Perdarahan Antepartum
Perdarahan Antepartum
Trimester III
“Perdarahan Antepartum”
KELOMPOK VI
Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu. (Rustam M, 1998: 269).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam
pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih dan sering
disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998: 253).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari trektus
genitalis setelah perdarahan yang terjadi pada akhir
kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap
kesehatan dan jiwa baik ibu maupun anak. (M Hakimi,
1995: 425)
Klasifikasi Perdarahan Antepartum
1. Solusio Plasenta
2. Plasenta Previa
3. Insersio Velamentosa
4. Ruptura Sinus Marginalis
5. Plasenta Sirkumvalata
Solusio Plasenta
Pengertian solusio plasenta
Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya
mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum
janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat
janin di atas 500 gram.
Solusio Plasenta
Klasifikasi solusio plasenta
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta
menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas
seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas
sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir
plasenta yang terlepas.
Solusio Plasenta
Etiologi solusio plasenta
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
2. Faktor trauma
3. Faktor paritas ibu
4. Faktor usia ibu
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
6. Faktor pengunaan kokain
7. Faktor kebiasaan merokok
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi
Solusio Plasenta
Tanda dan Gejala Solusio Plasenta
1. Perdarahan pervaginam
2. Nyeri intermiten/ menetap
3. Warna darah kehitaman dan cair
4. Bila ostium terbuka terjadi perdarahan dengan warna merah segar
5. Nyeri tekan uterus
6. Gawat janin
7. Persalinan prematur
8. Kontraksi berfrekuensi tinggi
9. Kematian janin (saifuddin, 2007)
Solusio Plasenta
Penatalaksanaan solusio plasenta
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan
dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala
semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara
berangsur, penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan
pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit, dan trombosit.
Penatalaksanaannya meliputi:
1. Pemberian tranfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesarea
Solusio Plasenta
Seksio sesar dilakukan bila
1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak
selesai dalam 6 jam
2. Perdarahan banyak
3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm
4. Panggul sempit
5. Letak lintang
6. Preeklamsia berat
Plasenta Previa
Pengertian plasenta previa
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian
bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen
bawah rahim. (Cunningham, 2006).
Klasifikasi Plasenta Previa
1. Placenta previa totalis
2. Placenta previa partialis
3. Placenta previa marginalis
4. Low-lying placenta
Plasenta Previa
Etiologi plasenta previa
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan
pasti, namun bermacam-macam teori dan faktor-
faktor dikemukakan sebagai etiologi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian
plasenta previa :
1. Umur penderita
2. Paritas
3. Endometrium yang cacat
4. Hipoplasia endometrium
Plasenta Previa
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging).
2. Usia lebih dari 35 tahun.
3. Multiparitas.
4. Pengobatan infertilitas.
5. Multiple gestation.
6. Erythroblastosis.
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
8. Keguguran berulang.
9. Status sosial ekonomi yang rendah.
10. Jarak antar kehamilan yang pendek.
11. Merokok.
Plasenta Previa
Tanda dan gejala plasenta previa
Menurut FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa di
antaranya adalah:
1. Pendarahan tanpa sebab dan tanpa rasa nyeri dari biasanya serta
berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan
letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan
tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya.
Plasenta Previa
PENATALAKSANAAN / TERAPI SPESIFIK
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara
ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan
presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka
dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat
jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera
kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
Selanjutnya
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,
lakukan PDOM jika :
– Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
– Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
– Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
– Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin
meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi
kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki)
janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan
berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang
tidak aktif.
Insersio velamentosa
Pengertian insersio velamentosa
insersi tali pusat yang normal pada plasenta ialah sedikit di luar titik
tengah di namakan insersi parasentral atau lebih keluar sedikit
mendekati pinggir plasenta ialah insersi lateral.. Insersi tersebut di
atas tidak mempunyai arti klinis.