Kasus 2 Acute Coronary Syndrome (Acs)
Kasus 2 Acute Coronary Syndrome (Acs)
ACUTE CORONARY
SYNDROME (ACS)
1. TRISNA IRAWATI 1610711106
2. DINI AULIA 1610711109
3. YUSTIKA DAMAYANTI 1610711119
4. RIZKY ARJUNA I M 1610711124
1. APA ITU ACS ???
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan salah
satu penyakit tidak menular dimana terjadi
perubahan patologis atau kelainan dalam dinding
arteri koroner yang dapat menyebabkan terjadinya
iskemik miokardium dan UAP (Unstable Angina
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah manifestasi Pectoris) serta Infark Miokard Akut (IMA) seperti
akut dan berat serta merupakan bentuk Non-ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI)
kegawatdaruratan dari arteri koroner yang
dan ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI)
disebabkan oleh suplai darah dan okigen ke
(Tumade et al., 2014).
miokardium yang tidak adekuat (Nurarif, 2015)
2. ETIOLOGI
Pada penyakit jantung koroner (PJK), aterosklerosis terjadi pada arteri koroner menyebabkan
arteri menyimpit atau tersumbat. Jika suatu arteri koroner menyempit atau terhambat, aliran
darah ke area jantung yang disuplai arteri tersebut berkurang . jika aliran darah yang tersisa tidak
mencukupi oksigen ke jantung, area tersebut akan mengalami iskemia dan cedera serta dapat
terjadi kondisi infark miokardium. Selain itu, jantung dapat mengalami kegagalan memompa
suplai darah yang cukup untuk organ dan jaringan lain di tubuh.
Kemudian terdapat 3 Faktor penyebab lain diantaranya :
a) Kerusakan miocard
b) Hypertropi miocard
c) Hypertensi diastolik
3. TANDA DAN GEJALA ACUTE CORONARY
SYNDROME
Jenis kelamin
Pertambahan usia Keturunan (termasuk ras)
Resiko pada winta meningkat
Usia mempengaruhi resiko Anak-anak dari orang tua
signifikan pada masa
dan keparahan PJK. PJK yang memiliki penyakit
menopause 2x/3x lipat pada
simptomatis tampaknya lebih jantung memiliki resiko PJK
usia yang sama sebelum
banyak dari orang yang yang lebih tinggi, PJK yang
menopause. Wanita yang
berusia lebih dari 40 tahun disesuaikan dengan umur
mengkonsumsi alat
dan 4 dari 5 meninggal pada winita afika-amerika
kontrasepsi oral , merokok,
berusia 65 tahun atau lebih. adalah 72% lebih tinggi
hipertensimemiliki resiko
Pada usia yang lebih tua, dibandingkan wanita berkulit
lebih tinggi mengalami PJK .
wanita yang mengalami putih dan orang amerika asli,
wanita dengan menopause
serangan jantung memiliki Pravelensi pjk paling rendah
dini juga memiliki resiko
kemungkinan kematian 2x ada pada orang meksiko –
lebih tinggi dibandikan
lebih besar dibandingkan amerika.
dengan usia menopouse
pria.
normal.
Faktor resiko utama yang dapat di kendalikan
OBESITAS HIPERTENSI MEROKOK
• Menambahkan beban esktra pada • Tekanan • Baik perokok aktif maupun pasif
darah tinggi
merupakan faktor resiko yang
jantung memaksa otot jantung meningkatkan beban kerja
berpengaruh kuat pada perkembangan
bekerja lebih keras untuk jantung dengan meningkatkan
ACS. Merokok memperbesar resiko
memompa jantung untuk afterload, memperbesar dan menjadi 3x lipat mengalami serangan
mengantarkan darah ke jaringan. melemahkan ventrikel kiri dari jantung pada wanita dan 2 x lipat pada
Selain itu obesitas srering waktu ke waktu, semakin pria . merokok juga meningkatkan resiko
kematian akibat 2x sampai 4x lipat
berhubungan dengan tekanan darah meningkay, resiko
resiko kemnatian mendadak. Nikotin
peningkatan kolesterol, TD peristiwa kardiovaskuler serius
akan menurunkan aliran darah ke
tinggi dan diabetes mellitus. juga meningkat. ekstremitas, serta meningkatkan
frekuensi jantung dan tekanan darah
dengan menstimulasi sistem saraf
DIABETUS MELLITUS KURANG OLAHRAGA
Perikarditis
Tromboembolisme
7. Sindrom Dressler.
miokardium
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG ACS
1. Elektrokardiogram
sesampainya di ruang gawat darurat. Sedapat mungkin, standar dan banyak digunakan untuk mendiagnosa
rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak kedatangan PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama
pasien di ruang gawat darurat. jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau,
jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat
2. Chest X-Ray (foto dada) melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST
pada hasil rekaman (Kulick, 2014: hal 42).
Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali,
CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler
(Kulick, 2014: hal 42).
4. Kateterisasi jantung atau
angiografi 5. CT scan (Computerized tomography 6. Magnetic resonance
Coronary angiogram) angiography (MRA)
Suatu tindakan invasif minimal dengan
memasukkan kateter (selang/pipa
Computerized tomography Coronary Prosedur ini menggunakan
plastik) melalui pembuluh darah ke
angiogram/CT Angiografi Koroner adalah
pembuluh darah koroner yang teknologi MRI, sering
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
memperdarahi jantung, prosedur ini dikombinasikan dengan
membantu memvisualisasikan arteri koroner dan
disebut kateterisasi jantung. penyuntikan zat pewarna kontras,
suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui
Penyuntikkan cairan khusus ke dalam yang berguna untuk mendiagnosa
intravena selama CT scan, sehingga dapat
arteri atau intravena ini dikenal sebagai adanya penyempitan atau
menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga
angiogram, tujuan dari tindakan
disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna penyumbatan, meskipun
kateterisasi ini adalah untuk
untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak pemeriksaan ini tidak sejelas
mendiagnosa dan sekaligus sebagai
yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah pemeriksaan kateterisasi jantung
tindakan terapi bila ditemukan adanya
besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan
suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012: hal (Mayo Clinik, 2012: hal 44).
terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012: hal 43).
43).
8. Jenis Jenis ACS :
1. Chronic Stable Angina (Angina Pektoris Stabil-
APS)
2. Acute Coronary Syndrome (ACS)
Adalah bentuk awal dari Penyakit Jantung Koroner
(PJK) yang ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak enak A. Unstable Angina (UA)
pada dada, rahang, bahu, punggung atau lengan yang
berkaitan dengan kurangnya aliran darah ke jantung yang Sifat nyeri yang berbeda, Sifat Nyeri UA adalah
tanpa disertai dengan kerusakan sel-sel jantung. nyeri yang timbul saat istirahat dan semakin hari
3. Acute ST Elevasi Myocardial Infarction (Acute Stemi) semakin sering muncul atau lebih berat dari
sebelumnya.
Sudah terdapat kelainan EKG berupa ST Elevasi yang baru
atau timbulnya Bundle Branch Block yang baru yaitu B. Acute Non ST Elevasi Myocardial Infarction
adalah adanya blok atau hambatan pada cabang berkas (Acute Nstemi)
kanan ataupun kiri ventrikel yang menyebabkan
terhambatnya aktivasi depolarisasi dari ventrikel kanan Dalam keadaan ini sudah terdapat kerusakan pada
ataupun bagian kiri. sel otot jantung yang ditandai dengan keluarnya enzim
yang ada di dalam sel otot jantung seperti enzim
CK,CKMB, Trop T dan lainnya.
9. PENGKAJIAN
Data yang harus dikaji pada klien yang mengalami aterosklerosi sangat
tergantung pada lokasi yang terkena. Gejala yang timbul sesuai dengan
letak ateroskleroisis.
Jika aterosklerosis
Jika aterosklerosis terdapat di otak,
terdapat pada maka tanda dan
Jika terdapat di pembuluh darah gejala yang
arteri jantung, koroner , maka mungkin muncul
maka gejala yang tanda dan gejala misalnya baal atau
klinisnya sesuai kelemahan pada
mungkin muncul
dengan tanda dan tangan kaki
misalnya nyeri gejala klinis angina kesulitan bebicara
dada (angina) pectoris atau infark atau bicara tidak
miokard akut. jelas.
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan ateroskleresis,
c) Integritas ego
yaitu :
a) Aktifitas Gejala :
Gejala : Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
takut mati, Perasaan ajal sudah dekat, Marah pada
Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, penyakit atau perawatan, Khawatir tentang
Pola hidup menetap, Jadwal olahraga tidak keuangan, kerja dan keluarga.
teratur
Tanda :
Tanda : Menolak, Menyangkal, Cemas, Kurang kontak
Takikardi, Dispnea pada istirahat atau mata, Gelisah, Marah, Perilaku menyerang, Fokus
aktifitas. pada diri sendiri, Koma dan nyeri.
Gejala :
· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
· Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
· Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
· Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
10. ISU DAN TREN PENATALAKSANAAN PADA ACS BERSASIS
TEKNOLOGI DI ERA 4.0
SISTEM PERAWATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS BERKELANJUTAN
Sistem perawatan yang membedakan serangan jantung didalam rumah sakit (HCA) dari serangan jantung dari
luar rumah sakit (OHCA). Fokus utama mencakup :
Perawatan dirumah sakit diatur berdasarkan pedoman untuk manajemen infarksi mioklardium yang
dipublikasikan secara bersama oleh AHA dan American College of Cardiology Foundation.
11. PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN PADA
PASIEN DAN KELUARGA TERKAIT ACS
Peran Edukator
Tanggung jawab yang diemban oleh seseorang ners spesialis dalam peran ini meliputi mendorong perawat klinik lain
berpartisipasi dalam pendidikan berkelanjutan. Seorang ners spesialis harus mampu memberikan bimbingan kepada ners
generalis atau lainnya dengan cara mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, mengoptimalkan kemampuan dan
memberikan rekomendasi yang sesuai terkait pendidikan/keilmuannya (Chuan & Barnett, 2012).
Peran ini juga dilakukan untuk pasien dan keluarga dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, dan memberikan dukungan yang positif terhadap kemampuan
untuk meningkatkan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
(WHO, 2016).
Pendidikan pasien telah menjadi bagian integral dalam keperawatan. Sebagai edukator, perawat juga membutuhkan
pemberdayaan melalui pengembangan professional berkelanjutan untuk dapat menghadapi tantangan terkait bagaimana
membantu pasien merawat diri dengan dukungan terkoordinasi secara professional.
12. Discharge Planning
Teori self care defisit bahwa upaya
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan Discharge planning yang terprogram
individu dengan cara mengenal dan dan terstruktur sanggat efektif digunakan
memenuhi kebutuhannya yaitu dengan untuk meningkatkan kesiapan pulang
supporting educative nursing system pasien dan kemandirian pasien dalam
memenuhi kebutuhan keperawatan diri
Discharge planning merupakan salah satu sendiri setelah pasien sampai rumah.
upaya mempersiapkan atau memandirikan Kesiapan pulang tersebut terdiri dari
pasien agar mampu melakukan perawatan status personal, pengetahuan,
terhadap diri sendiri mencapai kesiapan kemampuan koping, dan dukungan
fisik, psikis dan sosial (potter & perry,2006)
13. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan
ateroma atau plak akan menggangu absorbsi 1 nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding
dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cebderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
penyakit aterosklerosis.
Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak, konsolidasi
thrombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak, dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri koroner dan
kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang rentan terhadap
ateroskerosis, dimana arteri koroner tersebut berpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan
kondisi yang rentan untuk terbentuknya atheroma.
14. PATHWAY
Terlampir Di Word..
15. ALGORITMA DAN MANAJEMEN MASALAH
KEGAWATDARURATAN
16. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang pasien dating ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, menjalar ke lengan
kiri, leher dan punggung disertai dengan keringat dingin. Nyeri dada dirasakan sejak 4 jam
SMRS, klien mengeluh mual dan muntah, serta terlihat meringis dan kesakitan. Seorang
perawat melakukan anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut: pasien memiliki riwayat
merokok sejak 15 tahun yang lalu dengan 1 bungkus perhari. Pemeriksaan TD: 130/90
mmHg, frekuensi nadi:108x/menit, frekuensi nafas: 24x/menit. Hasil pemeriksaan lab
menunjukan CKMB 100 gr/dl dan troponin I positif. Hasil perekaman EKG menunjukan ST
elevasi di lead II, III, aVF. Diagnose medis klien acut inferior MCI. Pasien tidak tahu tentang
penyakitnya dan bagaimana cara merawatnya
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, menjalar 1. Pasien terlihat meringis kesakitan.
ke lengan kiri, leher dan punggung disertai 2. Hasil TTV: TD 130/90 mmHg, Frekuensi nadi
dengan keringat dingin. 108x/menit, Frekuensi nafas 24x/menit.
2. Pasien mengatakan nyeri dada dirasakan sejak 4 3. Hasil pemeriksaan lab:
jam SMRS. Menunjukan CKMB 100 gr/dl dan troponin I positif.
3. Klien mengeluh mual dan muntah. 4. Hasil perekaman EKG:
4. Pasien mengatakan memiliki riwayat merokok Menunjukan ST elevasi di lead II, III, aVF
sejak 15 tahun yang lalu dengan 1 bungkus 5. Diagnosa medis pasien acut inferior MCI
perharinya.
5. Pasien mengatakan tidak tahu tentang
penyakitnya dan bagaimana cara merawatnya.
Data Subjektif Data Objektif
Data tambahan: Data tambahan:
1. Pengkajian nyeri:
1. Pasien mengatakan sesak nafas
P: nyeri saat bernafas
2. Pasien mengatakan nyerinya seperti
Q: nyeri seperti ditindih beban berat
tertindih beban berat R: dada sebelah kiri, menjalar ke lengan dan
punggung disertai dengan keringat dingin.
S: skala nyeri 6
T: hilang timbul
2. Pasein terlihat sering memegangi dada sebelah kiri
3. Keadaan umum pasien lemas
4. Pasien terlihat bingung
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Nyeri akut Agens cedera biologis
a. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri,
menjalar ke lengan kiri, leher dan punggung
disertai dengan keringat dingin.
b. Pasien mengatakan nyerinya seperti tertindih
beban berat
c. Pasien mengatakan nyeri dada dirasakan 4 jam
SMRS
DO:
d. Pasien terlihat meringis kesakitan.
e. Hasil TTV: TD 130/90 mmHg, Frekuensi nadi
108x/menit, Frekuensi nafas 24x/menit.
f. Hasil pemeriksaan lab:
Menunjukan CKMB 100 gr/dl dan troponin I
positif.
No Data Masalah Etiologi
Lanjutan..
Black, J. M. & hawks, J.H., (2005). Medical-surgical nursing clinical management fpr positive
outcomes. (7th eed.). St. Louis : Elsevier