Anda di halaman 1dari 24

L a p o r a n P e n d a h u l u a n d a n A s k e p

H I P E R E M E S I S
G R A V I D A R U M

Dosen Pengampu : Ns. Martina Ekacahyaningtyas M.Kep

1. Andi Susilo (ST192002)


2. Cicilia Puspita (ST192005)
3. Eni Setioningsih (ST192008)
4. Danar Fauzan A.P (ST192006)
5. Fitriyana Ika a (ST192011)
6. Jaya Perdana Husada (ST192016)
7. Monika Afrilasari (ST192020)
Pengertian

Hiperemisis gravidarum atau biasa disebut morning


sickness merupakan keluhan mual dan muntah
berlebihan pada wanita hamil yang wajar terjadi
pada kehamilan muda (trimester 1), disebut morning
sickness karena biasanya terjadi pada pagi hari. Hal
ini dapat terjadi sepanjang hari, rata-rata wanita
mulai mengalami morning sickness pada minggu ke 4
dan ke 6 setelah menstruasi terakhir (Indriyani,
2013).
Etiologi
Penyebab hiperemisis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomis pada
otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Berikut
adalah faktor predisposisi terjadinya mual muntah (Hutahean, 2013):
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidadatidosa, dan
kehamilan ganda
2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu.
3. Alergi
4. Faktor psikologis
5. Faktor usia ibu
6. Faktor pekerjaan
7. Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
8. Pendidikan
9. Jarak kehamilan sebelum dan sekarang yang terlalu dekat
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Hiperemisis gravidarum berdasarkan berat ringannya gejala dapat
dibagi menjadi 3 tingkatan (Hutahean, 2013) yaitu
 Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi kedaan umum. Pada
tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun, dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung.
 Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kuli
tampak lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang
naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokosentrasi, oligiria, dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.
Tingkatan III
Kedaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti
nistagmus, diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat
kurangnya zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah jantung.
PATOFISIOLOGI
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun.
 Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan
nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke
arah anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat.
Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit
sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Peningkatan estrogen Penurunan pengosongan Peningkatan tekanan Faktor predisposisi Faktor alergi

Pathway lambung gaster

Penyesuaian Emisis gravidarum Hiperemisis gravidarum

Refluk sebagai Hcl Nyeri pada epigastritis Hiperemisis gravidarum

Hipovolemia
Sensasi asam Gangguan Rasa Nyaman Kehilangan cairan berlebih

Nafsu makan Nyeri Akut Oliguri Dehidrasi

Anoreksia Dampak pada bayi Gangguan Eliminasi Urin Hemokosentrasi

Defisit Nutrisi Penurunan aliran darah ke


Risiko mordibilitas Penurunan kesadaran
jaringan
mortalitas

Risiko Perfusi Serebral Tidak Penurunan metabolisme


Bayi lahir mati, anemia pada
Efektif
bayi, BBLR
Kelemahan otot
Psikologis kehamilan
Intoleransi Aktivitas
Harga Diri Rendah kronis
Penatalaksaan

Non Farmakologi
 Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24
-28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.
• Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
• Diet

1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.


Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi,
kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin
A dan D.
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
Farmakologi
• Pemberian cairan pengganti
Pemberian glukosa 5-10% diharapkan dapat mengganti cairan yang
hilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan
metabolisme lemak dan protein, dapat ditambahkan vitamin C, B
kompleks, atau kalium yang diperlukan dalam melancarkan metabolisme
(Indriyani, 2013).
• Medikamentosa
Harus diingat untuk tidak memberikan obat-obatan yang bersifat
tetragonik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen
multivitamin, antihistamin, dopamine, antagonis, serotanin antagonis,
dan kortikosteroid. Vitamin yang diperlukan adalah vitamin B1 seperti
pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxine cukup efektif dalam
mengatasi keluhan mual dan muntah
SDKI SLKI SIKI
Kategori : Fisiologis Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
Sub Kategori : Nutrisi dan cairan Definisi: Definisi:
Kode : D.0019 Keadekuatan asupan nutrisi untuk Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
Defisit nutrisi memenuhi kebutuhan metabolisme seimbang
Definisi: Ekspektasi: Membaik Tindakan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil: Observasi
memenuhi kebutuhan metabolisme 1. Porsi makanan yang di habiskan 1. Identifikasi status nutrisi
Penyebab 2. Kekuatan otot pengunyah 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
• Ketidakmampuan menelan 3. Kekuatan otot menelan 3. Identifikasi makanan yang disukai
makanan 4. Serum albumin 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• Ketidakmampuan mencerna 5. Verbalisasi keinginan untuk 5. Monitor asupan makanan
makanan meningkatkan nutrisi 6. Monitor berat badan
• Ketidakmampuan mengabsorbsi 6. Pengetahuan tentang pilihan 7. Monitor hasil lab pemeriksaan laboratorium
nutrient makanan yang sehat Terapeutik
• Faktor psikologis (mis. 7. Pengetahuan tentang pilihan 8. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.piramida
Stress,keengganan untuk makan) minuman yang sehat makanan)
8. Pengetahuan tentang standar 9. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
asupan nutrisi yang tepat 10. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
9. Penyiapan dan penyimpanan konstipasi
makanan yang aman 11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
12. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Lanjutan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
 
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis.pereda nyeri,antiemetic),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
SDKI SLKI SIKI
Kategori: Fisiologis Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia (I.04154)
Subkategori: Nutrisi dan Cairan Definisi: kondisi volume cairan intravaskuler, Definisi
Kode: D.0023 interstisial, dan atau intraseluler Mengidentifikasi dan mengelola penurunan volme cairan
Hipovolemia Ekspektasi: Membaik intravskuler
Definisi: penurunan volume cairan Kriteria Hasil: Tindakan
intravasukuler, interstisial, 1. Kekuatan nadi Observasi
dan/atau intraseluler 2. Turgor kulit 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (frekuensi nadi
Penyebab: 3. Output urine meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
Kehilangan cairan aktif 4. Pengisian vena menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
Kegagalan mekanisme regulasi Keterangan: menurun, membrane mukosa kering, volume urine
Peningkatan permebilitas kapiler 1 = Menurun menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
Kekurangan intake cairan 2 = Cukup Menurun 2. Monitor intake dan output cairan
Evaporasi 3 = Sedang Terapeutik
4 = Cukup Meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
5 = Meningkat 4. Berikan posisi modiefied trendelenburg
5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
Daftar Pustaka
Hutahean, S. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Indriyani, D. (2013). Keperawatan Maternitas Pada Area Antenatal. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria hasil Kepreawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
KASUS
Asuhan Keperawatan pada Ny. X

1. IDENTITAS KLIEN
Umur : 24 tahun
Diagnosa medis : G1P0A0 / hiperemesis gravidarum
BB : 50 kg
Usia kehamilan : 8 minggu
Tanggal Pengkajian : 27 agustus 2020
Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : pasien mengatakan mengeluh mual dan muntah 5-6 kali
sehari.
 Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien mengatakan muntah sejak usia
kehamilan 4 minggu, tekstur muntah yang keluar kadang air dan kadang
makanan, setiap selesai makan klien langsungmemuntahkan makanan tersebut,
sehingga klien menjadi malas makan, klien merasa pusing, lemas, nyeri ulu hati.
 Riwayat Keperawatan Prenatal : G1P0A0
 Riwayat Kehamilan Sekarang : usia kehamilan 8 minggu
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : klien terlihat lemas
Kesadaran : compos mentis
GCS : E = 4, M = 6, V = 5   
Tanda-tanda vital : TD = 100/70 mmHg, Nadi = 78 x/mnt, RR = 24 x/mnt, Suhu = 37,2˚C
BB sebelum hamil : 53 kg
BB sekarang : 50 kg
Mata : tampak cekung, sklera sedikit ikterus, konjungtiva tampak pucat
Mulut : bibir kering, lidah tampak kotor
Abdomen : TFU 3 jari diatas simphysis, teraba ballottement (+), tidak ada nyeri tekan
Analisa Data
No. Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1. DS : Pasien mengatakan mengeluh mual dan muntah Defisit Nutrisi berhubungan dengan
5-6 kali sehari dan BB dari 53 kg turun jadi 50 kg Ketidakmampuan Mencerna Makanan
DO : TD : 100/70 mmHg, N : 78 x/mnt, RR : 24
( D.0019 )
x/mnt, S : 37,2 oC, lidah tampak kotor

2. DS : pasien mengatakan setiap selesai makan Hipovolemia berhubungan dengan


pasien langsung memuntahkan makanan Kekurangan Intake Cairan
tersebut, sehingga ibu menjadi malas makan ( D. 0023 )
DO : turgor kulit jelek, mata cekung,sklera
sedikit ikterus, konjungtiva pucat, bibir kering,
lidah kotor,
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
1 Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Definisi: Definisi:
Ketidakmampuan Mencerna Makanan Keadekuatan asupan nutrisi untuk Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme yang seimbang
( D.0019 ) Ekspektasi: Membaik Tindakan
Kriteria Hasil: Observasi
1. Porsi makanan yang di 1. Identifikasi status nutrisi
habiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Kekuatan otot pengunyah 3. Identifikasi makanan yang disukai
3. Kekuatan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
4. Serum albumin nutrient
5. Verbalisasi keinginan untuk 5. Monitor asupan makanan
meningkatkan nutrisi 6. Monitor berat badan
6. Pengetahuan tentang pilihan 7. Monitor hasil lab pemeriksaan laboratorium
makanan yang sehat Terapeutik
7. Pengetahuan tentang pilihan 8. Fasilitasi menentukan pedoman diet
minuman yang sehat (mis.piramida makanan)
8. Pengetahuan tentang standar 9. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
asupan nutrisi yang tepat yang sesuai
9. Penyiapan dan penyimpanan 10. Berikan makanan tinggi serat untuk
makanan yang aman mencegah konstipasi
11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
12. Berikan suplemen makanan, jika perlu
LANJUTAN
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
 
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri,antiemetic),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
2 Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia (I.04154)
Hipovolemia berhubungan Definisi: kondisi volume cairan intravaskuler, Definisi
dengan Kekurangan Intake interstisial, dan atau intraseluler Mengidentifikasi dan mengelola penurunan volme
Ekspektasi: Membaik cairan intravskuler
Cairan Kriteria Hasil: Tindakan
1. Kekuatan nadi Observasi
( D. 0023 ) 2. Turgor kulit 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
3. Output urine (frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
4. Pengisian vena tekanan darah menurun, tekanan nadi
Keterangan: menyempit, turgor kulit menurun, membrane
1 = Menurun mukosa kering, volume urine menurun,
2 = Cukup Menurun hematokrit meningkat, haus, lemah)
3 = Sedang 2. Monitor intake dan output cairan
4 = Cukup Meningkat Terapeutik
5 = Meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan posisi modiefied trendelenburg
5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl,
RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

Anda mungkin juga menyukai