Anda di halaman 1dari 21

NAMA KELOMPOK 2

1. J A M A L
2. M U H A M A D WA J I H R O H M AT U L L A H
3. UNTRISNO
Cara Memperoleh Kebenaran
Ilmiah
A. APAKAH KEBENARAN ITU?
• Kebenaran merupakan sifat yang memiliki suatu fakta secara empiris.
Kebenaran tersebut akan didapatkan oleh seseorang melalui penalaran
yang dilakukan manusia untuk memaknai suatu anggapan umum

• Randall & Bucher: “Persesuaian antara pikiran dan kenyataan”.

• Jujun S. Suriasumantri: “Pernyataan tanpa ragu”.

• Ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi


bergerak mengelilingi matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai
tidaknya proposisi tersebut dengan kenyataannya.
B. TEORI PENENTUAN KEBENARAN
• 1. Teori Koherensi (Teori kebenaran saling berhubungan)

“Suatu proposisi (pernyataan) dianggap benar apabila pernyataan tersebut


bersifat konheren atau konsisten atau saling berhubungan dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh: jika kita menganggap bahwa, “semua makhluk hidup pasti akan
mati” adalah pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “pohon
kelapa adalah makluk hidup dan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab
pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Teori koherensi dipergunakan pada proses penalaran teoritis yang
didasarkan pada logika deduktif
2. Teori Korespondensi (Teori saling berkesesuaian)
• Teori ini digagas oleh Bernard Russell (1872-1970). Menurutnya
pernyataan dikatakan benar bila materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan tersebut saling berkesesuaian dengan objek yang dituju
oleh pernyataan tersebut.

• Contoh: jika seseorang mengatakan bahwa “tugu monas ada di kota


Jakarta” maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan
tersebut sesuai dengan fakta bahwa tugu monas berdiri di kota Jakarta.
• Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara
empiris dalam bentuk pengumpulan data-data yang mendukung suatu
pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
3. Teori Pragmatisme (Teori konsekuensi kegunaan)

• Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini disandarkan


pada teori pragmatisme. Penganut teori ini menyatakan bahwa
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria “apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis?”.
Artinya, suatu pernyataan dikatakan benar jika konsekuensi dari
pernyataan tersebut memiliki kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia.
• Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang memiliki doktrin-
doktrin falsafati, melainkan teori dalam penentuan kriteria
kebenaran.
C. CARA PENEMUAN KEBENARAN

• Antara Pengetahuan dan Ilmu

• Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap


tanpa ragu” kenyataan sesuatu, sedangkan ilmu (science)
menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang
dituntut oleh pengetahuan.
• Contoh: Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya
selalu terapung di air, ia akan membantah jika dikatakan
bahwa gabus pelampungnya itu tenggelam, sampai disini
wilayah pengetahuan. Namun, jika ia memahami bahwa berat
jenis pelampung lebih kecil dibandingkan berat jenis air
sehingga mengakibatkan pelampung selalu terapung, maka ini
telah memasuki wilayah ilmu.
UNTUK MENCAPAI KEBENARAN PENGETAHUAN DAN ILMU TERSEBUT
DITEMPUH OLEH MANUSIA DENGAN CARA “ILMIAH” DAN “NON-
ILMIAH”.
CARA PENEMUAN KEBENARAN ILMIAH

• Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa


kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun atas teori-teori
tertentu. kita dapat pahami bahwa teori-teori tersebut
berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang
dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-
data empiris yang ditemukan di lapangan.
UNTUK SAMPAI PADA KEBENARAN ILMIAH INI, MAKA HARUS MELEWATI 3 TAHAPAN BERPIKIR ILMIAH YANG
HARUS DILEWATI, YAITU:
1) SKEPTIK;
2) ANALITIK;
3) KRITIS.
1. Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam
menerima kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung
di terima begitu saja, namun dia berusaha untuk menanyakan
fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan yang diterimanya.
2. Analitik
Ciri ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap
kegiatan, ia selalu berusaha menimbang-nimbang setiap
permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan mana
yang menjadi masalah utama dan sebagainya.Dengan cara ini
maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat
diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Kritis
Ciri berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang
selalu berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap
permasalahan yang dihadapinya secara objektif. Hal ini
dilakukan agar semua data dan pola berpikir yang diterapkan
selalu logis.
CARA PENEMUAN KEBENARAN NON-
ILMIAH

1. Akal sehat (common sence)


Akal sehat menurut Counaut adalah serangkaian konsep dan
bagan yang memuaskan untuk kegunaan praktis bagi manusia.
Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang
dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori
2. Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat
kebanyakan diwarnai oleh kepentingan orang yang
melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah berubah
menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah
perbuatan generalisasi yang terlalu dipaksakan, sehingga hal
tersebut menjadi prasangka.
3. Pendekatan intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu
hal yang berdasarkan atas “pengetahuan” yang langsung atau
didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau
tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberi
penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
4. Penemuan kebetulan dan coba-coba
Penemuan secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya
yang sangat berguna. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan
tidak pasti. Misalnya, seorang anak yang terkunci dalam kamar,
dalam kebingungannya ia mencoba keluar lewat jendela dan
berhasil.
5. Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah
Otoritas ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah
menempuh pendidikan formal tertinggi, misalnya Doktor atau
seseorang dengan pengalaman profesional atau kerja ilmiah
dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor). Pendapat
mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji,
karena apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal,
pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila pendapat
tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian, namun hanya
disandarkan pada pikiran logis semata.
Cukup sekian dan terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai