(3018210274) Kelas B Asal – usul penerapan system hukum Dari akar sejarah kemunculan konsep Civil Society didalangi oleh sosialisme dan kapitalisme untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang demokratis. Ketakutan orang-orang Arab khususnya dan orang-orang Islam pada umumnya, terhadap demokrasi tidaklah sebesar penderitaan mereka karena lemahnya akses terhadap kemajuan paling penting abad ini, khususnya toleransi — sebagai prinsip dan praktek. Yang kita maksudkan adalah humanisme sekuler yang memungkinkan berkembangnya masyarakat sipil (civil society) di Barat. Gagasan- gagasan humanistik – kebebasan berpikir, kedaulatan individu, kebebasan untuk bertindak, toleransi – dipropagandakan di Barat melalui aliran pemikiran sekuler. Dengan sedikit pengecualikan (khususnya Turki), negara modern tidak pernah menyebut dirinya negara dengan ajaran inisiatif individual. Sebaliknya individualisme selalu mengambil posisi yang agak ambigu di kalangan para pembaharu gerakan nasionalis abad ke- 19. Gerakan yang memusat- kan diri pada perjuangan menentang penjajahan dan karena itu sangan anti Barat ini, diwajibkan mengakarkan diri secara lebih mendalam, lebih dari yang pernah ada dalam Islam. Masyarakat Madani dan Civil Society Masyarakat Madani merupakan suatu istilah yang sampai sekarang para pakar masih belum menemukan definisinya secara pas. Hal ini disebabkan karena istilah Masyarakat Madani ini baru dikenal di Indonesia pada tahun 1995; yaitu ketika Dato Seri Anwar Ibrahim, Menteri Keuangan dan Timbalan Perdana Menteri Malaysia, pada waktu itu menyampaikan ceramahnya yang berjudul “Islam dan Pembentukan Masyarakat Madani” pada Festival Istiqlal, 26 September 1995. Dalam ceramah itu Dato Seri Anwar Ibrahim menyatakan sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan masyarakat madani ialah sistem sosial yang subur yang diasaskan pada prinsip moral yang menjamin keseimba- ngan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan mengikuti undang- undang dan bukan nafsu atau keinginan individu menjadikan keter- dugaan atau predictability serta ketulusan atau transparency sistem.”5 Bahtiar Effendy menyatakan bahwa di Indonesia dan Malaysia istilah Masyarakat Madani ini merupakan padanan dari “civil society”. Istilah Madani, sebenarnya tidak murni berasal dari perbendaharaan Penerapan undang – undang nya ada beberapa sistem hukum yang berlaku di Indonesia yaitu sistem Eropa Kontinental, Hukum Adat, dan Hukum Islam dan apabilan bebrapa sistem tersebut menyatu dab berjalan dengan seimbang maka tujuan dan tatanan Negara akan berjalan dengan baik . dalam hal ini tanpa adanya sistem yang dianut oleh Negara maka akan sulit untuk mencapai suatu tujuan Negara tersebut. Indonesia menganut tiga sistem namun sampai saat ini negaranya sudah cukup baik dalam tujuan dan tatanan negaranya walaupun masih kurang maksimal dalam implementasinya sehingga kurang efisien di Negara Indonesia sendiri, kita dapat melihat berhasilnya suatu sitem hukum dapat dilihat dari seberapa taatnya Negara,masyarakat, dan pemerintah dalam menjalankan hukum dan pembuatan hukum itu sendiri. Sistem hukum yang diberlakukan di indonesia sangat berpengaruh terhadap semua sendi kehidupan manusia di indonesia . Dalam sistem hukum Eropa kontinental sudah cukup menyatu dengan masyarakat indonesia karena bangsa indonesia pernah lama dijajah Belanda yang juga merupakan Negara bagian eropa yang juga menganut sistem eropa kontinental tersebut, dansistem hukum adat sudah pasti sangat penting menjadi pandangan dan bagi masyarakat karena sistem hukum adat di ambil dari kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dansistem hukum islam pun sudah cukup menyatu dengan masyarakat karena mayoritas rakyat indonesia juga beragama islam dan cukup berpengaruh bagi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengaturan pidana pada dua system hukum tersebut sistem hukum Civil Law, Common Law, Hukum Adat maupun Hukum Islam. Meskipun warga Indonesia mayoritas memeluk agama Islam, namun pengaruh Hukum Islam tidaklah menonjol didalam sistem hukum yang ada di Indonesia baik dari segi substansi, struktur, maupun budaya hukum itu sendiri. Bahkan Abdul Jamil pernah memberikan komentar bahwa meskipun umat Islam mayoritas di Negeri ini, akan tetapi ruang bagi penegakan Hukum Islam hanya tersedia di Pengadilan agama. Hukum pidana Islam (fiqh jinayah) merupakan syariat Allah SWT yang mengatur ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Al Qur‟an dan Hadist.3 Hukum pidana Islam pada hakikatnya mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Syariat Islam dimaksud, secara materil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk melaksanakannya. Konsep kewajiban asasi syariat menempatkan Allah JARIMAH atau TINDAK PIDANA Secara bahasa jarimah mengandung pengertian dosa, durhaka. Larangan- larangan syara’ (hukum Islam) yang diancam hukuman had (khusus) atau takzir pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum syariat yang mengakibatkan pelanggarnya mendapat ancaman hukuman. Larangan-larangan syara‟ tersebut bisa berbentuk melakukan perbuatan yang dilarang ataupun tidak melakukan suatu perbuatan yang diperintahkan. Melakukan perbuatan yang dilarang misalnya seorang memukul orang lain dengan benda tajam yang mengakibatkan korbannya luka atau tewas. Adapun contoh jarimah berupa tidak melakukan suatu perbuatan yang diperintahkan ialah seseorang tidak memberi makan anaknya yang masih kecil atau seorang suami yang tidak memberikan nafkah yang cukup bagi keluarganya.