Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI dalam

KOLABORASI
INTERPROFESIONAL
Hasil penelitian
 Dalam pelayanan kesehatan terjadi kesalahan (error) 70-
80 % yang disebabkan oleh buruknya komunikasi dan
pemahaman dalam tim
 pelayanan yang tumpang tindih, terjadinya konflik
interprofesional dan juga keterlambatan pemeriksaan dan
tindakan (Susilaningsih, 2016)
 Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi
untuk mencapai kualitas hasil yang dinginkan secara
efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan.
 Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting
untuk meningkatkan kualitas
perawatan dan keselamatan pasien (Reni, 2010)
Komunikasi efektif
 apabila kita mengetahui dan memahami unsur-unsur yang terkandung
dalam proses komunikasi.

Unsur-unsur itu adalah:


 Sumber (resource)
 Pesan (message)
 Saluran (channel/ media)
 Penerima (receiver/audience).

Komunikasi yang efektif terjadi bila pendengar (penerima berita)


menangkap dan menginterpretasikan ide yang disampaikan dengan
tepat seperti apa yang dimaksud oleh pembicara (pengirim berita).
“Modal” membangun kolaborasi
 Memahami profesi mitra kerja akan memudahkan
terjadinya komunikasi yang baik antar profesi
 Kompetensi apoteker di ruangan sangat diperlukan
 Berani memberikan masukan atau rekomendasi kepada
para dokter atau klinisi dalam terapi obat berdasarkan
evidence based medicine maupun evidence based
pharmacy.
 Komunikasi yang berhasil akan membangun kolaborasi
yang baik.
 Dokter/klinisi akan mengakui kompetensi apoteker di
ruangan dan mereka akan komitmen untuk berkolaborasi
secara baik dengan apoteker dalam memberikan terapi
kepada pasien.
Pendukung lain
 Apoteker harus banyak belajar dari evidence yang
ada
 belajar berdasar pustaka yang established dan
terbaru
 memilikisarana IT (Information Technology) yang
memadai agar mudah dan cepat memecahkan
masalah DRP yang dihadapi
Kendala kolaborasi
Sering kolaborasi apoteker dengan dokter di ruangan tidak berjalan
dengan baik karena:
a. komunikasi tidak berjalan maksimal
b. Memerlukan waktu yang cukup panjang agar dokter mempercayai dan
mengakui keberadaan dan peran penting apa yang bisa kita berikan
untuk pelayanan terbaik bagi pasien
c. Rasa percaya diri yang kurang dari apoteker menjadi salah satu
penghambat untuk langkah maju dan berani berkomunikasi
dan berkolaborasi
d. Ada perasaan takut salah untuk memberikan rekomendasi, apoteker
merasa yunior dibanding dokter, kompetensi
keilmuan apoteker khususnya farmasi
klinik-farmakoterapi belum mencukupi
e. belum ada media yang menjembatani dan belum merasa saling
membutuhkan
Tahap-tahap Utama dalam proses
penggunaan Obat
 Identifikasi masalah pasien
 Pengambilan sejarah penggunaan obat
 Penulisan resep/order
 Seleksi produk obat
 Dispensing obat
 Edukasi dan konseling pasien
 Pemberian/ konsumsi obat
 Pemantauan terapi obat
 Evaluasi penggunaan obat
 Pendidikan in-service untuk profesional kesehatan
Kegiatan dalam Proses Dispensing
 Menerima dan memvalidasi resep/order
 Mengerti dan menginterpretasi maksud dokter
penulis resep
 Pengisian Profil Pengobatan Pasien (bila di RS)
 Menyediakan/ meracik dengan teliti
 Memberi wadah dan etiket yang benar
 Merekam semua tindakan
 Mendistribusikan obat/ bahan lain kepada pasien,
disertai nasehat atau informasi yg diperlukan
pasien dan perawat.
R/Levocin 500mg
R/ Salofalk
R/ Tripanzym
R/ Sanmag syr
R/ Vometa
R/ Counterpain
R/ Laz

R/
Dexametason
Kalnex
Brainact

R/
Tebokan
Merislon
Tradosik
Etika Profesi

 Apotekerharus selalu menjaga dan berpegang


pada kode etik profesi, termasuk dalam hubungan
dan komunikasi dengan profesi lain
 Apoteker harus menghormati profesi lain sebagai
mitra kerja yang sejajar secara profesi, dengan
tujuan utama pelayanan terbaik untuk pasien
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai