Anda di halaman 1dari 25

STUDI TENTANG KONTRIBUSI

PENDAPATAN RUMAH SAKIT


MELALUI PASIEN RAWAT INAP
UMUM DAN JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL
DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN KINERJA
KEUANGAN YANG SEHAT
DI RUMAH SAKIT PTPN VIII
SUBANG

OLEH :
AMINUDDIN SHOLEH
NPM : 168020121
PENDAHULUAN
Rumah Sakit terdiri dari :
1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
3. UGD
4. Farmasi
5. Laboratorium
6. Administrasi
7. Radiologi
8. Penunjang lain
Ada tiga unsur yang terlibat dalam
bisnis rumah sakit yaitu :
 Rumah Sakit sebagai penyedia pelayanan
 Pasien sebagai penerima pelayanan
 Pemerintah dan asuransi kesehatan.

Untuk asuransi kesehatan :


1. Asuransi kesehatan swasta
2. BPJS Kesehatan
Sistem pembayaran kepada rumah sakit :

 Fee For Service (Retrospective payment) yaitu :


provider layanan kesehatan menarik biaya kepada
pasien untuk tiap jenis pelayanan yang diberikan.
Setiap pemeriksaan dan tindakan akan dikenakan
biaya sesuai tarif yang berlaku di rumah sakit.
2. Prospective payment
 Adalah sistem pembayaran imbal jasa pada
pemberi layanan kesehatan yang ditetapkan
sebelum pelayanan medik dilaksanakan.
 Implementasinya dalam sistem asuransi kesehatan
sosial di Indonesia adalah program INACBGs
(Indonesian Case Based Groups) yang
dilaksanakan oleh Jaminan Kesehatan Nasional.
Dasar Hukum JKN :
 UU No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Nasional
 UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Nasional
 KMK No 69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan pada
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan dalam program jaminan kesehatan nasional.
 Perpres No 111 tahun 2013 tentang perubahan peraturan presiden
No 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan Nasional.
 PMK no 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada jaminan
kesehatan Nasional.
Permasalahan yang timbul sejak
melayani pasien JKN :

 1.. Terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien


 2. Peraturan dari BPJS Kesehatan
 3. Jumlah kunjungan meningkat tetapi pendapatan
menurun
 4. Konflik antara pasien dan RS.
I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat perkembangan pendapatan rawat inap pasien


umum RS AMN PTPN VIII Subang?
2. Bagaimana tingkat perkembangan pendapatan rawat inap JKN
Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang?
3. Bagaimana perbandingan antara pendapatan Rill Rumah Sakit dan
Jaminan Kesehatan Nasional Rumah Sakit PTPN VIII Subang?
4. Bagaimana kontribusi pendapatan Rumah Sakit dalam mewujudkan
kinerja keuangan yang sehat di Rumah Sakit PTPN VIII Subang?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji, menganalisis dan mengetahui :
1 Gambaran tingkat perkembangan pendapatan rawat inap pasien umum
di Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang..
2 Gambaran tingkat perkembangan pendapatan rawat inap pasien JKN
Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang.
3 Perbandingan pendapatan Rill Rumah Sakit dan Jaminan Kesehatan
Nasional Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang.
4. Peranan pendapatan Rumah Sakit dalan mewujudkan kinerja
keuangan yang sehat Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang.
PASIEN RAWAT INAP RS

Pasien Rawat Inap Umum Pasien Rawat Inap BPJS

1. Pendapatan Jasa layangan


1.Pendapatan Jasa Layanan dengan
dengan pembayaran lansung
pembayaran tidak lansung .
setelah layanan dilakukan.
2. Ina Cbgs pemabyaran dengan
2. Pembayaran per item dan sistem apket (permenkes no 27
pertindakan Tahun 2014)

Kinerja Keuangan (ROI)


JENIS DAN METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian adalah penelitian verifikatif
2. Metode penelitian menggunakan penelitian
kombinasi (mixed methods) deskriptif dengan
desain sequentil explanatory dengan
menggunakan single case study.
 3.2 Tempat Penelitian
 Tempat penelitian dilakukan di PT. AMN Rumah Sakit PTPN VIII Subang.

3.3 Parameter Penelitian


 Parameter penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, dapat menemukan
apa yang sedang terjadi dan kemudian untuk membuktikan apa yang telah
ditemukan. Apa yang ditemukan harus dibuktikan dengan kembali kebelakang
pada dunia empiris di bawah studi dan menguji sedemikian rupa analisis-analisis
darurat yang cocok dengan fenomena dan berfungsi untuk menjelaskan apa yang
telah diobservasi (Patton, 1980:47)
 Parameter yang digunakan untuk membatasi data penelitian apa saja yang
digunakan, pada penelitian ini mengungkap kebenaran permasalahan
penelitian, dari parameter-parameter yang didapat dan diamati kemudian
dapat digunakan kembali untuk analisa data penelitian.
 3.4 Sumber Data

 Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh melalui pengamatan peneliti sendiri dan data yang diperoleh lansung dari
laporan keuangan PT. AMN Rumah Sakit PTPN VIII Subang data yang dibutuhkan
yanitu berupa laporan keuangan .

1. Neraca per 31 Desember 2014-2017


2. Laporan Laba Rugi untuk tahun terkhir 2014-2017

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Studi Pustaka,, observasi dan Dokumentasi

3.6 Teknik Analisa Data

 Dalam penelitian ini analisa keuangan yang digunakan adalah rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan.
1. Return On Investment (ROI)
 Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas sejumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI dapat
mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi rumah sakit.
1. Net Profit Margin
 Rasio laba bersih mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari
sejumlah penjualan tertentu.
 3.7 Pengujian Keabsahan Data (Triangulasi)
 Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memamfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moeloeng, 2007:330). Triangulasi
meliputi 3 teknik sebagai berikut.

1. Kredibilitas

2. Dependabilitas

3. Konfirmabilitas
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1
 Tingkat Perkembangan Pendapatan Pasien Rawat Inap Umum.
  Total kunjungan pasien rawat inap umum Tahun 2010-2013 sebesar 46.977 pasien dan total kunjungan pasien rawat inap JKN Tahun 2014-
2017 sebesar 37.933 pasien. Pada Tahun 2014 jumlah pasien Umum 83, 49 % dari total pasien rawat inap, Tahun 2015 72,77 %, Tahun 2016
70,06 % dan Tahun 2017 60,11 %. Dari seluruh total pasien rawat inap. Adapun rata-rata kunjungan pasien umum dari tahun 2014 sampai
2017 adalah 71,11 %.

TABEL 4.2 Biaya Rata-rata Per Pasien Umum

TAHUN JUMLAH PENDAPATAN JUMLAH PASIEN BIAYA PER PASIEN


2014 50.899.149.657 10400 4.894.149

Dari
 data diatas terlihat bahwa pendapatan rata-rata
2015perpasien rawat inap umum tahun 2014
49.012.928.654 9267sampai 2017 5.288.974
adalah Rp 4.897.613,-, terkecil pada
Tahun 2017 sebesar Rp 4.632.805,- dan terbesar pada Tahun| 2015 sebesar Rp 5.288.974,- .
2016 43.758.534.712 9165 4.774.526
 Dari data di atas terlihat bahwa sejak Rumah Sakit AMN PTPN VIII Subang menerima pasien JKN pada Tahun 2014 terjadi penurunan
2017 42.158.386.638 9101 4.632.805
jumlah kunjungan pasien umum. Hal tersebut juga berdampak kepada penurunan jumlah pendapatan rata-rata pasien umum.
JUMLAH 1.858.289.999.661 37937 19.590.454
 

RATA2 46.457.249.915 9484 4.897.613

 

 

 

 

 

 

 

 

 
 4.4.2 Bagaimana Tingkat Perkembangan Pasien Rawat Inap JKN

 Pada Tahun 2014 jumlah pasien JKN 16,50 % dari seluruh pasien rawat inap, Tahun 2015 27,22 %, Tahun 2016 29,77 % dan
Tahun 2017 sebesar 35,88 %. dari seluruh pasien rawat inap. Adapun rata-rata kunjungan pasien JKN dari tahun 2014 sampai
2017 adalah 27,88 %. Dengan naiknya kunjungan pasien JKN akan berdampak baik terhadap pendapatan pasien Rawat Inap
JKN.
TABEL 4.3 Biaya Rata-rata per pasien JKN

   TAHUN JUMLAH PENDAPATAN JUMLAH PASIEN BIAYA PER PASIEN


2014 4.559.968.190 2056 2.217.883

2015 8.327.526.976 3466 2.402.633

2016 9.072.526.176 3915 2.894.661

2017 8.839.691.800 4665 2.094.896

JUMLAH 30.299.283.142 14102 8.705.073

RATA2 7.574.820.786 3525 2.576.268

 Dari tabel di atas di dapati bahwa jumlah pendapatan pasien JKN terbesar rawat inap
terdapat di Tahun 2017 sebesar Rp 8.839.691.800,- dan pendapatan terkecil di Tahun
2014 sebesar Rp 4.559.968.190,-.

 Dari data diatas terlihat bahwa pendapatan rata-rata perpasien rawat inap JKN tahun 2014
sampai 2017 adalah Rp 2.576.268,-, terkecil pada Tahun 2017 sebesar Rp 2.094.896,- dan
terbesar pada Tahun| 2016 sebesar Rp 2.894.661,-
TABEL 4.4 Pendapatan Rata-Rata Per Pasien Rawat Inap Umum dan

JKN

TAHUN Rata2Pasien Umum Rata2 Pasien JKN


2014 4.894.149 2.217.883
2015 5.288.974 2.402.633
2016 4.774.526 2.894.661
2017 4.632.805 2.094.896
RATA-RATA 4.897.613 2.576.268
Sumber data : Laporan Manajemen RS AMN tahun 2014-2017

Dari data diatas terlihat bahwa apabila Rumah Sakit melayani pasien rawat inap umum
rata-rata pendapatan per pasien dari tahun 2014-2017 adalah Rp 4.897.613,- dan rata-
rata pendapatan per pasien JKN berdasarkan INACBgs adalah Rp 2.576.268,-.
Sehingga selisih antara rata-rata pendapatan pasien umum dan pasien JKN adalah
sebesar Rp 2.321.345,-. per pasien.
Apabila di tahun 2017 diasumsikan seluruh pasien rawat inap peserta JKN akan
timbul potential loss sebesar 13.766 X Rp 2.321.345 yaitu Rp 31.955.635.255.270,-

.
 4.4.3 Perbandingan Rill Rumah Sakit Dengan Jaminan Kesehatan Nasional
  
 Analisis diagnosa berdasarkan Ina Cbg’s diperlukan untuk melihat gambaran perbandingan
pendapatan yang telah ditentukan JKN berdasarkan sistem grouping dan biaya rill yang dikeluarkan
pihak rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan untuk perawatan penyakit. Besarnya tarif Ina
Cbg’s telah ditetapkan oleh pemerintah untuk setiap kode diagnosa baik primer maupun sekunder,

tingkat keparahan penyakit, serta hak kelas rawat inap yang diterima pasien .
TABEL 4.5 Pendapatan Pasien Rawat Inap JKN

TAHUN BIAYA RIIL RS TARIF INACBGs(JKN) SELISIH


2014 4.010.010.940 4.559.968.190 549.957.250
2015 8.016.267.774 8.327.526.976 311.259.202
2016 9.721.007.139 9.072.096.176 -648.910.963
2017 9.011.453.343 8.839.691.800 -171.761.543
JUMLAH 30.758.739.196 30.299.283.142 40.543.946

 Dari data diatas terlihat bahwa dalam melayani pasien rawat inap JKN periode tahun 2014-2017
mendapatkan laba sebanyak Rp 40.543.946,-. Selisih laba terbesar antara biaya rill RS dan tarif
INACBGs terdapat di Tahun Agustus 2014 sebesar Rp 549.957.250,- dan mengalami selisih negatif
pada tahun 2016 – 2017 sebesar 820.672.506,- artinya pihak rumah sakit sebagai provider harus
menanggung beban, biaya kekurangan tersebut
 4.4.4 Bagaimana Kontribusi Pendapatan Rumah Sakit Dalam ewujudkan Kinerja Keuangan di
Rumah Sakit PTPN VIII Subang

Tahun Penjualan Total Biaya Laba Bersih % Laba bersih

2012 65.712.942.969 60.069.774.025 5.643.168.994 8,58 %

2013 64.617.402.409 59.786.147.025 4.831.255.384 7,47 %

2014 58.640.146.578 57.072.666.627 1.567.479.951 2, 67 %

2015 57.340.186.546 54.655.066.217 2.685.120.329 3,93 %

2016 52.530.630.688 51.031.367.519 1.499.263.169 2,23 %

2017 52.998.078.458 50.104.635.147 2.893.443.311 5,47 %


1. Kesimpulan
Sesuai dengan fokus penelitian dan rumusan masalah yang dikemukakan
pada Bab 1, pemaparan Bab IV memberikan hasil sebagai berikut :
2. Sejak dilaksanakannya JKN dengan sistem INACBGs maka banyak pasien
yang tadinya sebagai pasien umum kemudian beralih menggunakan Kartu
Peserta JKN sehingga berdampak pada berkurangnya pasien rawat inap
umum. Total kunjungan pasien rawat inap umum Tahun 2010-2013 sebesar
46.977 dan total kunjungan pasien rawat inap JKN Tahun 2014-2017
sebesar 37.933 pasien. Penurunan pasien umum sejak dilaksanakannya
program JKN sebesar 19,25 %.

3. Semenjak dilaksanakan JKN terjadi peningkatan jumlah pasien rawat inap


peserta JKN yang cukup signifikan. Dalam pentarifan rumah sakit swasta
masih menggunakan sistem fee for service sehingga apabila mengikuti tarif
INACBGs dengan sistem prospective payment akan mengalami penurunan
pendapatan, dapat dilihat pada selisih pendapatan rata-rata Rp 2.321.345,-
per pasien rawat inap. Apabila diasumsikan Rumah Sakit melayani seluruh
pasien rawat inap adalah peserta JKN maka akan menghasilkan pendapatan
sejumlah Rp 30.299.283.142 ,-. Sehingga apabila Rumah Sakit melayani
pasien rawat inap peserta JKN seluruhnya akan timbul potential loss sebesar
Rp 31.955.635.255.270,-, per tahun.
1. Dalam melayani pasien rawat inap JKN periode tahun 2014-2017 Rumah
Sakit PTPN mengalami selisih negatif pada Tahun 2016 dan 2017 sebesar
Rp. 820.672.506 artinya pihak rumah sakit sebagai provider harus
menanggung beban biaya kekurangan tersebut. Pada periode tahun 2014-
2017 mendapatkan laba total sebanyak Rp 40.543.946,-. Selisih laba
terbesar antara biaya rill Rumh Sakit dan tarif INACBGs terdapat di Tahun
2014 sebesar Rp 549.957.250,-
2. Dari analisa keuangan dapat disimpulkan bahwa pendapatan Rumah sakit
berdasarkan laporan pada tahun 2012 dan 2013 memperlihatkan kinerja
keuangan yang bagus dengan perolehan ROI 13,57 % dan ROI 11,8 %
sedangkan kinerja keuangan Rumah Sakit PTPN VIII Subang Tahun 2014-
2017 menunjukan terjadi peningkatan dan penurunan setiap tahunnya.
Return On invesment terendah pada tahun 2016 sebesar 2,23 %, tinggi
rendahnya ROI dipengaruhi oleh persentase laba bersih dengan total aset
turnover. Sistem pembayaran INACBGs juga berpengaruh terhadap cash
flow keuangan Rumah Sakit dimana klaim pembayaran oleh BPJS
Kesehatan dilakukan N+15 hari kerja setelah berkas klaim diterima oleh
BPJS Kesehatan. Otomatis pembayaran diterima oleh RS 1 – 2 bulan
kemudian. Sedangkan untuk rumah sakit swasta yang berbadan hukum
harus membiayai sendiri seluruh operasionalnya sehingga apabila rumah
sakit melayani pasien JKN harus melakukan kendali biaya dan kendali mutu
yang ketat.

5.2. Saran

 Dari kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :


1.Untuk meningkatkan pendapatan dari pasien rawat inap umum perlu dilakukan
penyesuaian tarif secara berkala. Perlu juga dicarikan alternatif pelayanan yang
berdampak kepada pasien dan meningkatkan pendapatan RS tetapi tidak di tanggung
oleh JKN seperti kosmetik, kecantikan dan penyediaan obat-obatan yang tidak
ditanggung oleh JKN tetapi diperlukan oleh pasien
2.Peningkatan kelas Rumah Sakit AMN PTPN VIII dari kelas D menjadi kelas C dimana
terdapat perbedaan tarif INACBGs yang cukup signifikan antara tipe D dan tipe C.
juga dengan mendirikan atau membuat unit-unit pelayanan dimana dalam tarif
INACBGs dapat menghasilkan margin pendapatan yang positif Sebagai tahap awal
untuk pelayanan pasien rawat inap hanya menyediakan 40 % dari kapasitas Tempat
tidur kelas I, II dan III yang tersedia di RS dan Pembatasan /seleksi untuk pasien
bedah/operasi.
3.Kendali biaya dan kendali mutu tetap harus diperhatikan dalam pelayanan kepada
pasien baik pasien umum maupun peserta JKN sehingga tidak mengganggu
operasional dan kinerja Rumah Sakit.
1. Penyesuaian tarif INACBGs harus dilaksanakan sesuai dengan UU

yaitu 2 tahun sekali sehingga tidak semakin memberatkan RS dalam

melayani pasien peserta JKN. Untuk meningkatkan kinerja keuangan

RS maka pihak manajemen juga perlu memikirkan investasi baru

yang feasible seperti pelayanan Hemodialisa, sehingga dapat

meningkatkan pelayanan kepada pasien umum maupun dari pasien

peserta JKN yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan Rumah

Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
 UU No.40 tahun 2009, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
 UU No. 24 tahun 2011 Tentang Jaminan Kesehatan Nasional.
 Permenkes No. 27 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Based Groups
(INACBGs), Jakarta, 2014
 Permenkes No. 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional, Jakarta, 2014
 Permenkes No. 59 tahun 2014, Standar Tarif JKN, Jakarta, 2014
 Eugene F Brigham, Joel F Houston, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi 11, Salemba
Empat, Jakarta, 2014.
 A.A Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan Edisi 3, EGC, Jakarta, 2011.
 Kaplan, R. S & David, P. N. 2. Balanced Scorecard. Jakarta: Erlangga, 2000.
 Hasbullah Thabrany, Penetapan dan Simulasi tarif Rumah Sakit, Makalah Pelatihan RSPAD,
Jakarta, 1998.
 Bhisma Murti, Strategi Untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan Kesehatan di Indonesia,
FK UNS, Solo, 2010.
 National casemix Centre (NCC), Implementasi Pola Tarif INACBGs Dalam

Anda mungkin juga menyukai