FK ULM Banjarmasin 2021 PENDAHULUAN • Edema serebral umum ditemukan pada berbagai kondisi neurologis (stroke iskemik, trauma kepala, ruptur pembuluh darah otak, infeksi, dan keganasan) • Edema serebral / edema otak keadaan patologis terjadinya akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak PENDAHULUAN (2) • Peningkatan volume peningkatan tekanan intrakranial menginduksi penurunan aliran darah ke otak dan hipoksia kerusakan irreversible pada fungsi saraf, dan kematian • Tatalaksana edema serebral meliputi pendekatan sistematik dan algoritmik, dimulai dari tatalaksana dasar hingga terapi spesifik CAIRAN SEREBROSPINAL CAIRAN SEREBROSPINAL • Berfungsi sebagai pelindung untuk sumsum tulang belakang dan otak • Selain itu, CSF memberikan otak daya apung • Pada orang dewasa, volume rata-rata intrakranial adalah 1.700 ml; volume otak berkisar antara 1.200 hingga 1.400 mL, volume CSF berkisar 70-160 mL (rata-rata: 104 mL), dan darah sekitar 150 mL • Selain itu, ruang subarachnoid tulang belakang mengandung 10 hingga 25 ml CSF PEMBENTUKAN CSF • Pleksus koroid, yang terletak di dasar ventrikel lateral, ketiga, dan keempat, adalah situs utama pembentukan CSF • Pembuluh darah dari pleksus memungkinkan difusi pasif zat dari plasma darah ke dalam ruang ekstraseluler sekitar sel koroid TRANSPORTASI CSF • Transportasi natrium, kation utama CSF, dicapai oleh aksi pompa pertukaran sodium potassium-ion pada permukaan apikal sel pleksus koroid dari energi yang dipasok oleh adenosine tri-fosfat (ATP) TRANSPORTASI CSF (2) • Gradien difusi berfungsi menentukan masuknya elektrolit serum dan protein ke dalam CSF, dan juga pertukaran C02 • Air dan sodium berdifusi mudah dari darah ke CSF dan ruang interseluler seperti pada arah sebaliknya • Hal ini menjelaskan efek yang cepat dari pemberian cairan hipotonik dan hipertonik intravena BLOOD BRAIN BARRIER • Istilah BBB mengacu pada sekumpulan sel yang memisahkan interstitium otak dari isi lumen dari pembuluh darah serebral • Berbagai aspek fungsional BBB dengan tipe sel konstituen yang berbeda • Lapisan dalam BBB terdiri dari selapis sel endotel yang secara langsung kontak dengan sirkulasi darah • Sel endotel ini terkoneksi dengan sel endotel lainnya melalui tight junction yang berfungsi sebagai barrier fisik BBB BLOOD BRAIN BARRIER (2) • Bagian luar endothelium dilapisi oleh membrane basal, jaringan ikat yang terdiri dari matriks protein ekstraseluler seperti kolagen, lamini, proteoglikan heparin sulfat, fibronectin, vitronektin, nidogen, perlecan, dan agrin • Perisit merupakan sel mesenkimal yang berkontribusi terhadap regulasi aliran darah serebral dan meningkatkan keeratan BBB SIRKULASI CSF • Dari situs utama pembentukan dalam pleksus koroid dari ventrikel lateral, CSF mengalir secara berurutan ke bawah melalui ventrikel ketiga, aquaduktus, ventrikel keempat, dan foramen Magendie (medial) dan Luschka (lateral) di dasar medula, ke ruang subarachnoid perimedullary dan perispinal, kemudian ke sekitar batang otak dan rostrally ke basal dan sistena, melalui aperture tentorium, dan akhirnya ke permukaan lateral dan superior dari hemisfer otak, di mana sebagian besar diserap SIRKULASI CSF • Tekanan dalam kompartemen CSF tertinggi di ventrikel dan berangsur menurun sepanjang jalur subarachnoid • Denyutan arteri dari pleksus koroid membantu mendorong cairan sentrifugal dari sistem ventrikel • Jika saluran ventrikel-foraminal terhambat maka akan terjadi kenaikan tekanan transmantle (perbedaan tekanan antara ventrikel dan ruang subarachnoid), menekan jaringan periventrikel dan mengarah 1ke pembesaran ventrikel, yaitu, hidrosefalus, dan aliran transependymal dari CSF PENYERAPAN CSF • Penyerapan CSF terutama melalui vili arachnoid • Vili arachnoid, paling banyak di kedua sisi dari sinus sagital superior, juga di dasar otak dan di sekitar akar saraf tulang belakang dan berfungsi sebagai katup fungsional searah aliran CSF ke dalam lumen pembuluh darah • Namun, penelitian mikroskop elektron menunjukkan bahwa vili arachnoid memiliki membran penutup yang kontinyu PENYERAPAN CSF • Lapisan ini sangat tipis, dan CSF melewati vili secara linear tekanan akan terus meningkat hingga CSF naik di atas 68 mm H20 • Rute pasif ini bukan satu-satunya cara di mana air CSF dan isi lainnya diangkut • Tripathi dan Tripathi, pada mikrograf elektron serial, menemukan bahwa sel-sel mesothelial dari villus arachnoid terus membentuk vakuola sitoplasma raksasa yang mampu memfasilitasi transportasi transelular massal • Zat tertentu, seperti penisilin dan organik asam dan basa, juga diserap oleh sel-sel dari pleksus koroid; aksi dua arah sel-sel ini menyerupai sel-sel tubulus ginjal TEKANAN DAN VOLUME • Dalam posisi berbaring, ICP dan tekanan CSF biasanya sekitar 8 mm Hg atau 110 mm H20 (1 mm Hg = 13,7 mm H2O), dengan batas atas normal yang lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa • Tekanan CSF berada dalam kesetimbangan dengan kapiler dan tekanan pembuluh darah prevenous dipengaruhi terutama oleh perubahan sirkulasi berkaitan tonus arteriol • Peningkatan tekanan arteri sistemik menyebabkan sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan pada tingkat kapiler karena autoregulasi serebrovaskular sehingga terjadi sedikit peningkatan tekanan CSF • Tekanan darah sangat rendah yaitu 40 mm Hg tidak dapat dikompensasi sehingga menurunkan tekanan CSF TEKANAN DAN VOLUME • Berbeda dengan efek terbatas yang disebabkan oleh perubahan tekanan darah dalam arteri, peningkatan tekanan vena memberikan efek langsung pada tekanan CSF dengan meningkatkan volume darah di pembuluh darah otak, venula, dan sinus dural • Jika vena jugularis terkompresi, terjadi kenaikan ICP yang ditransmisikan ke ruang subarachnoid lumbal • Valsava manuver, serta batuk, bersin, dan mengejan, menyebabkan tekanan intrathoracic meningkat, yang ditransmisikan ke jugularis dan kemudian ke pembuluh darah otak dan tulang belakang dan langsung ke kompartemen CSF melalui foramina intervertebralis EDEMA SEREBRAL EDEMA SEREBRAL • Edema serebral didefinisikan sebagai peningkatan jumlah cairan dalam otak, baik intraseluler maupun ekstraseluler • Peningkatan cairan tersebut menyebabkan bertambahnya volume otak, sehingga sering disebut dengan istilah pembengkakan otak KLASIFIKASI • Secara umum, edema serebral dapat dibagi menjadi dua, yaitu edema vasogenik dan edema sitotoksik • Karakteristik edema vasogenik adalah terjadinya ekstravasasi dan akumulasi cairan ekstaseluler ke parenkim serebral dari intravaskular yang diakibatkan terganggunya sistem sawar darah-otak • Sementara itu, pada edema sitotoksik terjadi akumulasi cairan dan ion Na+ di dalam sel yang menyebabkan pembengkakan sel EDEMA VASOGENIK • Edema vasogenik diakibatkan oleh gangguan pada sistem sawar darah-otak, menyebabkan ekstravasasi cairan dan protein intravaskular seperti albumin ke parenkim serebral • Permeabilitas pada sel endotel kapiler meningkat air dan komponen yang terlarut dalam pembuluh darah keluar dari kapiler dan masuk ke ruangan ekstraseluler terakumulasi di luar sel menjadi pencetus peningkatan volume otak dan peningkatan tekanan intrakranial EDEMA SITOTOKSIK • Edema sitotoksik ditandai dengan akumulasi abnormal dari cairan di dalam sel otak dan pembengkakan sel otak itu sendiri • Pada umumnya dijumpai pada keadaan iskemia serebral dan liver failure • Kelainan utama terletak pada unsur seluler otak (neuron, glia, dan endotel kapiler) • Pompa Na+ tidak berfungsi dengan baik sehingga ion Na + terperangkap dalam sel dan mengakibatkan kenaikan tekanan osmotik intraseluler yang akan menarik cairan dari luar sel masuk ke dalam sel • Sel semakin lama akan semakin membengkak dan akhirnya pecah EDEMA IONIK • Setelah terjadinya edema sitotoksik, proses pengeluaran ion Na+ dari pembuluh darah dapat dipicu ketika tubuh berusaha melakukan proses kompensai dengan cara menurunkan ion Na+ dan cairan ekstraseluler • Ion Na+ intravaskular akan keluar menginduksi ekstravasasi cairan tanpa adanya gangguan pada sawar darah-otak, dan menyebabkan akumulasi cairan ekstraseluler yang dikenal dengan edema ionik ETIOLOGI • Neurologis : stroke iskemik, perdarahan intraserebral, tumor otak, infeksi otak (meningitis, ensefalitis, tuberkulosis, toksoplasmosis, dll) • Non-neurologis : ketoasidosis diabetikum, hipertensi malignansi, hepatitis fulminan, keracunan CO, hiponatremia, penggunaan obat-obatan opioid, high altitude cerebral edema (HACE) GEJALA KLINIS • Sakit kepala • Iritabilitas • Frekuensi nadi yang menurun tiba-tiba • Peningkatan tekanan darah • Muntah proyektil • Gangguan kesadaran • Gangguan pola nafas • Postur abnormal • Pupil dilatasi PEMERIKSAAN • Pemeriksaan neuroimaging seperti CT-Scan dan MRI dapat berguna dalam menilai komponen intrakranial, sindrom herniasi, ischemic brain injury, dan edema • Serta dapat digunakan untuk melihat edema yang terlibat (fokal atau global, keterlibatan substansia alba dan grisea) DIAGNOSIS • Diagnosa edema serebral (pada kasus ketoasidosis diabetikum) dapat ditegakkan melalui 1 kriteria diagnostik, 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor disertai 2 kriteria minor (memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 96%) KRITERIA DIAGNOSTIK • Respon motorik/verbal yang abnormal terhadap rangsang nyeri • Postur tubuh dekortikasi atau deserebrasi • Kelumpuhan nervus kranialis (N III, IV,VI), penglihatan ganda • Pola pernafasan abnormal KRITERIA MAYOR • Perubahan tingkat kesadaran • Penurunan frekuensi nadi yang terus menerus (hingga 20x/menit) • Inkontinensia KRITERIA MINOR • Muntah • Sakit kepala • Letargi • Tekanan darah diastol > 90 mmHg • Usia < 5 tahun TATALAKSANA • Tatalaksana medis pada edema serebral (dengan atau tanpa peningkatan tekanan intrakranial) meliputi pendekatan algoritmik, dimulai dari tatalaksana dasar (posisi kepala dan leher yang optimal, pencegahan dehidrasi, hipotensi sistemik, dan penstabilan suhu) hingga terapi spesifik (hiperventilasi yang terkontrol, penggunaan kortikosteroid dan diuretik, osmoterapi) 1. Posisi Kepala dan Leher yang Optimal
• Posisi kepala harus netral agar mencegah
kompresi terhadap vena jugularis, serta untuk mengurangi tekanan hidrostatik cairan serebrospinal • Elevasi kepala sebesar 30º pada pasien dengan atau tanpa trauma kepala dapat membantu menurunkan tekanan intrakranial 2. Ventilasi dan Oksigenasi • Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus dihindari karena merupakan kondisi poten sebagai vasodilator serebral yang menyebabkan penambahan volume darah otak sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial • Pada pasien dengan GCS ≤ 8 dan pasien dengan gangguan pernafasan lainnya dianjurkan pemasangan intubasi agar menjaga aliran udara ke paru-paru tetap lancar 3. Volume Intravaskular dan Perfusi Serebral
• Tatalaksana cairan yang adekuat beserta vasopresor
sangat penting pada pasien dengan trauma kepala • Dehidrasi sistemik dan penggunaan cairan hipotonik harus dihindari • Penggunaan cairan isotonik harus dipantau ketat melalui keseimbangan cairan per hari serta monitoring elektrolit • Pada pasien stroke dan trauma, tekanan darah harus dipelihara agar menghindari kenaikan tekanan darah tiba-tiba untuk menjaga perfusi tetap adekuat 4. Pencegahan Kejang • Antikonvulsan (terutama fenitoin) banyak digunakan sebagai terapi empirik pada pasien trauma kepala, perdarahan subarakhnoid, dan perdarahan intraserebral 5. Tatalaksana Demam dan Hiperglikemia
• Kondisi normothermia sangat dianjurkan pada pasien
dengan edema serebral. Penggunaan acetaminofen (325-650 mg per oral/rektal setiap 4-6 jam) dianjurkan untuk mencegah kenaikan suhu tubuh • Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pasien dengan stroke iskemik, trauma kepala, dan perdarahan subarakhnoid, ditemukan korelasi yang bermakna antara hiperglikemia dan perburukan kondisi pasien • Hiperglikemia dapat memperburuk kondisi pada pasien dengan trauma kepala dan edema serebral 6. Osmoterapi • Tatalaksana dengan terapi hiperosmotik dalam bentuk manitol dan cairan salin hipertonik, telah digunakan sebagai tatalaksana farmakologis sejak dahulu • Cairan ini akan mendorong cairan masuk ke dalam intravaskular melalui perbedaan tekanan osmotik 7. Glukokortikosteroid • Penggunaan glukokortikosteroid potensi tinggi memiliki efek menguntungkan pada edema vasogenik berhubungan dengan tumor, baik primer dan metastasis • Steroid ini bertindak langsung pada sel-sel endotel, mengurangi permeabilitas • Deksametason juga mengurangi edema vasogenik terkait dengan abses otak dan cedera kepala. 8. Kandidat Anti-Edema TATALAKSANA TIK • Level 1 : – Elevasi kepala hingga 30º untuk meningkatkan aliran balik vena serebral – Sedasi dan analgesi kerja-singkat (propofol, fentanyl, midazolam) pada pasien yang akan diintubasi – Drainase ventrikular (jika terpasang monitor untuk menilai tekanan intrakranial) – CT-Scan dan pemeriksaan neurologi ulang untuk menyingkirkan diagnosa lain sekaligus membantu dalam perencanaan selanjutnya • Jika tekanan intrakranial ≥ 20-25 mmHg lanjut ke tatalaksana level 2 TATALAKSANA TIK (2) • Level 2: – Pada pasien yang terpasang monitor untuk menilai tekanan intrakranial, pemasanan external ventricular drainage (EVD) dapat dipertimbangkan agar drainase dapat dilakukan secara intermiten – Terapi hiperosmolar secukupnya, dan tidak diberikan secara rutin, natrium dan osmolalitas harus dipantau secara berkala (tiap 6 jam) • Pemberian manitol secara bolus IV (0,25-1 gr/kgBB). • Pemberian cairan salin hipertonik secara bolus IV (3% NaCl, atau 30ml cairan salin hipertonik 23,4%) – Penilaian autoregulasi serebral TATALAKSANA TIK (3) – Target PaC02 sebesar 30-35 mmHg – CT-Scan dan pemeriksaan neurologi ulang untuk menyingkirkan diagnosa lain sekaligus membantu dalam perencanaan selanjutnya – Bila langkah-langkah diatas tidak menurunkan tekanan intrakranial secara adekut, maka dapat dipertimbangkan pemberian pelumpuh otot (test dose), jika terdapat respon penurunan tekanan intrakranial, maka pemberian pelumpuh otot dapat diberikan • Jika tekanan intrakranial ≥ 20-25 mmHg lanjut ke tatalaksana level 3 TATALAKSANA TIK (4) • Level 3: – Tindakan pembedahan dilakukan bila tatalaksana level 1 dan 2 tidak berhasil atau bila terdapat kontraindikasi medik – Pemberian pelumpuh otot dapat diteruskan dan dititrasi bila terdapat respon positif – Barbiturat atau propofol (dosis anestesi) dapat diberikan (test dose) hanya jika pasien gagal memberikan respon setelah dilakukan tatalaksana KESIMPULAN • Edema serebri adalah keadaan fatal dimana volume otak meningkat dan menyebabkan akumulasi abnormal cairan di dalam parenkim otak • Akumulasi cairan yang abnormal menyebabkan peningkatan volume dan peningkatan tekan intracranial karena struktur tulang yang rigid • Peningkatan tekanan intracranial menyebabkan kondisi yang menyimpang termasuk berkurangnya aliran darah ke otak, hipoksia, penekanan jaringan serebral dan herniasi KESIMPULAN • Berdasarkan mekanisme terjadinya edema terdapat 2 jenis edema serbri yaitu edema vasogenik dan sitotoksik. • Pada edema vasogenik terjadi ekstravasasi dan akumulasi cairan ekstraseluler ke dalam parenkima otak karena gangguan pada sawar darah otak. • Berbeda pada edema sitotoksik terjadi ekstravasasi cairan yang disebabkan gangguan pada gradient tekanan osmotic menyebabkan penurunan Na ekstraseluler berdifusi ke dalam sel tanpa gangguan sawar darah otak KESIMPULAN • Terapi medikamentosa untuk mengatasi edema serebri ditentukan oleh mekanisme edema yang mendasari • Pada edema vasogenik pemberian kortikosteroid terbukti memberikan hasil yang baik namun tidak pada edema sitotoksik • Pada edema sitotoksik penggunaan manitol maupun cairan hipertonis memberikan hasil yang signifikan