Kelompok 12 PPT Alergi, Jerawat Dan Penyakit Kulit Lainnya (Kelas B)
Kelompok 12 PPT Alergi, Jerawat Dan Penyakit Kulit Lainnya (Kelas B)
Menurut WHO Definisi swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal,
maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO,
2010). Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang
sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter.
Oleh karena itu, berikut beberapa Gangguan kulit yang dapat diterapi dengan swamedikasi.
ACNE VULGARIS
PATOFISIOLOGI
Jerawat biasanya dimulai pada periode prapubertas dan berkembang sebagai produksi
androgen seperti dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) yang dimetabolisme di kulit
menjadi dihydrotestosterone (DHT), dan pada gilirannya merangsang biosintesis sebum.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian pasien, yang meliputi pengamatan lesi dan tidak termasuk
penyebab potensial lainnya (misalnya, jerawat yang diinduksi oleh obat). Beberapa sistem berbeda
digunakan untuk menilai tingkat keparahan jerawat.
PENATALAKSANAAN TERAPI ACNE VULGARIS
Tujuan Pengobatan : untuk mengurangi jumlah dan keparahan lesi, memperlambat perkembangan lesi,
membatasi durasi, mencegah pembentukan lesi baru dan mencegah jaringan parut dan
hiperpigmentasi.
Terapi Non-Farmakologi
1. Menghindari faktor yang menyebabkan jerawat, seperti pada tabel dibawah ini:
2. Mencuci muka 2 kali sehari dengan sabun pencuci muka. Mencuci muka dengan gosokan halus
untuk mencegah pecahnya jerawat.
Terapi Farmakologi
- Jerawat non inflamasi
Terapi dengan agen topikal yang menargetkan peningkatan keratinisasi dengan menghasilkan pengelupasan kulit.
Pilihan utama : Retinoid topikal (terutama adapalene)
Alternatif : Benzoil peroksida atau asam azelaic
- Jerawat Inflamasi
• Papulopustular ringan (Penting untuk mengurangi populasi P. Acnes)
Pilihan utama : Adapalen + benzoil peroksidaKlindamisin topikal +
benzol peroksida
Alternatif : Retinoid topikal + antibiotik topikal ± benzoil peroksida
• Papulopustular sedang
Pilihan utama : Antibiotik oral + adapalene
Alternatif : Erythromycin + tretinoin Isotretinoin + erythromycin
Isotretinoin + seng oral
Antibiotik oral + adapalene
Antibiotik oral + benzoil peroksida
- Akne papulopustular berat atau nodular sedang
Kandunggan Protein, lemak , karbohidrat, serat, kalsium forfor, kalium, zat besi, natrium,
vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, niacin, vitamin C, air
Cara pembuatan Buah mentimun dicuci bersih lalu diiris tipis melintang. Irisan mentimun
ditempelkan dan digosok-gosok pada kulit yang berjerawat, tunggu sampai kering
dan cuci dengan air hangat
Aturan pakai Lakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sebelum mandi.
Sediaan Jadi Herbal
Nama : Jameela (Jamu)
sediaan
Produsen : PT. Agaricus Sido Makmur Sentosa
Komposisi : Andrographis paniculata herba 125 mg
Caricae folium 125 mg
Piperis albi fructus 100 mg
Curcumae xanthorizza rhizoma 75 mg
Tinosporae caulis 75 mg
Bentuk : Kapsul
sediaan
Aturan pakai : 3 kali sehari 2 kapsul
DERMATITIS
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis dan
dipengaruhi banyak faktor. Menurut Djuanda (2006), dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis
dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal.
Jenis-Jenis Dermatitis
1. Dermatitis Kontak
2. Dermatitis Seboroik
3. Dermatitis Atopik
Diagnosis
Tes tempel (patch test) adalah teknik pemeriksaan utama. Sejumlah alergen dioleskan pada punggung yang
sedang tidak mengalami inflamasi. Tempelan-tempelan ini dibuka setelah 48 jam dan reaksinya dibaca. Pasien
dilihat kembali setelah 72 jam dan reaksi lambat dicatat. Interpretasi (negatif palsu, positif palsu, dan
kebenaaaran dari hasil positif).(At a Glance Medicine)
DERMATITIS KONTAK
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang akut atau kronik akibat terpajan iritan (dermatitis
iritan) atau alergen (dermatitis alergen) (Elizabeth J.Corwin, 2009).
Dermatitis kontak adalah suatu reaksi inflamasi kulit terhadap preparat fisik, kimia, atau biologi
(Baughman, 2000).
Non-Farmakologi
Farmakologi
- Identifikasi penyebab dermatitis dan menghindari pajanan.
- Antihistamin dapat digunakan untuk mengurangi gatal.
- Kompres dingin untuk mengurangi peradangan. Rendaman
mandi bubur gandum dengan bahan kimia yang - Terapi anti-inflamasi topikal (kadang-kadang sistemik)
menyejukkan dapat meredakan penyakit jangka pendek, misalnya steroid dapat digunakan untuk
- Istirahatkan kulit yang sakit dan lindungi dari kerusakan menghentikan peradangan.
lebih lanjut Bila serangannya berat, meliputi mata dan wajah,
- Gunakan losion lembut, tidak mengandung obat untuk kortikosteroid sistemik dengan dosis besar sering kali
bercak eritema kecil; pasang balutan dingin basah diatas
diberikan
area dermatitis vaskular yang tidak terlalu luas
DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut,
terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik, dan superfisial. (Harahap, 2000:14)
Patofisiologi
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif
pada bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon
androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan
pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya
pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada pria daripada pada wanita. Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan
faktor timbulnya DS, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktifan
tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh DS pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan faktor kelelahan, stress, emosional atau infeksi.
PENATALAKSANAAN TERAPI DERMATITIS SEBOROIK
Non-Farmakologi Farmakologi
- Bila dermatitis seboroik berat, pencucian kulit kepala setiap
hari akan mempercepat penyembuhan dan di biarkan - Pengobatan Topikal
selama 5 hingga 10 menit. Lesi kulit kepala sebaiknya
Digunakan sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil
dikendalikan dengan shampo anti seboroik (selenium sulfid,
sulfur, asam salisilat, seng pirition, tar). dan silenium sulfid 2%, 2-3 kali seminggu selama 5-10 menit.
- Penting juga untuk menghindari kelelahan, keringat
Atau dapat diberikan sampo yang mengandung sulfur, asam
berlebihan dan stres emosional. Selain itu, kebersihan
pribadi sangat perlu untuk dijaga. salisil, zing pirition 1-2%.
- Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol, - Pengobatan Sistemik
bukan menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan
menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi Dapat diberikan anti histamin ataupun sedatif. Pemberian
jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi
dosis rendah dari terapi oral bromida dapat membantu
eritema dan gatal.
- Hindari kebiasaan menggaruk atau menggosok bagian yang penyembuhan
gatal
DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang berhubungan dengan
atopi, yaitu sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misal:
asma bronkial, rinitis alergika, konjungtivitis alergika (Djuanda, 2002).
Manifestasi Klinis
- Area eritematosa di kulit yang sangat kering
- Pruritus dan parut dengan edema, kerak, dan sisik.
- Lesi atopik kronis yang menyebabkan kulit kering dan bersisik, disertai
dermatografia putih, pemucatan dan likenifikasi.
- Pembengkakan dan hiperpigmentasi di kelopak mata atas, disertai lipatan ganda
yang muncul di bawah kelopak mata bawah.
- Katarak atopik (jarang terjadi, biasanya hanya pada orang yang berusia 20
sampai 40 tahun).
Diagnosis
- Riwayat gangguan atopik dalam keluarga berguna untuk mendiagnosis dermatitis atopik.
- Pengujian petak dan penyelidikan distribusi lesi kulit membantu menunjukkan alergen pemicu.
- Kadar IgE serum umumnya naik, namun tidak menentukan diagnosa.
PENATALAKSANAAN TERAPI DERMATITIS ATOPIK
Non-Farmakologi Farmakologi
- Gunakan air hangat ketika mandi; memakai sabun dengan - Kortikosteroid Topikal
pelembab (moisturizing cleanser), dan hindari penggunaan
sabun yang dapat mengiritasi. Hidrokortison untuk swamedikasi digunakan dengan cara
- Untuk mengeringkan kulit disarankan menggunakan handuk dioleskan 3-4 kali dalam sehari dan dapat digunakan dalam
lembut dengan menekan lembut saja dan tidak menggosok
kulit. waktu tidak lebih dari tiga minggu. Hidrokortison untuk
- Gunakan emolien dalam 3 menit setelah swamedikasi dapat diberikan dalam bentuk sediaan krim
mandi. Emolien dapat berupa losion, krim, dan ointment.
- Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih untuk mencegah tube 1 gram (1%) dan 2,5 gram (2,5%) (ISO, 2013).
timbulnya guratan ketika menggaruk. - Antihistamin
- Gunakan sarung tangan berbahan katun untuk mencegah
menggaruk di malam hari. Difenhidramin HCl merupakan antihistamin yang dapat
- Gunakan baju dan piyama berbahan katun. digunakan untuk dermatitis atopik. Dosis Difenhidramin HCl
- Hindari mencuci dengan detergen yang keras.
- Gunakan pelembab sesering mungkin untuk menjaga kulit yang diberikan yaitu untuk dewasa 25-50 mg sehari tiga kali,
tetap lembut dan halus (minimal 2 kali sehari). dan untuk anak 5 mg/kgBB sehari.
INFEKSI JAMUR
Infeksi jamur ditandai dengan adanya macula (perubahan warna pada salah satu bagian) di kulit,
skuama (lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit) halus dan disertai rasa gatal.
1. Panu
Gejala panu yang sering muncul yaitu:
- Bercak yang berwarna lebih muda dari warna kulit sekitarnya pada orang dengan kulit berwarna, atau
tampak sebagai bercak lebih gelap pada orang dengan kulit pucat
- Gatal terutama bila berkeringat
- Jika diraba, terasa ada sisik halus dan tipis
- Bentuknya bulat atau tidak beraturan, dapat berbatas tegas atau tidak tegas
2. Kurap
Gejala kurap yang sering muncul yaitu:
- Timbul lesi berbentuk bulat dengan pinggiran agak tinggi berisi air berwarna bening
- Rasanya sangat gatal
- Terjadi peradangan pada kulit akibat garukan
- Jika mandi akan terasa perih
- Pada udara dingin atau berkeringat rasa gatal akan timbul- kulit bersisik
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Beberapa pemeriksaan
penunjang lain juga dapat dilakukan untuk membantu diagnosis seperti pemeriksaan dengan lampu wood (sinar UV)
dan uji biokimia
PENATALAKSANAAN TERAPI INFEKSI JAMUR
Non-Farmakologi
- Mandi teratur dengan sabun antiseptik
- Menghindari keringat berlebih dan menjaga kebersihan
lingkungan
- Tidak menggaruk bagian yang gatal karena akan menimbulkan Farmakologi
infeksi lain Obat-obat yang dapat digunakan antara lain:
- Jangan tidur dalam keadaan rambut basah dan rutin
mengganti sprei dan sarung bantal -Ketoconazol tablet 200mg, sehari satu kali satu tablet
- Rutin mengganti handuk (jika mungkin usahakan seminggu -Terbinafine 250 mg, sehari satu kali satu tablet.
sekali) Digunakan selama 2 minggu
- Tidak menggunakan handuk atau baju secara bergantian
dengan orang lain (Dipiro, 2011).
- Oleskan krim anti jamur
- Periksa dokter bila menyerang kuku atau gejala menetap
Obat Herbal
Digunakan untuk pengobatan luar, di oles di tempat yang sakit
Diagnosis
Diagnosis psoriasis vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis pada penderita psoriasis vulgaris biasanya memperoleh adanya keluhan gatal dan bercak merah
berisisik pada lokasi predileksi. Keluhan dapat bersifat akut (hitungan hari) maupun kronis (bulanan sampai
tahunan), dengan ataupun tanpa riwayat rekurensi
PENATALAKSANAAN TERAPI PSORIASIS
Non-Farmakologi Farmakologi
a. Mengurangi stres yang dipandu dengan manajemen stres Terapi Topical : Kortikosteroid
dapat menurunkan luasnya dan keparahan psoriasis.
Fototerapi dan Fotokemoterapi : Radiasi elektromagnetik
b. Pelembab tanpa obat membantu menjaga kelembaban
nonionisasi, baik ultraviolet A (UVA) atau ultraviolet B (UVB),
kulit, mengurangi pengelupasan kulit dan mengurangi
sebagai terapi cahaya untuk lesi
pruritus.
c. Mandi oatmeal semakin mengurangi pruritus Terapi Sistemik : Acitretin kombinasi dengan topical
d. Sabun dan deterjen yang keras harus dihindari. Mandi kalsipotrien atau fototerapi. Dosis awal yang disarankan
menggunakan air hangat, lebih baik dengan pembersih adalah 25 atau 50 mg; terapi diteruskan sampai lesi sembuh.
bebas lipid dan pewangi.
e. Tabir surya (lebih baik dengan penggunaan faktor
perlindungan matahari [SPF] 30 atau lebih tinggi) harus
digunakan saat di luar rumah.
SWAMEDIKASI PSORIASIS
Obat Sintetis
a. Retinol merupakan zat turunan vitamin A yang memperlambat aktivitas pertumbuhan sel kulit abnormal. Proses regenerasi sel kulit
akan kembali pada laju yang normal sehingga tidak menyebabkan penebalan pada permukaan kulit. Retinol juga memperlambat proses
peradangan. Bentuk umum dari obat psoriasis ini adalah Tazorac dan Avage yang merupakan obat bebas terbatas
b. Vitamin D analog untuk mengatasi psoriasis tahap ringan sampai sedang. Obat yang mengandung vitamin D analogue meliputi
calcipotriene (Dovonex) dan calcitriol (Rocaltrol). Dua obat ini merupakan bentuk sintetis dari vitamin D yang memperlambat
pertumbuhan sel kulit.
c. Krim atau salep coal tar bekerja mengurangi gatal dan radang. Pengobatan psoriasis dengan coal tar dapat menyebabkan noda pada
pakaian dan memiliki bau yang tidak sedap. Maka itu, Anda harus berhati-hati ketika mengoleskannya pada kulit. Obat dengan
konsentrasi coal tar yang tinggi hanya bisa diperoleh dengan menggunakan resep.
SWAMEDIKASI PSORIASIS
Obat Herbal
Lidah Buaya (Aloe vera)
Aloe vera digunakan dalam pengobatan penyakit kulit karena mengandung bahan
aktif yang memiliki efek antiinflamasi, antimikroorganisme, antiproliferasi, dan
keratolitik. Indikasi pemberian Aloe vera adalah psoriasis plak kronis derajat ringan dan
sedang.
Penggunaan krim Aloe vera, sebaiknya dihindari pada penderita yang diketahui
memiliki alergi atau hipersensitivitas terhadap tanaman family Liliaceace selain Aloe
vera, yaitu seperti bawang putih, bawang merah, dan bunga tulip. Aloe vera
topikal menjanjikan sebagai terapi alternatifherbal karena memiliki komponen aktif, c-
glucosyl chromone, aloe-emodin, aloin, dan salicylic acid.
KESIMPULAN
Terdapat beberapa jenis penyakit kulit yang dapat diterapi dengan swamedikasi
yaitu acne vulgaris, infeksi jamur, dermatitis dan psoriasis. Penatalaksanaan pada
jenis-jenis penyakit kulit dapat dilakukan dengan terapi farmakologi, non
farmakologi dan swamedikasi. Terapi swamedikasi hanya ditujukan untuk penyakit
kulit dengan level ringan, jika tidak ada peningkatan kesembuhan maka disarankan
untuk menghentikan terapi swamedikasi dan memeriksakan diri ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Alldredge. J. K., Corelli. R. L., Ernst. M.E., dkk. 2013. Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs Tenth Edition. Lippincott Williams & Wilkins,
Pennsyvania, United States of America.1
Bakker, A.B & Leiter, M.P. 2010. Work engagement : a handbook of essential theory and research. New York: Psychology Press
Beltrani, Vincent, S. 2006. Contact Dermatitis. A practice Parameter. Annals of Allergy. Asthma, and Immunology.
Berman, Kevin. 2008. “Tinea corporis – All information”. MultiMedia Medical Encyclopedia. University of Maryland Medical Center
Camisa C. 2004. The clinical variants of psoriasis: Handbook of psoriasis. Edisi 2. Massachusetts: Blackwell. Publishing.
Dewi RWN. 2004. Eksim Susu pada Bayi dan Anak. In: Boediardja SA
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan. Pp. 46-49.
Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI: Jakarta.
Djunarko, I dan Hendrawati, Y. 2011. Swamedikasi yang Baik dan Benar. Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2014. ISO Informasi Spesialit Obat Indonesia. Volume 49 – 2014 s/d 2015. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
ISO. 2013. ISO Farmakoterapi. Ikatan Apoteker Indonesia: Jakarta
Jamal ST. 2007. Atopic dermatitis: an update review of clinical manifestations and management strategies in general practice. Bulletin of the Kuwait Institute for medical
specialization.6;55-62.
James, William D.; Berger, Timothy G.; Elston, Dirk M.; Odom, Richard B. 2006. Andrews’ Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (10th ed.). Philadelphia; Saunders Elsevier.p. 302
Kariosentono, H. 2006. Dermatitis Atopik (Eksema). Surakarta : UNS Press.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Vademekum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 3.
Langley R.G., Ellis C.N., 2004, Evaluating Psoriasis With Psoriasis Area And Severity Index, Psoriasis Global Assessment, And Lattice System Physician ’s Global Assessment, J Am Acad
Dermatol; 51(4):563-9
Luis, J and Mendez-Tovar, M.D. 2010. Pathogenesis of dermatophytosis and tinea versicolor. Clinis in Dermatology. 28: 185–189
Movita, Theresia.2014. Tatalaksana Dermatitis Atopik [artikel] CDK-222/ vol. 41 no.11.
Ong PY dan Leung DYM. 2010. The infectious aspects of atopic dermatitis. Immunol Allergy Clin North Am. 30(3):309- 321
Raychaudhuri SP, Farber EM. 2000. Neuroimmunologic aspects of psoriasis. Cutis. 66:357–362
Sanchez APG. 2010. Immunopathogenesis of psoriasis. An Bras Dermatol. 85(5):747-9
Streit,M, Lasse, R.B. 2001. Contact Dermatitis. Clinics and Pathology. Acta Odontal Scand 59.
Sularsito, Sri Adi.Dkk. 2006. Dermatologi Praktis. Jakarta: Perkumpulan Ahli Dermatologi dan Venereologi Indonesia.
Verayati, D. 2011. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Personal Higine Terhadap Keajadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pemulung Di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Bakung Bandar Lampung [Skirpsi] Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung: Lampung.
Wasitaatmadja. M.S. 2018. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia “AKNE”. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
Wells. G. B., Dipiro. T. J., Schwinghammer. L. T., Dipiro. V. C. 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. McGraw-Hill Education. 2
Wells. G. B., Dipiro. T. J., Schwinghammer. L. T., Dipiro. V. C. 2017. Pharmacotherapy Handbook Tenth Edition. McGraw-Hill Education. 2
Yayasan Pedulu Konservasi Alam Indonesia . 2008. Tumbuhan