Nama : Tn. R
Tanggal Lahir : 1 Juli 2003
Umur : 16 Tahun
No. RM : 199446/ No. Reg 496236
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Madura
Alamat : Dsn Loobuk, Bumi Anyar, Tanjungg Bumi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Siswa
St. Perkawinan : Belum Menikah
Masuk RS : 10 November 2019
Anamnesis
KU : Dada berdebar-debar
Riwayat Pengobatan :
Keluarga pasien mengatakan setelah KRS 7 bulan yang lalu, pasien diresepi obat untuk dikonsumsi di
rumah, namun lupa nama obatnya. Kontrol ke poli jantung 1x, selanjutnya tidak pernah kontrol lagi
karena merasa tidak ada keluhan.
Interpretasi EKG
Irama: asinus Segmen ST : Tidak dapat dinilai
Laju : 192 x/mnt Gel. T : Tidak dapat dinilai
Ritme : reguler Kesimpulan : VT monomorfik dd Supraventrikular takikardi dengan
Axis : deviasi kanan ekstrim konduksi abberan, RBBB, susp. LVH
(superior/ northwest axis)
Interval PR : sulit dinilai
Morfologi gelombang
Gel. P : Tidak dapat dinilai
Kompleks QRS : beberapa lead QRS normal (< 3 kk), namun ditemukan QRS lebar
pada lead aVR, aVF, II, V3, V4, V5 dan V6
Pemeriksaan CXR
Tgl Pemeriksaan : 10 November 2019
Hasil Pembacaan :
Tatalaksana
Takiaritmia Bradiaritmia
Rate : 192 x/mnt
Aritmia dengan rate > Aritmia dengan rate <
100x/mnt 60x/mnt
• non sustained
(berlangsung <30 detik)
• sustained (berlangsung
>30 detik)
SVT dan VT
pemacunya berasal dari pemacunya berasal dari
jaringan di atas level jaringan ventrikel atau
ventrikel (misalnya SA serabut purkinje
node, AV node, atau His
bundle)
Supraventrikular Takikardi
Definisi :
Takidisritmia yang ditandai dengan perubahan denyut jantung yang mendadak bertambah cepat.
Perubahan denyut jantung pada bayi dengan SVT umumnya menjadi berkisar antara 150 x/menit -
250 x/menit (Doniger & Sharieff, 2010). SVT merupakan perubahan mendadak denyut jantung menjadi
lebih cepat ( laju atrial > 100x/mnt ), mekanismenya termasuk jaringan di his bundle atau jaringan di
atasnya (ESC Gudelines, 2019)
Epidemiologi :
Merupakan kegawatdaruratan kardiovaskular yang sering ditemukan. Insidensi mencapai
35/100.000 orang /1 tahun, prevalensi sekitar 2,25/1000 orang (ESC Guidelines, 2019). SVT terjadi
dengan struktur jantung yang normal dan hanya 15% SVT yang disertai dengan penyakit jantung,
karena obat-obatan atau demam (Kantoch, 2011). SVT akan menghilang secara spontan pada
beberapa pasien (Hanisch, 2012). Namun, sampai dengan 33% pasien akan mengalami kekambuhan
(Schlechte, 2011). Bahkan, untuk SVT jenis atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT)
biasanya tidak dapat sembuh secara spontan dan membutuhkan ablasi radiofrekuensi ( Sekar, 2013)
Etiologi :
• Idiopatik, ditemukan hampir setengah jumlah insiden. Tipe idiopatik lebih sering pada bayi
daripada anak.
• Sindrom Wolf Parkinson White (WPW),10-20% terjadi setelah konversi menjadi sinus aritmia.
Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR yang pendek dan interval QRS yang lebar;
yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras tambahan.
• Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebstein’s, single ventricle, L-TGA)
Klasifikasi
• SVT yang melibatkan jaringan sinoatrial :
Sinus tachycardia
Inappropriate sinus tachycardia
Sinoatrial node reentrant tachycardia (SANRT)
• SVT yang melibatkan jaringan atrial :
Atrial tachycardia (Unifocal) (AT)
Multifocal atrial tachycardia (MAT)
Atrial fibrillation
Atrial flutter
• SVT yang melibatkan jaringan nodus atrioventrikular :
AV nodal reentrant tachycardia (AVNRT)
AV reentrant tachycardia (AVRT)
Junctional ectopic tachycardia
Mekanisme SVT :
Mekanisme supraventrikular takikardi adalah atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT),
atrioventricular reciprocating (reentrant) tachycardia (AVRT), dan atrial tachycardia (Link, 2012).
Gejala Klinis :
Gelisah, bernafas cepat, tampak pucat, muntah-muntah, laju nadi sangat cepat sekitar 150-
300/menit, tidak jarang disertai gagal jantung atau kegagalan sirkulasi yang nyata (Schlechte, et al.,
2011; Hanash & Crosson, 2010), rasa berdebar dan perasaan tidak enak (Schlechte, et al., 2011).
Diagnosis :
Diagnosis :
• Sulit minum, muntah, mudah mengantuk, mudah pingsan, keringat berlebihan. Bila gagal jantung,
maka dapat menjadi pucat, batuk, distress respirasi dan sianosis . Palpitasi, nyeri dada, pusing,
kesulitan bernapas, pingsan, mudah lelah, toleransi latihan fisik menurun, kecemasan
meningkat(Schlechte, et al., 2011).
• Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan
tonus otot/kekuatan
• Denyut jantung :150 – 250 kali/menit. (Manole & Saladino, 2013)
• Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; keluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
• EKG:
• AVNRT : gelombang P yang menghilang atau timbul segera setelah kompleks QRS sebagai pseudo r’
dalam V1 atau pseudo s dalam lead inferior. (Delacrétaz, 2012)
• AVRT orthodromik : gelombang P yang mengikuti setiap kompleks QRS yang sempit karena adanya
konduksi retrograde. (Kantoch 2011; Doniger & Sharieff 2010).
• AVRT antidromik : kompleks QRS melebar
• Atrial tachycardia : Rasio gelombang P : QRS berkisar 2:1 sampai dengan 4:1
Manifestasi klinis yang muncul pada pasien:
• Gelisah, nafas cepat, kesulitan bernapas (sesak), tanda syok
kardiogenik (TDS <90 mmHg, HR >100 x/mnt), rasa
berdebar dan tidak nyaman di dada.
• Gambaran EKG mengarah pada mekanisme SVT AVNRT.
Namun ada gambarang kompleks QRS lebar juga di
beberapa lead
Diagnosa banding :
Algoritma Brugada
1. Absence of an RS complex in all
precordial leads
2. RS interval > 100ms in one
precordial lead
3. AV dissociation
LBBB-like morphology
Penatalaksanaan : Penatalaksanaan segera
Terapi yang diberikan kepada pasien :
• Saran
Kasus takikardi supraventrikular masuk ke dalam kompetensi dokter umum
3a, yang berarti dokter umum mampu mendiagnosis kasus takikardi
supravetrikular secara tepat dan mampu memberi terapi awal serta merujuk
ke spesialis yang relevan
Daftar Pustaka
• Simon Salim, A. Muin Rachman. Mekanisme dan Klasifikasi Aritmia. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor : Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, Setiyohadi, Syam. Ed VI, Jilid
I. Jakarta : Interna Publishing. 2014. p. 1336-65
• Lukman H. Makmun. Aritmia Supraventrikular. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor : Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, Setiyohadi, Syam. Ed VI, Jilid I. Jakarta : Interna
Publishing. 2014. p. 1382-86.
• Yamin M., Sjaharuddin Harun. Aritmia Ventrikel. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor : Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, Setiyohadi, Syam. Ed VI, Jilid I. Jakarta : Interna
Publishing. 2014. p. 1387- 96
• American Heart Association, 2011. Guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care: Advanced life support. Circulation, Volume 112, pp. 167-187.
• Chun, T. U. H. & Van Hare, G. F., 2010. Advances in the approach to treatment of supraventricular tachycardia in population. Current Cardiology Reports, Volume 6, pp. 322-326.
• Delacrétaz, E., 2012. Supraventricular Tachycardia. New England Journal of Medicine, 354(10), pp. 1039-1051.
• Doniger, S. J. & Sharieff, G. Q., 2010. Dysrythmias. Clinics of North America, Volume 53, pp. 85-105.
• Dubin, A., 2012. Cardiac arrhythmias. In: R. Kliegmann, R. Behrmann, H. Jenson & B. Stanton, eds. Philadelphia: Saunders, Elsevier, pp. 1942-1950.
• Hanash, C. R. & Crosson, J. E., 2010. Emergency Diagnosis and Management of Arrhythmias. J Emerg Trauma Shock, Volume 3(3), p. 251–260.
• Hanisch, D., 2012. Arrhythmias. Journal of Nursing, Volume 16, pp. 351-362.
• Iyer, V. R., 2013. Drug Therapy Considerations in Arrhythmias. Indian Pacing and Electrophysiology Journal, Volume 8 (3), pp. 202-210.
• Kannankeril, P. & Fish, F., 2011. Disorders of Cardiac Rhythm and Conduction. In: , eds. 7th ed.. In: H. Allen, D. Driscoll, R. Shaddy & T. Feltes, eds. Moss and Adams' Heart Disease
in Infants, Children, and Adolescents: Including the Fetus and Young Adults 7th Ed. Philadelphia: Lippincott, Williams and Wilkins, pp. 293-342.
• Kantoch, M. J., 2011. Supraventricular tachycardia. Indian Journal, Volume 72, pp. 609-619.
• Kim, Y. H., Park, H.-S., Hyun, M. C. & Kim, Y.-N., 2012. Tachyarrhythmia and Radiofrequency Catheter Ablation: Results From 1993 to 2011. Korean Circulation Journal, Volume 42,
pp. 735-740.
• Kothari, D. S. & Skinner, J. R., 2013. Tachycardias: an update. Volume 91, p. 136–144.
• Link, M. S., 2012. Evaluation and Initial Treatment of Supraventricular Tachycardia. The New England Journal of Medicine, 367(15), pp. 1438-1448.
• Manole, M. D. & Saladino, R. A., 2013. Emergency Department Management of the Patient With Supraventricular Tachycardia. Emergency Care, 23(3), pp. 176-189.
• Moghaddam, M. Y. A., Dalili, S. M. & Emkanjoo, Z., 2011. Efficacy of Adenosine for Acute Treatment of Supraventricular Tachycardia. The Journal of Tehran University Heart Center,
Volume 3(3), pp. 157-162.
• Schlechte, E. A., Boramanand, N. & Funk, M., 2011. Supraventricular Tachycardia in the Primary Care Setting: Agerelated Presentation, Diagnosis, and Management. Journal of
Health Care, 22(5), pp. 289-299.
• Sekar, R. P., 2013. Epidemiology of Arrhythmias. Indian Pacing and Electrophysiology Journal, Volume 8, pp. 8-13.
• Wong, K. K., Potts, J. E., Etheridge, S. P. & Sanatani, S., 2012. Medications used to manage supraventricular tachycardia: A North American Survey. Cardiology, Volume 27, pp. 199-
203.
• European Society of Cardiology. 2019. ESC Guidelines for the management of patients with supraventricular tachycardia. European Heart Journal. pp 1-66
TERIMA KASIH