Anda di halaman 1dari 51

KASUS 2

ACUTE CORONARY
SYNDROME (ACS)
1. TRISNA IRAWATI 1610711106
2. DINI AULIA 1610711109
3. YUSTIKA DAMAYANTI 1610711119
4. RIZKY ARJUNA I M 1610711124
1. APA ITU ACS ???
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan salah
satu penyakit tidak menular dimana terjadi
perubahan patologis atau kelainan dalam dinding
arteri koroner yang dapat menyebabkan terjadinya
iskemik miokardium dan UAP (Unstable Angina
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah manifestasi Pectoris) serta Infark Miokard Akut (IMA) seperti
akut dan berat serta merupakan bentuk Non-ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI)
kegawatdaruratan dari arteri koroner yang
dan ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI)
disebabkan oleh suplai darah dan okigen ke
(Tumade et al., 2014).
miokardium yang tidak adekuat (Nurarif, 2015)
2. ETIOLOGI
Pada penyakit jantung koroner (PJK), aterosklerosis terjadi pada arteri koroner menyebabkan
arteri menyimpit atau tersumbat. Jika suatu arteri koroner menyempit atau terhambat, aliran
darah ke area jantung yang disuplai arteri tersebut berkurang . jika aliran darah yang tersisa tidak
mencukupi oksigen ke jantung, area tersebut akan mengalami iskemia dan cedera serta dapat
terjadi kondisi infark miokardium. Selain itu, jantung dapat mengalami kegagalan memompa
suplai darah yang cukup untuk organ dan jaringan lain di tubuh.
Kemudian terdapat 3 Faktor penyebab lain diantaranya :

1) Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan


oleh:

1. Faktor 2. Faktor 3. Faktor darah : 2) Curah jantung yang meningkat :


pembuluh sirkulasi :
darah : a) Anemia a) Aktifitas berlebihan
a) Hipotensi b) Hipoksemia b) Emosi
a) Aterosklerosis b) Stenosis c) Polisitemia c) Makan terlalu banyak
b) Spasme aorta d) Hypertiroidisme
c) Arteritis c) Insufisiensi

3) Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :

a) Kerusakan miocard
b) Hypertropi miocard
c) Hypertensi diastolik
3. TANDA DAN GEJALA ACUTE CORONARY
SYNDROME

2. Nyeri biasanya disertai rasa mual,


sempoyongam, berkeringat dan sesak nafas
1. Gejala utama adalah nyeri dada yang
terjadi secara mendadak seperti ditekan,
3. Terdapat tanda klinis seperti hipotensi
dibakar dan terjadi secara terus menerus yang menunjukkan adanya disfungsi
tidak, biasanya dirasakan diatas region vertikular, hipertensi dan diaphoresis, yang
menunjukkan adanya respon katekolamin,
sternal bawah dan abdomen bagian atas.
edema dan peningkatan tekanan vena
jugular yang menunjukkan adanya gagal
jantung.
4. PREVALENSI ACS
Berdasarkan Riskesdas 2013, Estimasi Penderita ACS/PJK Menurut Kelompok Umur
Berdasarkan Riskesdas 2013, Estimasi Penderita ACS/PJK Menurut Jenis Kelamin
5. Faktor Resiko Utama Yang Tidak Dapat Dikendalikan

Jenis kelamin
Pertambahan usia Keturunan (termasuk ras)
Resiko pada winta meningkat
Usia mempengaruhi resiko Anak-anak dari orang tua
signifikan pada masa
dan keparahan PJK. PJK yang memiliki penyakit
menopause 2x/3x lipat pada
simptomatis tampaknya lebih jantung memiliki resiko PJK
usia yang sama sebelum
banyak dari orang yang yang lebih tinggi, PJK yang
menopause. Wanita yang
berusia lebih dari 40 tahun disesuaikan dengan umur
mengkonsumsi alat
dan 4 dari 5 meninggal pada winita afika-amerika
kontrasepsi oral , merokok,
berusia 65 tahun atau lebih. adalah 72% lebih tinggi
hipertensimemiliki resiko
Pada usia yang lebih tua, dibandingkan wanita berkulit
lebih tinggi mengalami PJK .
wanita yang mengalami putih dan orang amerika asli,
wanita dengan menopause
serangan jantung memiliki Pravelensi pjk paling rendah
dini juga memiliki resiko
kemungkinan kematian 2x ada pada orang meksiko –
lebih tinggi dibandikan
lebih besar dibandingkan amerika.
dengan usia menopouse
pria.
normal.
Faktor resiko utama yang dapat di kendalikan
OBESITAS HIPERTENSI MEROKOK
• Menambahkan beban esktra pada • Tekanan • Baik perokok aktif maupun pasif
darah tinggi
merupakan faktor resiko yang
jantung memaksa otot jantung meningkatkan beban kerja
berpengaruh kuat pada perkembangan
bekerja lebih keras untuk jantung dengan meningkatkan
ACS. Merokok memperbesar resiko
memompa jantung untuk afterload, memperbesar dan menjadi 3x lipat mengalami serangan
mengantarkan darah ke jaringan. melemahkan ventrikel kiri dari jantung pada wanita dan 2 x lipat pada

Selain itu obesitas srering waktu ke waktu, semakin pria . merokok juga meningkatkan resiko
kematian akibat 2x sampai 4x lipat
berhubungan dengan tekanan darah meningkay, resiko
resiko kemnatian mendadak. Nikotin
peningkatan kolesterol, TD peristiwa kardiovaskuler serius
akan menurunkan aliran darah ke
tinggi dan diabetes mellitus. juga meningkat. ekstremitas, serta meningkatkan
frekuensi jantung dan tekanan darah
dengan menstimulasi sistem saraf
DIABETUS MELLITUS KURANG OLAHRAGA

• Klien dengan diabetes • Orang-orang yang


mellitus mrmiliki resiko melakukan latihan fisik
2x-4x lebih tinggi terhadap memiliki resiko yang lebih
pravalensi insiden daN rendah . karena IMT yang
mortalitas akibat semua lkebih rendah, TD lebih
bentuk PJK. rendah, sensitivitas insulin
yang lebih baik, kadar
glukosa yang lebih rendah.
6. Komplikasi
Defek septum ventrikel
Dapat terjadi Aritmia

Dapat terjadi gagal jantung Rupture jantung


kongestif apabila jantung tidak
dapat memompa keluar semua darah
yang diterimanya.

Perikarditis
Tromboembolisme

Dapat terjadi Aritmia Sindrom Dressler.


KOMPLIKASI
1. Aritmia.
2. Gagal Jantung kongestif.
       Suatu keadaan abnormalitas dari kecepatan denyut
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung
jantung (rate), Irama (rhythm) atau konduksi (conduction) untuk memompa darah dalam jumlah
yang dapat berakibat letal (sudden cardiac death) atau yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
simptomatik (sinkope, near sinkope, pusing, berdebar). oksigen dan nutrient
dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang
berakibat jantung gagal memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri.
3. Tromboembolisme. 4.      Defek septum ventrikel. 5. Rupture jantung.
       Tromboemboli berasal dari kata Defek septum ventrikel atau Ventricular Rupture dinding ventrikel jantung
thrombus dan emboli. Trombus adalah Septal Defect (VSD) adalah gangguan atau yang bebas dapat terjadi pada awal
kumpulan factor darah terutama lubang pada septum atau sekat perjalanan infark selama fase
trombosit dan fibrin dengan pembuangan jaringan nekrotik
di antara rongga ventrikel akibat
terperangkapnya unsure seluler yang sebelum pembentukkan parut.
kegagalan fusi atau penyambungan sekat
sering menyebabkan obstruksi vaskuler Dinding nekrotik yang tipis pecah
interventrikel. Septum ventrikel
pada akhir pembentukannya. Emboli sehingga terjadi perdarahan massif
adalah dinding yang memisahkan jantung
adalah Tromboemboli adalah obstruksi ke dalam kantong perikardium yang
bagian bawah.
pembuluh darah dengan bahan relatif tidak alastis tak dapat
trombolik yang dibawa oleh darah dari berkembang. Kantong perikardium
tempat asal untuk menyumbat. yang terisi oleh darah menekan
jantung ini akan menimbulkan
tanponade jantung. Tanponade
jantung ini akan mengurangi alir
balik vena dan curah jantung.
6.         Perikarditis.

       Perikarditis adalah peradangan pada perikardium


8.    Heart Failure (Kelumpuhan Jantung).
(kantung selaput jantung), yang dimulai secara
       Suatu kondisi di mana masalah dengan struktur atau
tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri. Peradangan
fungsi jantung yang mengganggu
menyebabkan cairan dan produk darah
kemampuannya untuk memasok aliran darah yang
(fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) memenuhi
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
rongga perikardium.

7.         Sindrom Dressler.

       Merupakan Sindrom pasca infark miokardium

yaitu respon peradangan jinak yang disertai nyeri pada

pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini

merupakan suatu reaksi hipersensitivitas terhadap

miokardium
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG ACS
1. Elektrokardiogram

Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan


3. Latihan tes stres jantung (treadmill)
lain yang mengarah kepada iskemia harus menjalani
pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang

sesampainya di ruang gawat darurat. Sedapat mungkin, standar dan banyak digunakan untuk mendiagnosa

rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak kedatangan PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama

pasien di ruang gawat darurat. jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau,
jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat
2. Chest X-Ray (foto dada) melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST
pada hasil rekaman (Kulick, 2014: hal 42).
Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali,
CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler
(Kulick, 2014: hal 42).
4. Kateterisasi jantung atau
angiografi 5. CT scan (Computerized tomography 6. Magnetic resonance
Coronary angiogram) angiography (MRA)
Suatu tindakan invasif minimal dengan
memasukkan kateter (selang/pipa
Computerized tomography Coronary Prosedur ini menggunakan
plastik) melalui pembuluh darah ke
angiogram/CT Angiografi Koroner adalah
pembuluh darah koroner yang teknologi MRI, sering
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
memperdarahi jantung, prosedur ini dikombinasikan dengan
membantu memvisualisasikan arteri koroner dan
disebut kateterisasi jantung. penyuntikan zat pewarna kontras,
suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui
Penyuntikkan cairan khusus ke dalam yang berguna untuk mendiagnosa
intravena selama CT scan, sehingga dapat
arteri atau intravena ini dikenal sebagai adanya penyempitan atau
menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga
angiogram, tujuan dari tindakan
disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna penyumbatan, meskipun
kateterisasi ini adalah untuk
untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak pemeriksaan ini tidak sejelas
mendiagnosa dan sekaligus sebagai
yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah pemeriksaan kateterisasi jantung
tindakan terapi bila ditemukan adanya
besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan
suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012: hal (Mayo Clinik, 2012: hal 44).
terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012: hal 43).
43).
8. Jenis Jenis ACS :
1. Chronic Stable Angina (Angina Pektoris Stabil-
APS)
2. Acute Coronary Syndrome (ACS)
Adalah bentuk awal dari Penyakit Jantung Koroner
(PJK) yang ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak enak A. Unstable Angina (UA)
pada dada, rahang, bahu, punggung atau lengan yang
berkaitan dengan kurangnya aliran darah ke jantung yang Sifat nyeri yang berbeda, Sifat Nyeri UA adalah
tanpa disertai dengan kerusakan sel-sel jantung. nyeri yang timbul saat istirahat dan semakin hari
3. Acute ST Elevasi Myocardial Infarction (Acute Stemi) semakin sering muncul atau lebih berat dari
sebelumnya.
Sudah terdapat kelainan EKG berupa ST Elevasi yang baru
atau timbulnya Bundle Branch Block yang baru yaitu B. Acute Non ST Elevasi Myocardial Infarction
adalah adanya blok atau hambatan pada cabang berkas (Acute Nstemi)
kanan ataupun kiri ventrikel yang menyebabkan
terhambatnya aktivasi depolarisasi dari ventrikel kanan Dalam keadaan ini sudah terdapat kerusakan pada
ataupun bagian kiri. sel otot jantung yang ditandai dengan keluarnya enzim
yang ada di dalam sel otot jantung seperti enzim
CK,CKMB, Trop T dan lainnya.
9. PENGKAJIAN

Data yang harus dikaji pada klien yang mengalami aterosklerosi sangat
tergantung pada lokasi yang terkena. Gejala yang timbul sesuai dengan
letak ateroskleroisis.
Jika aterosklerosis
Jika aterosklerosis terdapat di otak,
terdapat pada maka tanda dan
Jika terdapat di pembuluh darah gejala yang
arteri jantung, koroner , maka mungkin muncul
maka gejala yang tanda dan gejala misalnya baal atau
klinisnya sesuai kelemahan pada
mungkin muncul
dengan tanda dan tangan kaki
misalnya nyeri gejala klinis angina kesulitan bebicara
dada (angina) pectoris atau infark atau bicara tidak
miokard akut. jelas.
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan ateroskleresis,
c)    Integritas ego
yaitu :
a)    Aktifitas Gejala :
Gejala : Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
takut mati, Perasaan ajal sudah dekat, Marah pada
Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, penyakit atau perawatan, Khawatir tentang
Pola hidup menetap, Jadwal olahraga tidak keuangan, kerja dan keluarga.
teratur
Tanda :
Tanda : Menolak, Menyangkal, Cemas, Kurang kontak
Takikardi, Dispnea pada istirahat atau mata, Gelisah, Marah, Perilaku menyerang, Fokus
aktifitas. pada diri sendiri, Koma dan nyeri.

d)    Makanan atau cairan


b)    Sirkulasi
Gejala :
Gejala : Mual, Kehilangan nafsu makan, Bersendawa, Nyeri
· Riwayat IMA sebelumnya ulu hati atau rasa terbakar
· Penyakit arteri coroner
· Masalah tekanan darah Tanda :
· Diabetes mellitus. Penurunan turgor kulit, Kulit kering/berkeringat,
Muntah, dan Perubahan berat badan
h) Pernafasan :
e)     Higiene
Gejala :
Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, Dispnea
Gejala atau tanda :
nocturnal, Batuk dengan atau tanpa produksi sputum,
Kesulitan melakukan tugas
Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
perawatan
Tanda :
Peningkatan frekuensi pernafasan, Nafas sesak / kuat,
f)    Neurosensori Pucat, sianosis, dan Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi),
sputum
Gejala :
Pusing, Berdenyut selama tidur atau saat
i) Penyuluhan/ pembelajaran
bangun (duduk atau istrahat)
Gejala :
· Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, stroke,
Tanda :
hipertensi, penyakit vaskuler perifer , penggunaan tembakau.
Perubahan mental, Kelemahan
· Pertimbangan rencana pemulangan : menunjukan rata- rata
lama dirawat 7 hari (2-4hari di ICCU), perawatan dirumah.
g) Interaksi social
j) Eliminasi
Gejala : Tanda :
Kesulitan koping dengan stressor yang ada. · Normal
· Bunyi usus menurun
Tanda :
Kesulitan istirahat dengan tenang
k) Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala :
· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
· Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
· Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
· Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.

Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
10. ISU DAN TREN PENATALAKSANAAN PADA ACS BERSASIS
TEKNOLOGI DI ERA 4.0

 
SISTEM PERAWATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS BERKELANJUTAN

Sistem perawatan yang membedakan serangan jantung didalam rumah sakit (HCA) dari serangan jantung dari
luar rumah sakit (OHCA). Fokus utama mencakup :

• Taksonomi universal pada sistem perawatan.


• Pemisahan rantai dewasa AHA untuk kelangsungan hidup ke dalam 2 rantai : satu untuk sistem perawatan
didalam rumah sakit dan satu untuk diluar rumah sakit
• Pemeriksaan bukti terbaik tentang bagaimana sistem perawatan serangan jantung ini akan diperiksa, dengan
fokus pada serangan jantung, infark miokardium elevasi ST-segmen (STEMI) , dan stroke.

Perawatan dirumah sakit diatur berdasarkan pedoman untuk manajemen infarksi mioklardium yang
dipublikasikan secara bersama oleh AHA dan American College of Cardiology Foundation.
 
11. PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN PADA
PASIEN DAN KELUARGA TERKAIT ACS
Peran Edukator

Tanggung jawab yang diemban oleh seseorang ners spesialis dalam peran ini meliputi mendorong perawat klinik lain
berpartisipasi dalam pendidikan berkelanjutan. Seorang ners spesialis harus mampu memberikan bimbingan kepada ners
generalis atau lainnya dengan cara mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, mengoptimalkan kemampuan dan
memberikan rekomendasi yang sesuai terkait pendidikan/keilmuannya (Chuan & Barnett, 2012).

Peran ini juga dilakukan untuk pasien dan keluarga dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, dan memberikan dukungan yang positif terhadap kemampuan
untuk meningkatkan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
(WHO, 2016).

Pendidikan pasien telah menjadi bagian integral dalam keperawatan. Sebagai edukator, perawat juga membutuhkan
pemberdayaan melalui pengembangan professional berkelanjutan untuk dapat menghadapi tantangan terkait bagaimana
membantu pasien merawat diri dengan dukungan terkoordinasi secara professional.
 
12. Discharge Planning
Teori self care defisit bahwa upaya
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan Discharge planning yang terprogram
individu dengan cara mengenal dan dan terstruktur sanggat efektif digunakan
memenuhi kebutuhannya yaitu dengan untuk meningkatkan kesiapan pulang
supporting educative nursing system pasien dan kemandirian pasien dalam
memenuhi kebutuhan keperawatan diri
Discharge planning merupakan salah satu sendiri setelah pasien sampai rumah.
upaya mempersiapkan atau memandirikan Kesiapan pulang tersebut terdiri dari
pasien agar mampu melakukan perawatan status personal, pengetahuan,
terhadap diri sendiri mencapai kesiapan kemampuan koping, dan dukungan
fisik, psikis dan sosial (potter & perry,2006)
13. PATOFISIOLOGI

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan
ateroma atau plak akan menggangu absorbsi 1 nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding
dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi sempit dan aliran darah terhambat.

Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cebderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
penyakit aterosklerosis.

Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak, konsolidasi
thrombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak, dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri koroner dan
kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang rentan terhadap
ateroskerosis, dimana arteri koroner tersebut berpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan
kondisi yang rentan untuk terbentuknya atheroma.
14. PATHWAY

Terlampir Di Word..
15. ALGORITMA DAN MANAJEMEN MASALAH
KEGAWATDARURATAN
16. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS

Seorang pasien dating ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, menjalar ke lengan
kiri, leher dan punggung disertai dengan keringat dingin. Nyeri dada dirasakan sejak 4 jam
SMRS, klien mengeluh mual dan muntah, serta terlihat meringis dan kesakitan. Seorang
perawat melakukan anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut: pasien memiliki riwayat
merokok sejak 15 tahun yang lalu dengan 1 bungkus perhari. Pemeriksaan TD: 130/90
mmHg, frekuensi nadi:108x/menit, frekuensi nafas: 24x/menit. Hasil pemeriksaan lab
menunjukan CKMB 100 gr/dl dan troponin I positif. Hasil perekaman EKG menunjukan ST
elevasi di lead II, III, aVF. Diagnose medis klien acut inferior MCI. Pasien tidak tahu tentang
penyakitnya dan bagaimana cara merawatnya
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, menjalar 1. Pasien terlihat meringis kesakitan.
ke lengan kiri, leher dan punggung disertai 2. Hasil TTV: TD 130/90 mmHg, Frekuensi nadi
dengan keringat dingin. 108x/menit, Frekuensi nafas 24x/menit.
2. Pasien mengatakan nyeri dada dirasakan sejak 4 3. Hasil pemeriksaan lab:
jam SMRS. Menunjukan CKMB 100 gr/dl dan troponin I positif.
3. Klien mengeluh mual dan muntah. 4. Hasil perekaman EKG:
4. Pasien mengatakan memiliki riwayat merokok Menunjukan ST elevasi di lead II, III, aVF
sejak 15 tahun yang lalu dengan 1 bungkus 5. Diagnosa medis pasien acut inferior MCI
perharinya.
5. Pasien mengatakan tidak tahu tentang
penyakitnya dan bagaimana cara merawatnya.
 
Data Subjektif Data Objektif
Data tambahan: Data tambahan:
1. Pengkajian nyeri:
1. Pasien mengatakan sesak nafas
P: nyeri saat bernafas
2. Pasien mengatakan nyerinya seperti
Q: nyeri seperti ditindih beban berat
tertindih beban berat R: dada sebelah kiri, menjalar ke lengan dan
punggung disertai dengan keringat dingin.
S: skala nyeri 6
T: hilang timbul
2. Pasein terlihat sering memegangi dada sebelah kiri
3. Keadaan umum pasien lemas
4. Pasien terlihat bingung
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Nyeri akut Agens cedera biologis
a. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri,
menjalar ke lengan kiri, leher dan punggung
disertai dengan keringat dingin.
b. Pasien mengatakan nyerinya seperti tertindih
beban berat
c. Pasien mengatakan nyeri dada dirasakan 4 jam
SMRS
 
DO:
d. Pasien terlihat meringis kesakitan.
e. Hasil TTV: TD 130/90 mmHg, Frekuensi nadi
108x/menit, Frekuensi nafas 24x/menit.
f. Hasil pemeriksaan lab:
Menunjukan CKMB 100 gr/dl dan troponin I
positif.
No Data Masalah Etiologi
Lanjutan..

Hasil perekaman EKG:


Menunjukan ST elevasi di lead II, III, aVF
a. Diagnosa medis pasien acut inferior MCI
b. Pengkajian nyeri:
P: nyeri saat bernafas
Q: nyeri seperti ditindih beban berat
R: dada sebelah kiri, menjalar ke lengan dan
punggung disertai dengan keringat dingin.
S: skala nyeri 6
T: hilang timbul
c. Pasein terlihat sering memegangi dada sebelah
kiri
d. Keadaan umum pasien lemas
2. DS: Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
a. Pasien mengatakan sesak nafas gas ventilasi perfusi
b. Pasien mengatakan memiliki
riwayat merokok sejak 15 tahun
yang lalu dengan 1 bungkus
perharinya.
DO:
c. Pasien terlihat meringis kesakitan
d. Keadaan umum pasien lemas
e. Hasil TTV:TD 130/90 mmHg,
Frekuensi nadi 108x/menit,
Frekuensi nafas 24x/menit.
3. DS: Defisit pengetahuan Kurang sumber
a. Pasien mengatakan tidak tahu pengetahuan
tentang penyakitnya dan
bagaimana cara merawatnya
DO:
b. Pasien terlihat bingung
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis; iskemik miokard
2. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Defisit pengetahuan b.d Kurang sumber pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor dan catat karakteristik nyeri: lokasi nyeri,
selama 3x24 jam masalah nyeri akut dapat intensitas nyeri, durasi/lamanya nyeri, kualitas dan
teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut: penyebaran nyeri.
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab b. Kaji apakah pernah ada riwayat nyeri dada sebelumnya
nyeri, mampu menggunakan teknik non- c. Atur lingkungan tenang dan nyaman , jelaskan bahwa
farmakologi untuk mengurangi nyeri, pasien harus itirahat
mencari bantuan) d. Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang e. Ukur atau periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
dengan menggunakan manajemen nyeri pengobatan analgetik
c. Mampu mengenali nyeri (skla, intensitas, Kolaborasi:
frekuensi dan tanda nyeri) f. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi, anti angina
d. Menyatakan rasa nyaman ketika nyeri (nitrogylycerin seperti: nitro-disk, nitro bid) Beta
berkurang blockers; propranolol (indera) pindolol (vitlen) atenolol
e. Tanda vital dalam rentang normal (Tenormin), analgesik (seperti:
morphine/meperidine/demoral), Ca-antagonis (seperti:
nifedipine/adalat).
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor kedalaman, irama dan usaha
pertukaran gas keperawatan selama 3x24 jam respirasi
masalah ketidakefektifan pola b. Catat pergerakan dada, amati
nafas dapat teratasi dengan kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
kriteria hasil sebagai berikut: retraksi otot supraclavicular dan
a. Tanda-tanda vital dalam intercostal
rentang normal c. Monitor suara nafas
b. Tidak ada suara nafas d. Monitor pola nafas (bradiapnea,
tambahan takiapnea, kussmaul, hiperventilasi,
c. Pasien dapat bernafas dengan cheyne stokes, biot)
baik dan normal Kombinasi:
e. Pemberian tambahan oksigen dengan
“nasal canule” atau masker.
3. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pengetahuan keperawatan selama 2x24 jam masalah pasien tentang proses penyakit yang spesifik
defisiensi pengetahuan dapat teratasi b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
dengan kriteria sebagai berikut: bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
a. Pasien menyatakan paham tentang dan fisiologi dengan cara yang tepat
penyakit, kondisi, prognosis dan c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
program pengobatan pada penyakit dengan cara yang tepat
b. Pasien mampu melaksankan d. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang
prosedur yang dijelaskan secara tepat
benar e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
c. Pasien mampu menjelaskan diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa
kembali apa yang dijelaskan yang akan dating dan atau proses pengontrolan
perawat/tim kesehatan lainnya penyakit
f. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
g. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Memonitor dan mencatat karakteristik nyeri: lokasi nyeri, intensitas
nyeri, durasi/lamanya nyeri, kualitas dan penyebaran nyeri.
2. Mengkaji apakah pernah ada riwayat nyeri dada sebelumnya
3. Mengatur lingkungan tenang dan nyaman , jelaskan bahwa pasien harus
itirahat
4. Mengajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam
5. Mengukur atau memeriksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pengobatan analgetik
Kolaborasi:
6. Memberikan obat-obatan sesuai indikasi, anti angina (nitrogylycerin
seperti: nitro-disk, nitro bid) Beta blockers; propranolol (indera) pindolol
(vitlen) atenolol (Tenormin), analgesik (seperti:
morphine/meperidine/demoral), Ca-antagonis (seperti: nifedipine/adalat).
2. Gangguan pertukaran 1. Memonitor kedalaman, irama dan usaha respirasi
gas 2. Mencatat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Memonitor suara nafas
4. Memonitor pola nafas (bradiapnea, takiapnea,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot)
Kombinasi:
5. Memberikan tambahan oksigen dengan “nasal
canule” atau masker.
3. Defisiensi pengetahuan 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
2. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang
tepat
3. Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit dengan cara yang tepat
4. Menggambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan
dating dan atau proses pengontrolan penyakit
6. Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan
7. Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. & hawks, J.H., (2005). Medical-surgical nursing clinical management fpr positive
outcomes. (7th eed.). St. Louis : Elsevier

Nanda-I. 2012. Nursing diagnoses 2012-2014. Wiley-blackwell

Asikin, M, nuralamsyah, M. & susaldi . keperawatan medikel bedah sistem kardiovaskular :


Erlangga

Bulechek, G. (2013). Nursing intervention classification ( NIC ). 6TH EDITION. Missouri :


elseiver mosby
TERIMAKA

Anda mungkin juga menyukai