Terminologi The 5 Right of Merchandising 1. Right Merchandising Jenis, model, merek, warna ukuran, dan lainnya yang ingin dibeli oleh konsumen. 2. Right Place Merujuk bukan hanya pada lokasi toko, melainkan barang apa yang selayaknya ada di suatu toko dan tempat pemajangan di dalam toko itu sendiri. 3. Right Time Keberadaan barang di toko pada saat mana konsumen membutuhkannya. 4. Right Quantities Keberadaan barang dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 5. Right Prices Tingkat harga barang yang pantas dan bersaing pada tingkat mana masih memberikan keuntungan bagi retailer. Lanjutan Definisi Merchandising...
• Merchandising terdiri atas aktivitas-aktivitas
yang mencakup pengadaan barang/jasa tertentu dan membuatnya tersedia pada tempat, waktu, harga dan dalam jumlah tertentu sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen (Berman & Evans, 1992). 1. Merchandising merujuk pada proses pengadaan dan penanganan barang dalam internal retailer. 2. Merchandising merujuk pada kondisi-kondisi jenis, harga, jumlah/kuantitas, waktu, dan tempat merchandise yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 3. Secara implisit menunjukkan bahwa konteks pemenuhan kebutuhan konsumen merupakan kepentingan retailer sebagai pusat penyedia kebutuhan. Konsep Logistic (Supply Chain) Management 1. Information Sharing Adanya arus informasi dua arah secara seimbang di antara rantai distribusi (misalnya retailer dengan supplier). 2. Operational Linkage Suatu bentuk kesadaran bahwa sasaran operasi tiap mata rantai adalah sama, yaitu konsumen akhir. 3. Legal Bonds Keterkaitan Operational linkage secara profesional dilembagakan dalam bentuk kontrak-kontrak kerja yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum (legal bonds). 4. Strategic Alliance Dengan aliansi strategis, entitas bisnis dalam jalur distribusi dan atau dengan peta kepentingan yang sama mensinergikan potensinya untuk memaksimalkan manfaat (benefit) yang mungkin diperoleh. 5. Cooperation/Kolaborasi Inti atau rangkuman dari keempat konsep logistic adalah upaya untuk menciptakan kolaborasi aksi. Pandangan Baru tentang Retail Merchandising
• Merchandising dalam konteks kekinian harus
dipandang sebagai suatu rangkaian dari upaya retailer dalam penyaluran barang/jasa dari manufacture dan atau distributor kepada konsumen sesuai dengan tingkat kebutuhannya, melalui suatu kolaborasi aksi secara simultan dengan supplier dalam suatu consumer driven supply chain dan category management. Skema Pandangan Baru Retail Merchandising
Sumber: Asep ST Sujana, 2005)
Fungsi-fungsi Merchandising
1. Merchandise Purchasing • Dalam hal ini, pihak yang
Ditujukan untuk mendapatkan berwenang di purchasing sumber dari merchandise dept (merchandising manager, purchasing yang dibutuhkan oleh manager, buyer atau konsumen pada suatu merchandiser) akan berperan tingkat harga yang pantas sebagai personifikasi retailer dengan melakukan dealing dalam melakukan proses term condition dengan negosiasi dengan pihak supplier yang bersangkutan. supplier (sebagai retail negotiator) Proses Merchandise Purchasing • Input dari dalam pihak retailer (commercial dept. dan atau sales development dept. atau dari inisiatif pihak supplier untuk mengajukan penawaran. • Penawaran (offering) supplier dibahas di dalam forum internal Bagian Pembelian. • Supplier diundang rapat untuk proses negosiasi (dealing) dan menandatangani kontrak bisnis oleh masing-masing negotiator. • Bagian Pembelian menginformasikan kepada: 1.Bagian Penjualan atau Operasional Toko (commercial dept.) untuk menjalankan program kerja hasil negosiasi 2.Bagian Kodifikasi atau Pusat Data untuk melakukan pemasukan atau modifikasi data barang. • Pihak Operasional Toko melaksanakan program yang diinformasikan buyer dengan melakukan kontak dengan pihak supplier dan menjalankan proses pemesanan barang (ordering). • Melakukan evaluasi terhadap aktivitas atau program yang sudah dijalankan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. • Hasil evaluasi akan menjadi bahan bagi Bagian Pembelian untuk melakukan renegosiasi (Business Review & Business Planning - BR/BP) 2. Merchandise Codification Process Keberadaan codification dept. • Adanya spesifikasi penugasan adalah sebagai konsekuensi codification dalam me-manage dari implementasi data merchandising, maka akan ada jaminan akurasi data komputerisasi merchandising dalam merchandising system; system dan upaya atau yang kemudian secara bentuk perhatian terhadap otomatis akan berimplikasi tuntutan category pada akurasi informasi, analisis management. dan pelaporan dari seluruh aspek dan bagian dari retailer yang bersangkutan. Proses Merchandise Codification Process 1. Buyer atau Bagian Pembelian akan menyajikan data hasil negosiasi (trading term condition), kemudian akan diperiksa kelengkapan dan kesesuaiannya dengan standarisasi data yang diperlukan. 2. Verifikasi data dan persetujuan dari manajer yang berwenang untuk itu. 3. Proses pemasukan (key-in) data dan proses penyesuaian (up- dating) data pada sistem komputer merchandising yang akan secara otomatis meng-update data di seluruh bagian (pembelian, operasional toko, dan sistem komputer kasir) dengan disertai oleh penyebaran Laporan Perubahan Data. 4. Pihak pengguna data (user) akan melakukan evaluasi tentang kebenaran atau akurasi data pada sistem komputer masing- masing bagian dan menjadikannya sebagai masukan bagi Bagian Kodifikasi. 3. Proses Penjualan Barang
• Merupakan hal terpenting dalam kehidupan
retailer karena di situlah ladang penghasilannya, tempat untuk bertahan hidup, dan merupakan proses untuk mendapatkan keuntungan. • Upaya-upaya pelayanan dan pemahaman terhadap pelanggan/konsumen juga merupakan suatu keharusan karena penjualan barang hanya akan terjadi kalau ada pembelinya. Proses Penjualan Barang 1. Dalam proses belanjanya, konsumen akan menetapkan pilihan atas barang yang tersedia di toko oleh commercial dept dan proses transaksi penjualan dimulai ketika konsumen masuk ke kantor kasir untuk melakukan pembayaran atas barang-barang pilihannya. 2. Kasir meng-input item per item barang yang dibeli, menyebutkan total yang harus dibayar dan konsumen melakukan pembayaran sejumlah yang disebutkan. 3. Setiap pergantian shift, setiap kasir akan melakukan pelaporan hasil transaksi dan penyetoran omzet (tunai dan kartu/debit). • Dengan sistem komputer kasir yang memadai, pada setiap penutupan transaksi harian (day-end closing) dapat diketahui total sales per store, per debt, dan per category tergantung kapabilitas sistem komputer kasir/POS (point of sales). Secara otomatis jumlah barang terjual per item akan memotong jumlah stock pada sistem komputer merchandise sehingga senantiasa update atau sesuai kondisi stock item yang bersangkutan secara fisik. • Pihak commercial dept. harus melakukan cross-check atas hasil dari setiap proses stock adjustment terutama untuk item-item yang bernilai tinggi dan atau rawan hilang. • Hasil pemotongan stock per hari dan kondisi fisik stock akhir yang ada di toko maka dapat dilakukan estimasi order barang untuk meng-cover out of stock dan mengantisipasi penjualan pada periode selanjutnya. • Secara periodik (biasanya per bulan) sekaligus/bersamaan dengan dilakukannya proses perhitungan laporan laba rugi bulanan per departemen, dapat dilakukan pula evaluasi penjualan per kategori.