Anda di halaman 1dari 17

PENGKAJIAN BIO-PSIKO-SOSIO-KULTURAL DAN

SPIRITUAL PADA PASIEN HIV/AIDS


• Pengkajian Biologis
• Pengkajian Psikologis
• Pengkajian Sosial
• Pengkajian Kultural
• Pengkajian Spiritual
• Pengkajian Fisik
Pengkajian Biologis
• Respons Biologis (Imunitas)
Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helper, disebut limfosit CD4+
akan mengalami baik secara kuantitas maupun kualitas.
HIV menyeraperubahan ng CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat
fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang
disebut sampul gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian
menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC).
Psikologis
Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai :

Shock (kaget, goncangan batin)


Merasa bersalah, marah, tidak berdaya Rasa takut, hilang akal, frustrasi, rasa
sedih, susah, acting out

Mengucilkan diri, Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri,


Khawatir menginfeksi orang lain, murung

Membuka status secara terbatas, Ingin tahu reaksi orang lain,


pengalihan stres, ingin dicintai Penolakan, stres, konfrontasi
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler, Ross (1974)
menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu.

• Pengingkaran (denial) : Pada tahap pertama pasien menunjukkan


karakteristik perilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan
mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa.
• Kemarahan (anger) : Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan
lagi, maka fase pertama berubah menjadi kemarahan.
• Sikap tawar menawar (bargaining) : Setelah marah-marah berlalu,
pasien akan berfikir dan merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya.
• Depresi : Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan
marah dan pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara
konstruktif.
Sosial
Interaksi sosial
1. Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada
orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman
dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan
untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
2. Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat, aktivitas yang tak
terorganisasi.
Pengkajian Kultural
• Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV
/AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS,
pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak
mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif
agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV
/AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupannya.
Spiritual
• Konsep spiritual menurut Ronaldson (2000) dan Kauman & Nipan (2003),
meliputi:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan : Harapan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak
mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”.
b. Pandai mengambil hikmah : Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan
mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang
dialaminya.
c.Ketabahan hati : Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati
dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah
dalam menghadapi setiap cobaan.
Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Lemah, terpasang infus RL,


• Keadaan sakit : Klien sering mengeluh lemas
• Tekanan darah : 90 / 80 mmHg
• Nadi : 55 x/menit
• Respirasi : 24 x/menit
• Bising Usus : 20 x/menit
• Suhu : 37,8˚C˚C
• Tinggi badan : 167 cm
• Berat badan : 52 kg
b. Review of System (ROS)
(1) Kepala : Posisi tegak, bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, distribusi rambut
merata, tidak terlihat bayangan rambut hitam, distribusi rambut merata, tidak terlihat
bayangan pembuluh darah, tidak terdapat luka, tumor, edema, terlihat ada ketombe, dan
bau.
 Mata ; tidak terdapat vesikel, tidak ada masa, nyeri tekan, dan Mata ; tidak terdapat vesikel, tidak ada
masa, nyeri tekan, dan penurunan penglihatan, kon jungtiva anemis.
 Hidung ; ada sekret, tidak ada lesi
 Mulut ; terdapat lesi, gigi ada yang tanggal, membran mukosa kering, lidah ada bercak-bercak
keputihan, dan halitosis.
 Telinga ; tidak ada nyeri tekan
(2) Leher : trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada
nyeri tekan.
(3) Thoraks : bentuk simetris, tidak terdapat masa,tidak ada otot bantu napas
• Paru ; bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi interkosta,ekspansi kanan dan kiri
sama, perkusi paru didapat suara sonor di seluruh lapang paru, batas paru hepar dan
jantung redup,
• Jantung ; ictus cordis terlihat di mid-clavicula line sinistra ICS 5,

(4) Ketiak dan Payudara ; Tidak didapatkan pembesaran kelenjar Ketiak dan Payudara ;
Tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada benjolan, puting dan areola baik limfe
dan tidak ada benjolan, puting dan areola baik
(5) Abdomen : bentuk simetris, ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada tanda
pembesaran hepar, tidak didapati asites, dan hasil perkusi didapat suara timpani
(6) Genetalia : Tn. T adalah klien laki-laki,
• Penis ; klien di sirkumsisi, gland penis terdapat bercak, pada batang penis ada
tanda jamur, tidak ada tanda herpes, ada lesi.
• Skrotum ; tidak ada lesi, tidak ada tanda jamur, tidak ada tanda herpes
• Uretra ; tidak terdapat kelainan, tidak ada lesi
(7) Anus dan Rektum : tidak ada abses, ada hemoroid, rektum didapati sedikit berlendir.
(8) Ekstremitas : kekuatan otot menurun, tidak terdapat oedema, tidak ada fraktur, tidak tampak
tanda atropi
(9) Integumen : warna sawo matang, tekstur kering, terdapat kemerahan pada area,
turgor buruk, terdapat tanda sianosis, akral dingin, capillary refill time >3 detik, tidak
ada tanda inflamasi pada kuku, ada lesi pada kulit bagian area scapula
(10) Status Neurologis
a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
b) Tanda – tanda perangsangan otak
1. Pusing
2. Suhu tubuh 37,8oCC
c) Uji saraf kranial • N VI : Klien dapat menggerakan mata
• N I : Klien tidak dapat membau dengan kesamping
baik • N VII : Klie n dapat merasakan pahit, manis,
asam, dan
• N II : Klien dapat melihat dengan jelas
• manis
• N III : Klien dapat menggerakkan bola • N VIII : Klie n dapat mendengarkan degan
mata baik
• N IV : Klien dapat melihat gerakan • N IX : Klie n dapat berbicara
tangan perawat baik • N X : Klie n dapat mengangkat bahu
• ke samping kiri ke kanan. • N XI : Klie n dapat berbicara dengan baik
• N V : Klien dapat menggerakan rahang • N XII : Klie n dapat menggerakan lidah dan
dapat berbicara
• dengan baik
d) Fungsi Motorik
Tidak ada gerakan yang tdak disadari klien, klien mampu bergerak tanpa perintah.
e) Fungsi Sensorik
Klien tidak merasakan usapan kapas pada area maksilaris,dapat merasakan benda tajam, tidak dapat
merasakan hangat, panas, dan dingin.
f) Refleks Pantologis
reflek Gordon Reflek babinsky negatif, reflek cadlok negatif, reflek Gordon negatif.
Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Terhadap Infeksi berhubungan dengan Imunodefisiensi


2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Output Yang Berlebih
3. Kelemahan berhubungan dengan Proses Penyakit Yang Dimanifestasikan Oleh
Kekurangan Energi, Ketidakmampuan Mempertahankan Aktivitas Sehari-hari.
4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Rash Dan Lesi Pada Kulit
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Dan Kelelahan
Referensi
• Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., Megasari, K. (2015). Bahan Ajar AIDS pada Asuhan
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.
• Nursalam, N. (2011). Asuhan Keperawatan Pad a Pasien Terinfeksi HIV/AIDS .
Jakarta: Salemba Medika.
• WHO, (2013) .HIV/AIDS. (Online) (http://www.who.int/topics/hiv_aids/en/>.
Diakses tanggal 30 Oktober 2017 pukul 18.00)

Anda mungkin juga menyukai