Anda di halaman 1dari 11

 

  ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN “HALUSINASI”

DI GRIYA CINTA KASIH II MOJOKERTO

ANGGOTA KELOMPOK 3 :
1. AISYAH DWI WULANDARI (201804012)
2. NAFI’ATUL CHUSNAH (201804013)
3. ALIF TRIYUNINGSI (201804014)
4. ANGGI IKA ANGGRAINI (201804015)
5. RANA YUNITA ZAHIROH (201804016)
A. Trigger Case

Tn. A dibawa ke Yayasan Griya Cinta Kasih II Kutorejo-Mojokerto pada tanggal 15 Juli 2020 setelah dikurung dalam kamar selama 10 Tahun
oleh keluarganya karena memukul Ayahnya, semua berawal dari didikan Ayahnya yang terlalu keras dan dikekang, semua keputusan ada ditangan
Ayahnya karena Tn.A adalah anak tunggal dan ditambah lagi ia kehilangan Ibunya, sehingga Tn.A mengalami gangguan dalam kejiwaan, mulai
dari merusak listrik, merusak benda-benda dalam rumah, sering menyanyi sendiri, ngaji, menonton TV yang dalam keadaan mati. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, TD = 120/80 mmHg, N = 78x/mnt, S = 36,5℃ P =20x/mnt.

C. Model keperawatan yang cocok


B. Proses stress dan adaptasi Model keperawatan yang cocok adalah model interpersonal dan model
1. Faktor predisposisi: sosial, karena yang mengerti dan memahami halusinasi yang dialami
Semenjak Tn. A dikurung oleh Ayahnya dan ditinggal oleh Ibunya 10 tahun klien adalah dirinya sendiri serta ia juga tdak suk bersosialisasi dengan
yang lalu, pasien sering mendengar suara tanpa wujud yang memanggil- orang sekitarnya maka kita menerapkan model keperawatan tersebut.
manggil namanya dipagi hari D. Terapi modalitas yang cocok
2. Faktor presipitasi: 1. Terapi individual
Tn. A sering melamun dan berdiam diri serta menunduk dalam waktu yang Menjalin hubungan terstruktur dengan klien untuk mengubah perilaku klien,
lama dengan tatapan kosong. sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
3.Penilaian primer: Melamun, diam tanpa kata, tatapan kosong, dan 2. Terapi lingkungan
menundukkan kepala Membuat lingkungan menjadi nyaman untuk klien hingga klien dapat
4. Mekanisme koping: Menyendiri dikamar berinteraksi dengan orang lain, sehingga dapat terjadi perubahan
5.Maladaptive respon: Ketika klien mendengarkan suara tanpa wujud perilaku dari maladaptif menjadi adaptif
tersebut klien langsung terdiam dan melamun sambal tetap menundukkan 3. Terapi keluarga
kepala seoah-olah menyimak apa yang didengar. Mengupayakan keluarga untuk sering berkunjung menemui klien dan
mengajak untuk berinteraksi, karena dorongan keluarga dapat
meyakinkan klien bahwa apa yang didengar tidak nyata
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

3 Faktor Predisposisi
A.Pengkajian a. Semenjak Tn. A ditinggal oleh ibunya, klien sering
1 Identitas Klien mendengar suara tanpa wujud yang memanggil-manggil
Nama : Tn. A namanya setiap pagi, seolah-olah ingin membangunkannya
Umur : 35 th b. Trauma karena terlalu dikekang, semua keputusan ada
TTL : Mojokerto, 21-01-1986 ditangan ayahnya
c. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Alamat : Dsn. Tegalsari Ds. Puri Kec. Puri Kab. Mojokerto
sebelumnya
2 Alasan Masuk
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, klien
• Setelah dikurung dalam kamar selama 10 Tahun oleh keluarganya pernah dikurung selama 10 tahun oleh ayahnya karena tidak
karena memukul Ayahnya, semua berawal dari didikan Ayahnya yang mau menuruti perintahnya
terlalu keras dan dikekang, semua keputusan ada ditangan Ayahnya
karena Tn.A adalah anak tunggal dan ditambah lagi ia kehilangan 4 Pemeriksaan Fisik
Ibunya, sehingga Tn.A mengalami gangguan dalam kejiwaan, mulai
dari merusak listrik, merusak benda-benda dalam rumah, sering Tanda-tanda vital:
menyanyi sendiri, ngaji, menonton TV yang dalam keadaan mati. TD= 120/80 mmHg
• Masalah Keperawatan:
N = 78x/menit
a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
S = 36,5℃
b. Isolasi sosial
RR = 20x/menit 
c. Risiko perilaku kekerasan
5 Psikososial

b. Konsep diri
1) Gambaran diri: klien mengatakan menyukai semua anggota
badannya
a. Genogram :
2) Identitas diri:klien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama,
Klien mengatakan tinggal bersama
alamat, sekolah), klien mengatakan setiap pagi dan sore disuruh
orang tuanya ayah untuk lari-lari
1) Pola asuh: sejak kecil sampai sekarang
klien di asuh oleh ayah dan ibunya 3) Peran diri: klien sebagai anak tunggal yang memiliki tangguang
untuk jadi militer seperti ayahnya jawab belajar, namun setelah pasien dikurung oleh ayahnya
2) Pola komunikasi: klien lebih sering kemudian dibawa ke Yayasan Griya Cinta Kasih II klien tidak dapat
bercerita keluh kesahnya kepada ibunya
lagi memenuhi tanggung jawabnya
3) Pengambilan keputusan:
4) Ideal diri: klien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul
Semua keputusan ada ditangan ayahnya.
dengan keluarganya

5) Harga diri: klien percaya kalau sebentar lagi bisa pulang kerumah
dan berkumpul kembali dengan keluarga
c. Hubungan sosial
d. spiritual
1) Orang terdekat: klien mengatakan saying kepada
kedua orang tuanya, namun klien sangat merasa
kehilangan ketika ditinggal oleh ibunya sebagai 1) Nilai dan keyakinan: klien beragama islam
tempat cerita keluh kesahnya 2) Kegiatan ibadah: klien mengatakan ketika
2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat: dirumah rajin shalat dan mengaji, setelah di
Sebelum dirawat klien memiliki banyak teman, Yayasan Griya Cinta Kasih II klien jarang
namun setelah dibawa ke Yayasan Griya Cinta shalat dan mengaji
Kasih II klien terbiasa menyendiri dengan tatapan
kosong
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Ketika dirumah klien memiliki banyak teman,
namun setelah dibawa ke Yayasan Griya Cinta
Kasih II teman klien tidak bisa dilihat hanya bisa
didengar saja
6 Status mental
a. Penampilan:
e. Interaksi selama wawancara:
Memakai kaos kotor, peci dan sarung, rambut acak-acakan, kuku kotor, Dipercakapan awal klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan,
memakai sandal yang berbeda warna dikanan dan kiri, selalu menunduk lama kelamaan jawaban yang diberikan mulai tidak nyambung dan terkadang
ketika jalan, tangan dilipat kedepan, tatapan mata kosong dan suka melamun klien terdiam sebentar seperti mendengar sesuatu, kontak mata klien kurang,
klien cenderung menatap kebawah.
b. Pembicaraan:
f. Persepsi-sensori:
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, awal Klien mengatakan sering mendengar suara tanpa wujud disudut kamar.
pembicaraan sesuai atau nyambung dengan pertanyaan tapi lama kelamaan Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
mulai tidak nyambung, selalu menunduk dan tidak pernah melihat lawan g. Proses pikir:
bicara, jika disuruh melihat hanya sekilas saja kemudian menunduk lagi, Klien selalu merasa curiga terhadap orang yang baru dia kenal dan
pasien terkadang terdiam i pembicaraan seperti mendengar sesuatu. kontak mata kurang.
h. Tingkat kesadaran:
c. Aktivitas motorik: Klien menyadari bahwa dirinya berada di di Yayasan Griya Cinta Kasih
Saat dilakukan pengkajian klien terlihat tegang, menundukkan kepala dan II, dan klien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu
menyilangkan tangan ke depan i. Memori

d. Afek dan emosi: Klien mengalami masalah dengan daya ingat, klien tidak bisa menceritakan
alasan yang membuat dia masuk ke di Yayasan Griya Cinta Kasih II
1) Afek: Saat di wawancarai klien tampak tidak fokus, pandangan kosong,
menunduk kebawah dan tidak pernah melihat lawan bicara, saat diminta
melihat lawan bicara klien hanya melihat sekilas kemudian menunduk
lagi

2) Emosi: Saat bercerita klien berhenti sejenak menunjukkan ekspresi


seperti mendengar sesuatu
e. Interaksi selama wawancara:
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Dipercakapan awal klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan,
Klien mampu berhitung secara sederhana
lama kelamaan jawaban yang diberikan mulai tidak nyambung dan terkadang
k. Kemampuan penilaian mengambil keputusan:
klien terdiam sebentar seperti mendengar sesuatu, kontak mata klien kurang,
klien cenderung menatap kebawah. Klien dapat mengambil keputusan dengan baik tanpa disuruh.

f. Persepsi-sensori: Seperti memilih mandi dulu sebelum makan atau makan

Klien mengatakan sering mendengar suara tanpa wujud disudut kamar. sebelum mandi.
l. Daya tilik diri:
Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
Klien menyadari bahwa dirinya sakit dan klien mengatakan klien
g. Proses pikir:
sudah sembuh dan segera pulang.
Klien selalu merasa curiga terhadap orang yang baru dia kenal dan
kontak mata kurang. 7. Mekanisme koping
Mekanisme koping saat ini pasien yaitu maladaptif, pasien
h. Tingkat kesadaran:
menghindar dari orang lain.
Klien menyadari bahwa dirinya berada di di Yayasan Griya Cinta Kasih 8. Masalah psikososial dan lingkungan
II, dan klien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu Masalah berhubungan dengan lingkungan, pasien tidak mau
i. Memori berinteraksi dengan orang lain.
9. Pengetahuan kurang tentang
Klien mengalami masalah dengan daya ingat, klien tidak bisa Klien mengatakan kurang mengetahui tentang masalah yang
menceritakan alasan yang membuat dia masuk ke di Yayasan Griya Cinta sedang dihadapi 
Kasih II
B Analisa Data
 
Nama : Tn. A
Umur : 35 th
TTL : Mojokerto, 21-01-1986

NO DATA MASALAH
1. Subyektif: Perubahan persepsi sensori (halusinasi
klien mengatakan sering mendengar suara tanpa rupa yang memanggil nama Tn.A disudut kamar pendengaran)
ketika pagi hari, suara tersebut seolah-olah ingin membangunkannya
 
Obyektif:
Ketika diajak biacara klien tiba-tiba terdiam ditengah kalimat seolah-olah sedang mendengarkan
sesuatu

2. Subyektif: Isolasi sosial


klien mengatakan tidak suka bergaul, jarang berkumpul maupun berbicara dengan temannya, selalu
menyendiri dan melamun
 
Obyektif:
Kontak mata kurang saat diajak berinteraksi, selalu menundukkan pandangan

3. Subyektif: Risiko tinggi cidera


Ketika suara itu muncul klien merasa ingin memukul teman disekitarnya yang Ketika ditanya tidak
mendengar suara tersebut
 
Obyektif:
Ketika klien mendengar suara tersebut matanya melotot, tangan mengepal dan melirik kesana
kemari
 
c Daftar Diagnosa Keperawatan D Pohon masalah (prioritas diagnosa)

1. Perubahan Resiko tinggi cidera efek (akibat)


persepsi sensori
(pendengaran)
Perubahan persepsi sensori:
2. Isolasi sosial Halusinasi pendengaran
Core problem (masalah utama)

3. Resiko tinggi cidera

Isolasi sosial causa (penyebab)


E Rencana Keperawatan
F Implementasi

1. SP 1 pasien
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e) Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan halusinasi pasien
f) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g) Mengajarkan pasien untuk menghardik halusinasi
h) Memasukkan cara menghardik halusinasi dan jadwal kegiatan harian
1. SP 2 pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
c) Memasukkan dalam jadwal kehidupan sehari-hari
1. SP 3 pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan) yang biasa dilakukan pasien)
c) Memasukkan dalam kegiatan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai