I. SEJARAH KATEKESE DALAM GEREJA 1. Definisi. (Istilah yang kerap ditemukan) antara lain: a. Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman. b. Katekismus : buku pelajaran iman yang isinya bentuk tanya jawab. c. Katekese: Pembinaan iman. d. Katekumen: calon babtis, orang-orang yang belajar percaya. f. Katekumenat: masa persiapan calon babtis, umumnya selama 1 tahun. g. Katekis: pembina iman atau guru iman. Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni: yang pertama adalah Katekis Paroki yang bertanggungjawab atas umat di seluruh paroki, dan kedua adalah Katekis Wilayah yang bertugas atas sejumlah stasi. h. Kateket: sebutan untuk para pakar di bidang ilmu kateketik. PENGERTIAN TAMBAHAN KATEKISASI • Katekhein: memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran (Luk 1:4; Kis 18:25; 21:21, 24; Rm 2:17,18; 1 Kor 14:19; Gal 6:6). • Didaskein: menyampaikan pengetahuan, supaya orang dapat bertindak terampil ( Mat 4:23; 28:19; Kol 1:28; 3:16; 1Tim 4:11; 6:2). • Ginoskein: mengenal, belajar mengenal. Sama seperti istilah 'yada' dalam Perjanjian Lama ( Yoh 17:3; Rm 1:21, 28; 1 Kor 10:5; Gal 4:8,9). PENGERTIAN TAMBAHAN KATEKISASI • Manthanein: belajar, suatu proses rohani untuk mengembangkan kepribadian seseorang ( Mat 9:13; Ef 4:20; Ibr 5:7, 8). • Paideuein: mendidik, memberikan bimbingan kepada anak-anak (2 Tim 3:16,17; Tit 2:12; Ibr 12:7). Dari istilah-istilah tersebut, diharapkan bahwa seseorang setelah mengalami pendidikan, pengajaran dan pembentukan kepribadian orang itu untuk mengenal Tuhan Yesus dan persekutuan jemaatNya. 2. Katekese & Gereja: a. Katekese dalam perkembangan mencapai bentuk lembaga disebut: Katekumenat. Katekumenat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu: Katekumin (para pengikut katekumenat) dan tingkat calon baptisan. b. Katekumin memiliki kedudukan khusus dalam gereja, tetapi belum memiliki hak seperti orang yang telah dibaptis. Mereka harus menjalani masa percobaan dan jika berhasil diperbolehkan masuk baptisan. c. Gereja pada waktu itu tidak dengan mudah (sembrono) menerima orang untuk menjadi anggota. • Fase pertama, orang harus mendaftarkan diri dan menjadi katekumin dan calon baptisan. Jika didapati tidak bisa melalui masa tersebut, ditolak. Jika berhasil, maka diijinkan masuk sebagai calon baptisan (oleh Uskup/Katekit) – namun belum boleh mengikuti ibadah karena belum di baptis. Gereja pada waktu itu tidak dengan mudah (sembrono) menerima orang untuk menjadi anggota. • Fase kedua, Calon baptisan (Gereja barat - competentes-kompeten untuk menerima baptisan, di Gereja Timur – photizomenoi- mereka yang diterangi) mereka disebut juga illuminandi atau baptizandi. 3. PENGAJARAN YAHUDI DAN GEREJA MULA MULA. - Pada masa ini Katekese gerejawi yang dilakukan masih sangat sederhana (belum lengkapnya unsur-unsur Credo – Pengakuan Iman – Ex: Yesus adalah Tuhan) - Dalam perkembangannya, rumusan pengakuan iman dipengaruhi oleh 5 hal – yaitu: a. Pelayanan Baptisan b. Ibadah Jemaat c. Eksorsisme (pengusiran setan) d. Penyiksaan (karena pembritaan firman/PI) e. Polemik terhadap ajaran-ajaran bidat. PENGAJARAN YAHUDI DAN GEREJA MULA MULA. - Ex. perkembangan Pengakuan Iman – Yesus adalah Tuhan. * Ia telah datang di dalam daging (1 Yoh. 4:2) * Ia adalah Anak Allah (1 Yoh. 4:15) * Ia telah mati, dikuburkan, pada hari ketiga telah dibangkitkan kembali (Rm. 4:25, 1 Kor. 15:3-4) * Ia telah terangkat ke dalam kemuliaan (1Tim. 3:16) * Ia duduk di sebelah kanan Allah (Ibr. 12:12) * Ia akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati (2 Tim. 4:1) 5. TEMA-TEMA UNTUK KATEKISASI - Unsur-unsur Pengakuan Iman - Unsur-unsur Bimbingan (pengajaran) - Unsur-unsur Doa - Akhir abad I bahan katekese makin berkembang (seperti buku ajaran Keduabelas Rasul yang merupakan buku pengajaran yang dipakai gereja mula-mula) 6. CONTOH KATEKESE DALAM GEREJA MULA-MULA - Sebelum baptisan dilakukan, adanya pengajaran atau pembritaan firman oleh para Rasul terlebih dahulu (Kis. 2:41, 8:36,38, 16:33) - Petunjuk-petunjuk untuk Perjamuan Malam, dll II. KATEKETIKA & DOGMA2 Kalau kita amati, maka kita dapat memperoleh kejelasan, bahwa katekisasi berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: 1. Dogma gereja • Katekisasi mengajar berdasarkan dogma gereja yang bersangkutan. Setiap denominasi gereja membuat buku katekisasi dengan penekanan yang berbeda. Kendati tentang inti keKristenan sendiri mungkin saja banyak memiliki persamaan. Tak mengherankan bahwa perbedaan tekanan itu sering diterima secara berbeda pula dalam diri murid katekisasi. • Kita berharap bahwa para murid katekisasi yang kelak menjadi anggota sesuatu jemaat tertentu dapat menerima perbedaan penekanan itu secara terbuka, khususnya apabila mereka berada dalam forum-forum oikoumenis. 2. Etika gereja/Kristen • Dalam kaitannya dengan etika secara umum, gereja-gereja mempunyai persamaan- persamaannya, kecuali dengan praktik etika yang lebih rinci, dapat terjadi perbedaan pandangan etis antara gereja yang satu dengan gereja yang lain. • Hal ini berangkat dari perbedaan penghayatan terhadap hukum-hukum Tuhan pada umumnya. Contoh: hal merokok, bunga uang, merias diri (make up), dan lain-lain. 3. Praktek spiritualitas • Masalah spiritualitas amat ditentukan oleh bagaimana sebuah gereja telah melaksanakannya dalam tradisi kehidupannya sehari-hari. • Praktik doa, puasa, persembahan, penghayatan iman dalam pergaulan di tengah masyarakat, dan lain-lain di sebuah gereja akan mendorong seluruh anggota jemaat untuk mewujudkannya dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. • Itulah sebabnya kita mengenal ciri khas gereja tertentu, yang melaksanakan hal-hal itu, sedang di gereja yang lain tidak. 4. Tata Gereja/Tata Laksana • Sekalipun tata gereja/tata laksana bukan landasan hakiki iman Kristen, namun tetap perlu mendapat perhatian anggota jemaat, mengingat itulah "aturan main" dalam kehidupan bergereja. • Ketaatan dan sikap menghargai tata gereja/tata laksana akan menjadikan kehidupan bergereja itu jelas. Namun demikian, tata gereja/tata laksana tak boleh dijadikan sebagai Torah baru atau Alkitab baru. 5. Tradisi gereja • Praktik kehidupan berjemaat yang bertahun- tahun dan mengakar di tengah jemaat dapat disebut tradisi gereja. • Tradisi gereja yang baik hendaknya dilestarikan dan diajarkan kepada anggota jemaat yang baru, agar mereka mengikuti apa yang selama ini berlangsung di dalam jemaat tersebut. • Misalnya, kebaktian pengucapan syukur tahunan, pelaksanaan perayaan Perjamuan Kudus. Baptisan/Baptisan Anak, dan lain-lain. Catt. Khusus • Kaitan-kaitan itu perlu diketahui oleh para calon anggota, sehingga mereka dapat mempertimbangkan kesediaannya sebelum masuk dalam lingkungan jemaat. • Sesudah mereka merasa benar-benar mantap, jadilah mereka sebagai anggota-anggota jemaat yang benar-benar paham akan ajaran, tradisi dan praktik kehidupan Kristen/jemaatnya. III. MATERI KATEKESE Pada umumnya, materi katekisasi dalam tradisi gereja bersangkut paut dengan prinsip-prinsip ke- Kristen-an pada umumnya, secara garis besar dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengakuan Iman Rasuli (Apostolicum) • Yang berisi dua belas pasal, bersifat trinitaris: Bapa, Putra dan Roh Kudus. • Baik pula apabila kita perkenalkan adanya Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan Pengakuan Iman Athanasius. 2. Sepuluh Hukum Tuhan (Dekalog) • Yang dapat dihadapmukakan dengan kepercayaan lama dan praktek hidup sehari- hari di tengah masyarakat. • Bagian ini menyangkut ajaran yang berkaitan dengan perilaku kehidupan anggota jemaat, sehingga diharapkan, bahwa anggota jemaat terdidik untuk melakukan jalan hidup yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan, baik di hadapan-Nya, maupun di hadapan manusia. 3. Doa Bapa kami dan doa pada umumnya antara lain doa pribadi, doa syafaat, dan lainnya • Sebagai aspek spiritual pergaulan manusia dengan Tuhannya secara vertikal dalam praktik beriman Kristen. • Hal ini merupakan tantangan, mengingat kehidupan yang begitu mengagungkan prestasi dan kemampuan manusia pada masa kini sering amat melecehkan peranan doa. • Agaknya diperlukan praktek latihan berdoa bagi para calon anggota jemaat, sehingga mereka benar-benar dapat menghayati makna doa bagi kehidupan orang Kristen. 4. Kanonisasi Alkitab • Agar calon anggota mengerti proses terjadinya Alkitab dan semua perkara yang berhubungan dengan itu. • Dengan itu, ia mampu memberikan penjelasan kepada orang lain. Hal ini penting mengingat pemahaman yang minim terhadap masalah kanonisasi Alkitab dan ketidakmampuan anggota jemaat menjadikan Alkitab sebagai pegangan hidupnya akan merugikan perkembangan iman serta kesaksian hidupnya di hadapan orang yang berkeyakinan lain. 5. Sejarah gereja dan oikoumenika • Sehingga calon anggota memahami asal mula gereja Tuhan, pertumbuhannya dan gerak langkahnya pada masa kini yaitu dalam pergaulan antar gereja/denominasi. • Sejarah gereja umum dan khususnya gereja/jemaat yang bersangkutan perlu diketahui agar pengenalan itu menambah kecintaan calon anggota terhadap gereja tempat ia kelak menjadi anggotanya. 6. Pengenalan terhadap Tata Gereja/Tata Laksana • Sebagai bekal untuk dapat membangun persekutuan yang benar dalam lingkungan jemaat sendiri (lokal), maupun lingkungan jemaat yang lebih luas (klasikal, sinodal, oikoumenis). • Bagian ini perlu dihayati secara memadai, agar anggota jemaat mengetahui cara-cara berorganisasi secara gerejawi, kendati di dalam kasih Kristus sudah cukup untuk mengatasi semua permasalahan hidup gereja sehari-hari. 7. Memahami tugas bersaksi dan melayani • Dalam semangat untuk mengasihi sesama manusia dan taat kepada perintah Tuhan Yesus. Dengan demikian calon anggota memahami kedudukan dwi kewarganegaraannya yakni sebagai warga Kerajaan Allah dan warga dunia. • Khusus dalam keberadaannya di Indonesia dengan masyarakat yang majemuk (pluralistis), anggota jemaat perlu bijaksana membawa diri, sehingga di satu sisi sadar akan jati dirinya selaku orang Kristen yang terbeban untuk bersaksi dan melayani, dan di sisi lain ia bertemu dengan orang-orang yang berkeyakinan lain dengan praktik hidup mereka sehari-hari. Contoh-Contoh Referensi Materi Katekese a. Intisari Iman Kristen, karangan DR B.J. Boland. b. Tumbuh Dalam Kristus, yang disusun oleh Sinode GKI Jateng. c. Buku Katekisasi - P.B., karangan DR J.L.Ch. Abineno. d. Tuhan, Ajarlah Aku (Pegangan Iman Kristen), karangan Yohanes Bambang Mulyono S.Th. Dipakai di GKI Jatim. e. Kursus Katekisasi, karangan Pdt R.J. Porter MA. Dipakai di lingkungan GPIB. f. Bertumbuh sebagai umat Allah, terbitan Lutheran Publishing House (diterjemahkan), Adelaide, South Australia. IV. PASTORAL & KATEKESE TUGAS KATEKESE DALAM PASTORAL 1. Karya Pastoral Gereja • Gereja adalah paguyuban atau himpunan Umat Allah yang mengimani pribadi Yesus Kristus, dalam melanjutkan dan mewujudnyatakan keselamatan Allah di dunia ini. Dalam mengarungi peziarahan hidupnya, Gereja mengemban kewajiban untuk mengembangkan kehidupan beriman dan mengembangkan dunia terus- menerus agar menjadi lingkungan hidup yang layak serta selaras dengan kehendak Allah. Kedua kewajiban itu nerupakan tugas pastoral Gereja, yakni dalam usaha membimbing dan mengembangkan iman umat serta pelayanan atas dunia, bertolak dari situasi konkret umat dan dunia. • Gereja dalam mewujudkan tugas perutusannya melalui empat “bidang dasar karya pastoral” (fungsi dasar Gereja). Keempat bidang pastoral itu tidak terlepas antara yang satu dengan yang lain. Namun demikian empat bidang itupun tidak bisa disamakan begitu saja, mengingat masing-masing mempunyai ruang lingkup serta kekhasan tersendiri. Keempat bidang karya pastoral Gereja itu adalah; Koinonia (Persekutuan dan persaudaraan hidup dalam Tuhan), Diakonia (Pelayanan kepada sesa-ma dan solidaritas sosial), Liturgia (Perayaan iman dalam ibadat dan doa), dan Kerygma (Pewartaan atau pengajaran dan pendidikan iman). A. Koinonia • Koinonia adalah usaha pelayanan Gereja untuk membentuk dan membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh. • Pelayanan ini terwujud dalam kegiatan menghimpun dan mempersatukan umat kristiani agar hidup dalam persekutuan dan persaudaraan dalam iman akan Yesus Kristus. Koinonia • Didalam komunitas kristiani itu, diciptakan dan dibangun kerjasama yang baik untuk saling melayani. Dalam kebersamaan juga mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain (kelompok beriman lain). • Kekhasan koinonia Gereja adalah dalam usahanya untuk membangun dan membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan mendalam dalam menghayati hidup berimannya. Koinonia • Gereja dalam menghayati dan mewujudkan koinonia di tengah masyarakat, pada dasarnya merupakan jawaban kerinduan manusia akan persaudaraan, perdamaian, persatuan dan komunikasi di antara umat manusia secara sehat dan mendalam. • Oleh sebab itu Gereja tak henti-hentinya berusaha untuk memberikan kesaksian akan adanya suatu kemungkinan kehidupan yang disadari persaudaraan dan persatuan dalam persekutuan dengan Allah. B. Diakonia • Iman yang dimiliki jemaat akan menjadi iman yang mati apabila tanpa perwujudan (perbuatan) konkret dalam kehidupan sehari- hari di tengah masyarakat. • Diakonia adalah merupakan suatu bentuk pelayanan Gereja untuk mewujudkan iman dalam masyarakat. Diakonia • Gereja berusaha menemukan nilai iman yang bentuknya sangat manusiawi, malahan bersifat profan sehingga dapat langsung berfungsi dan berhasil bagi perkembangan masyarakat, melalui dan dalam segi-segi kehidupan masyarakat seperti; pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan dsb. • Iman menjadi nyata dan berkembang sesuai yang dicita-citakan dan melalui fungsi diakonia mewujudkan tugasnya untuk membangun dan mengembangkan dunia. Tugas ini berasal dari hakekat Gereja sendiri, karena Gereja harus menjadi “garam” dan “terang” dunia. 3. Leitourgia (liturgia) • Liturgi Gereja adalah sebagai puncak perayaan iman umat, dan merupakan tempat dimana umat beriman dapat mengungkapkan hubungan pribadinya dengan Allah. • Dalam liturgi dan perayaan sakramen- sakramen, jemaat mengungkapkan imannya serta menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur, pujian dan doa. Leitourgia (liturgia) • Perayaan iman umat ini terlaksana dalam ibadat dan perayaan-perayaan, doa pribadi dan doa bersama. Mengingat akan kekhususan akan perayaan iman umat ini, maka segala bentuk dan simbol-simbol dalam liturgi baru betul- betul merupakan liturgi sejauh dapat menolong atau mengantar umat pada hubungannya dengan Tuhan. Dan dalam perayaan itu jemaat sungguh-sungguh merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya. Leitourgia (liturgia) • Dengan demikian liturgi Gereja sebenarnya menjawab kebu-tuhan manusia untuk secara khusus merayakan kehidupan berimannya. Dalam liturgi umat mengakui dan mengungkapkan dalam simbol-simbol anugerah keselamatan serta keberadaan mereka yang telah ditebus dan diselamatkan. 4. Kerygma (pewartaan) • Kerygma adalah pelayanan Gereja dalam mewartakan Injil (Kabar Gembira) keselamatan bagi umat manusia. Dalam mewujudkan pelayanannya melalui fungsi kerygma ini, pada dasarnya Gereja melaksanakan pewartaan (pelayanan Sabda) yang membebaskan, menerangi, dan menafsirkan hidup manusia sehingga bermakna dihadapan Allah. Kerygma (pewartaan) • Melalui fungsi kerygma, Gereja dipanggil untuk menjadi saksi dan pembawa harapan dengan mewartakan Yesus Kristus yang memulai serta menjamin terwujudnya karya keselamatan Allah di dunia ini. • Karya pewartaan Injil yang merupakan tugas perutusan dasar Gereja ini, terus berlangsung tak henti-hentinya sejak Gereja perdana hingga akhir jaman nanti.