lalu, klien mengeluh kepala bagian
belakang sakit dan terasa pusing, muntah 1x, sehingga tanggal
6 Mei 2012 dilakukan CT scan kontras, hasilnya terdapat
subdural hematoma kronis di lobus frontotemporoparietalis
dextra, sehingga tanggal 7 Mei 2012 dilakukan operasi
kraniotomi.
3. Klien mengatakan nyeri luka post operasi. P = luka post op, Q
= panas, R = di kepala depan samping kanan, S = 4 (sedang),
T= terus-menerus. Klien terlihat memegangi kepalanya yang
nyeri. Terdapat luka operasi di kepala bagian depan samping
kanan.
4. Klien tidak bisa BAB, ingin BAB, etapi tidak bisa keluar. Klien
terlihat memegang perutnya karena sakit. Peristaltik usus
4x/menit
5. Hasil pemeriksaan fisik: TTV (TD 90/60 mmHg, HR 120x/m,
RR 28x/m, Sh 38°C), Lab (PCO2 = 30 mmHg, Leukosit =
14.000/mm3, Hb = 10 gr%).
ASKEP
PEMBAHASAN
Pengkajian

• Pada pengkajian fisik kasus tanda-tanda vital klien 90/60 mmHg, HR


120x/m, RR 28x/m, Sh 38°C leukosit klien = 14.000/mm3. Menurut Black &
Hawks (2014), manifestasi klinis SIRS yaitu denyut jantung >90x/menit,
frekuensi nafas >20 x/menit, leukosit <4.000/μL atau >12.000/μL (>10%
bentuk imatur). Berdasarkan itu, dikatakan SIRS apabila didapati ≥2 dari
kriteria tersebut, pemantauan dilakukan 24 jam setelah pasien masuk ruang
ICU dengan melakukan observasi berkala setiap 30 menit atau setiap 60
menit.

• Pada kasus ini Klien terlihat memegangi kepalanya yang nyeri. Klien terdapat
luka post operasi kraniotomi. P = luka post op, Q = panas, R = di kepala
depan samping kanan, S = 4 (sedang), T= terus-menerus. Klien terlihat
memegangi kepalanya yang nyeri. Terdapat luka operasi di kepala bagian
depan samping kanan. Menurut Sudoyo et all (2009) penyebab SIRS yang
dibagi ke dalam 2 kategori, yakni infeksius dan non-infeksius. Pada kasus ini
termasuk kategori non-infeksius yaitu luka pasca operasi.
Diagnosa Keperawatan

• Pada kasus ini diagnosa keperawatan prioritas yaitu risiko infeksi,


karena klien mengeluh nyeri pada luka post operasi kraniotomi,
terdapat luka operasi di kepala bagian depan samping kanan,
serta berdasarkan hasil laboratorium leukosit klien =
14.000/mm3. Menurut sumber literature diagnosa keperawatan
prioritas ganggguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
luka insisi.

• Pada diagnosa keperawatan kedua pada kasus yaitu nyeri akut


berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah), karena
klien mengeluh nyeri pada luka post operasi kraniotomi
berdasarkan hasil pengkajian nyeri: P = luka post op, Q = panas,
R = di kepala depan samping kanan, S = 4 (sedang), T= terus-
menerus. Menurut sumber literature diagnosa keperawatan
kedua yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka
• Pada diagnosa keperawatan ketiga yaitu
konstipasi berhubungan dengan perubahan
lingkungan saat ini, karena klien mengatakan
tidak bisa BAB sejak masuk rumah sakit dan
mengeluh ingin BAB tetapi tidak bisa keluar,
berdasarkan hasil pengkajian peristaltik usus
4x/menit dan kurang terdengar. Pada sumber
literature diagnosa keperawatan ketiga yaitu
risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
higiene luka yang buruk.
Intervensi Keperawatan
• Pada kasus ini intervensi keperawatan yang diberikan pada setiap
diagnosa keperawatan menggunakan NANDA, NIC, dan NOC. Pada
diagnosa keperawatan prioritas risiko infeksi, intervensi
keperawatan yaitu kontrol infeksi dengan cara ganti peralatan
perawatan per klien sesuai protokol institusi, batasi jumlah
pengunjung, serta pastikan teknik perawatan luka yang tepat.

• Pada diagnosa keperawatan kedua nyeri akut berhubungan dengan


agen cedera fisik (prosedur bedah), intervensi keperawatan yaitu
manajemen nyeri dengan cara lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor pencetus,
observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidakyamanan,
terutama pada klien yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif,
dan tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
klien.
• Pada diagnosa keperawatan ketiga konstipasi
berhubungan dengan perubahan lingkungan saat ini,
intervensi keperwatan yaitu monitor tanda dan gejala
konstipasi, monitor bising usus, konsultasikan dengan
dokter mengenai penurunan/peningkatan frekuensi
bising usus, identifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan konstipasi, buat jadwal untuk BAB
dengan cara yang tepat, evaluasi jenis pengobatan
yang memiliki efek samping pada gastrointestinal,
dan instruksikan pada klien/keluarga pada diet tinggi
serat dengan cara yang tepat.
Daftar Pustaka
Black, Joyce M & Hawks, Jans Hokanson. (2014). Keperawatan Medical Bedah. Singapore: Elsevier.
Faqih, Moh. Ubaidillah, Ahsan, Tina Handayani Nasution. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Outcome Pasien Cedera Kepala Berdasarkan Functional Independence Measure (FIM). Diakses di
http://ejournal.stikeskepanjen-pemkabmalang.ac.id/index.php/mesencephalon/article/view/8. Pada
tanggal 06 April 2019.
Fitri. (2017). Faktor yang Berhubungan Dengan Systemic Inflammatory Response Syndrome Pada Pasien
yang di Rawat ICU. Diakses di https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/6394
. Pada tanggal 05 April 2019.
Fitri, Eka Yulia. (2014). Respon Stres Pada Pasien Kritis. Diakses di
http://ejournal2.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/1946. Pada tanggal 07 April 2019.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. (2006). At a Glane Ilmu Bedah: Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hedi, Burman Hedi, Eka Yulia Fitri, Hikayati Hikayati. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Systemic Inflammatory Response Syndrome di Ruang Icu Rsud Lahat. Diakses di
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/6392. Pada tanggal 06 April 2019.
Hotchkiss RS. The Pathophysiology and Treatment of Sepsis. N Engl J Med. 2003: 348: 138.
Hudak, Carolyn M., Barbara M. Gallo. (2010), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Rawis, Maria L., Diana Ch. Lalenoh, Lucky T. Kumaat. (2016). Profil Pasien Cedera Kepala Sedang dan Berat
yang DirawatdDi ICU dan HCU. Diakses di
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14481. Pada tanggal 07 April 2019.
Sari. (2011). Laporan Pendahuluan Post Craniotomy (Craniopharyngioma). Diakses di
https://www.scribd.com/doc/70905290/Askep-Post-Craniotomy. Pada tanggal 05 April 2019.
Sudoyo AW., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Keempat Jilid I. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai