Anda di halaman 1dari 70

KESEIMBANGAN ASAM-BASA

DAN
ANALISA GAS DARAH

dr.Harun Nurrachmat,SpPK
PEMERIKSAAN AGD
I. TAHAP PRAANALITIK
a. Tahap persiapan dan pengumpulan sampel
Identitas pasien
- minimal 2 jenis identitas : nama, tgl lahir, no.CM
- pemberian label : mencatumkan waktu pengambilan, tempat
pengambilan, jenis sampel, suhu pasien, jenis ventilator

Antikoagulan
- heparin, bentuk kering (mengurangi efek pengenceran)
- heparin mengganggu pem. elektrolit
Menghindari pengenceran

-Terjadi bila memakai heparin cair berlebihan (menurunkan


hasil AGD lebih dari 10% )
- Menghindari hemolisis : tidak boleh memijat/meremas
daerah tusukan
- Lakukan arterialisasi : menghangatkan tempat tusukan
dengan handuk hangat , dengan suhu 39-42C, selama 3-5
menit

Keadaan pasien stabil


- Pernapasan stabil (steady state) min 5 menit sebelum
pengambilan
-Bila medapat oksigen/ventilator, tunggu 20-30 menit
b. Pengambilan sampel

Pengambilan darah arteri


- Arteri radialis, brachialis, femoralis, serta dari kateter
arteri
- Posisi jarum dapat menusuk vena, akan menyebabkan
menurunnya PO2 dan SO2, serta peningkatan PCO2
- Gunakan jarum dengan arah tusukan miring dengan
sudut 45°

Pengambilan darah kapiler


- pada bayi : tumit, dalam 2 mm (berat normal), <2mm
(prematur)
- pada anak > 3bulan s/d dewasa : jari tangan 3 dan 4
atau pada cuping telinga
- teknik penusukan pada bagian medial memotong sidik
jari, kedalaman 2-4 mm
Gelembung udara

- Dapat menyebabkan peningkatan pH dan O2


- Gelembng udara harus dikeluarkan sesegera mungkin, dengan cara :
- tutup ujung jarum suntik dengan sepotong kain kasa
- tekan jarum suntik sambil dipegang secara vertikal
- keluarkan gelembung udara

Pencampuran sampel

- Setelah gelembung dikeluarkan, tutup ujung jarum dengan tip khusus


- Campur secara menyeluruh
- Kegagalan pencampuran, menyebabkan timbulnya bekuan mikro,
yang dapat menyebabkan bias, mengganggu pengukuran
- Dicampur dengan cara menggulung spuit antara 2 tangan, dan posisi
jarum meghadap ke bawah selama 15-20 detik agar tidak terjadi
bekuan
- Bekuan akan meningkatkan nilai K

c. Penyimpanan dan transportasi


Penundaan pemeriksaan

- harus dihindari karena sifat gas mudah menguap dan darah yang
disimpan akan terus melakukan aktivitas metabolisme sehingga
mempengaruhi pemeriksaan

- jika terpaksa, disimpan pada suhu kamar ,dan dinalisis 30 menit


setelah pengumpulan

- sampel dengan nilai O2 tinggi, lekosit dan trombosit tinggi, harus


dianalisa dalam waktu 5 menit

- jika terpaksa, sampel dapat disimpan pada suhu dingin (0-4 C)


untuk memperlambat proses metabolisme , dengan air es, dengan
tabung kaca

- jangan langsung menyimpan sampel di atas es, akan


menyebabkan hemolisis
Pencegahan hemolisis

Penyebab hemolisis pada waktu pengambilan sampel,


karena:
- Spuit lembab karena antikoagulan cair
- Kerusakan sel karena alat
- Sampel yang membeku karena langsung terkena es
- Mengikat pembuluh darah terlalu kencang/terlalu lama
- Pada waktu mencampur dengan heparin, diguncang
terlalu kencang

Hemolisis menyebabkan peningkatan


nilai K, hemoglobin, dan SO2
AGD
• Tes Analisa Gas Darah adalah suatu
pemeriksaan laboratorium untuk menilai
ventilasi, oksigenasi dan keseimbangan
asam basa
• Digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien penyakit berat
akut dan menahun
• BGA dipergunakan dalam menunjang
pengobatan hanya bila hasil pemeriksaan
tersebut diinterpretasikan dengan benar.
• Mampu menginterpretasikan asam basa
Pemeriksaan Analisis Gas Darah
• pH darah (7,35 -7,45) mencerminkan tekanan ion
hidrogen dalam darah ; menunjukkan keseimbangan
asam basa dalam darah

• pCO2 ( 35 - 45 mmHg) mencerminkan kemampuan


ventilasi tubuh untuk mempertahankan pH normal

• pO2 adalah jumlah Oksigen yang terlarut dalam


plasma.
nilai normal : dewasa 80-100 mmHg
bayi : 60-70 mmHg
• Kadar HCO3 ( 21-28 mEq/L)
mencerminkan kemampuan ginjal
memelihara keseimbangan asam basa

• Saturasi O2 adalah persentasi


hemoglobin yang mengalami saturasi
dengan oksigen
nilai normal : dewasa >95%
bayi 40-90%
• Base excess atau base deficit
mencerminkan proses metabolik non
respiratorik berperan mempertahankan pH

• Bila base excess > 2 dikatakan sebagai


alkalosis metabolik

• Bila base deficit < -2 dikatakan sebagai


asidosis metabolik
Ventilasi
PaCO2 (tekanan parsial karbondioksida arteri)
menggambarkan ventilasi paru → krn CO2
adalah gas hsl metabolisme yg dikeluarkan lewat
paru.
Hypercapnea → hyper : berlebih, kapnea
: smoke → disebut juga hypercarbia ►
terdapatnya karbondioksida yg
berlebihan di dalam darah
PaCO2 Darah Status Ventilasi

> 45 mmHg Hiperkapnia Hipoventilasi

35 – 45 mmHg Eukapnia Normal

< 35 mmHg hipokapnia hiperventilasi


Oksigenasi
PaO2 ( tekanan parsial oksigen arteri)
dan keadaan paru dapat
menggambarkan status oksigenasi.
KESEIMBANGAN ASAM BASA
• Konsentrasi ion Hidrogen dan pH
Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung
dari ion hidrogen yang dikandungnya.
Terminologi :
Asam : donor proton (senyawa yang
memberikan ion H+)
Basa : akseptor proton (senyawa yang
menerima ion H+)
Asam :Molekul atau ion yg mampu melepas gugus (H+)
ke dalam air (donor proton)
Contoh:HCl → H+ + Cl- , H2CO3 → H+ + HCO3-

Basa :Molekul atau ion yg mampu mengikat proton dan


memindahkannya dr larutan (aseptor proton)
Contoh:HCO3- + H+ → H2CO3

pH :Suatu nilai yg mencerminkan derajat keasaman atau


kebasaan suatu larutan

Buffer:Senyawa yg mampu menghambat perubahan pH


bila terjadi penambahan asam atau basa
Contoh:H2CO3, Hb, fosfat, dll
pH : Logaritma negatif dari kadar ion hidrogen
pH = -log ( H+ )
pH = 0,0000001 =10 -7 = pH 7

Jadi pH berbanding terbalik dengan asam (H+)


Jika H+ meningkat, pH menurun
Sebaliknya
Jika H+ menurun, pH meningkat

Nilai normal pH : 7,35 – 7,45


Asidemia : pH darah < 7,35 dan proses yang
menyebabkannya disebut asidosis
Alkalemia : pH darah > 7,45 dan proses yang
menyebabkannya disebut alkalosis
* Asidemia : kebanyakan ion H + dalam
darah.
Proses terjadinya asidemia : ASIDOSIS
* Alkalemia : kekurangan ion H + dalam
darah
Proses terjadinya alkalemia : ALKALOSIS
FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI
KONSENTRASI H+
• Pemberian asam melalui makanan
• Penambahan secara endogen dari hasil
metabolisme (laktat)
• Penambahan secara endogen yang tidak
fisiologis (DM)
• Pengeluaran asam/basa oleh ginjal dan
usus
• Pengeluaran CO2 oleh paru
Sistem yg berperan mempertahankan pH darah

1. Buffer (H2CO3,Hb,Phosphat )
2. Pernafasan ( PaCO2,PaO2 )
3. Ginjal ( HCO3 )
SISTEM PENYANGGA (BUFFER)

Ada empat penyangga dalam tubuh :

- bikarbonat dan asam bikarbonat


- fosfat
- protein
- hemoglobin dalam sel darah merah
• Darah dan jaringan mempunyai sistem buffer
untuk memperkecil perubahan kadar H+
• Buffer utama yang menetralkan H+ yang
dilepas oleh sel adalah bikarbonat
• Hb berperan penting untuk buffer H yang
dilepas oleh karbonik anhidrase pada
eritrosit
• H juga dibuffer oleh buffer intrasel, terutama
buffer protein dan fosfat
• Saat larutan cenderung menjadi asam →
buffer mengikat ion H+

Saat larutan cenderun g menjadi basa →


buffer melepas ion H+
Buffer Bikarbonat - asam karbonat
(H2CO3 – HCO3-)

• Buffer terpenting dalam plasma, karena :


– kadarnya tinggi,
– CO2 dapat dikeluarkan oleh atau ditahan dalam paru
(dikendalikan oleh sistem pernafasan → PaCO2 ~
H2CO3
– HCO3 dapat dikendalikan oleh sistem renal (resorbsi
HCO3 dari filtrat glomeruli dapat dinaikkan atau
diturunkan)→ serum CO2 content ~ HCO3
CHEMICAL BUFFER
SYSTEMS
Unbuffered Salt Solution All protons are free
Add
HCl
H+ Cl-

Na+ Cl- Na+ Cl-

H2CO3: HCO3- Buffer Protons taken up as Carbonic Acid

Add
H2CO3 HCl H2CO3

HCO3-
H+ HCO3- +
H+
SISTEM RESPIRASI  CO2

Merup. hasil metabolisme sel (220 mL/mnt)


Tempat pengeluarannya di paru (ventilasi)
Dampak terhadap pH :
pCO2↑ : pH  (Asidosis)
pCO2 : pH ↑ (Alkalosis)
Peran sistem pernafasan
pada keseimbangan asam basa

• Fungsi utama pernafasan : Mengeluarkan CO2 dari


darah dan memasok O2 pada jaringan
• Sistem pernafasan dikendalikan oleh pusat pernafasan di
otak
• Mekanisme pernafasan dapat dirangsang oleh turunnya
pH< turunnya PaO2, peningkatan suhu, dll
• Pada asidosis metabolik : pernafasan berusaha
mengkompensasi dg hiperventilasi
• Pada alkalosis metabolik mengkompensasi dg
hipoventilasi
PENGATURAN OLEH GINJAL

Melalui pengeluaran ion Cl dalam bentuk


NH4Cl
Peran sistem renal
pada keseimbangan asam basa

• Melalui pengaturan ekskresi asam : Mengatur


pertukaran Na+ dg H+
• Melalui pengaturan ekskresi ammonia : sel sel tubulus
ginjal dapat membentuk ammonia dari asam amino
intrasel terutama glutamin → untuk mengimbangi Na
dari filtrat glomeruli masuk ke sel tubulus (konservasi
kation)
Nilai Normal Gas Darah

Gas Darah Artery

pH 7,35 – 7, 45

PaO2 80 -100
PaCO2 35 - 45
Sat.O2 > 95
HCO3 22 - 26
BE -2 - +2
• pH : menunjukkan
kadar ion hidrogen
(H+) dalam tubuh Arti
KONDISI Kadar H+ Ph klinis
• Kadar ion H+ pada
> 100 Bisa
beberapa keadaan : Asidemia mmol <7,0 fatal

perhatik
Asidemia 50 - 80 7,1 - 7,3 an

Normal 40 ± 2 7,4 ± 0,05 normal

7,45 - perhatik
Alkalemia 20 - 36 7,69 an

Bisa
Alkalemia < 20 > 7,7 fatal
pO2 : tekanan parsial yang ditimbulkan
oleh oksigen dalam plasma.

Saturasi O2 : kandungan oksigen yang


dibawa hemoglobin dibanding
jumlah maksimal oksigen yg
dpt dibawa oleh hemoglobin.
Ini menunjukkan kemampuan
transpor oksigen ke dalam
jaringan
• PCO2 : merupakan unsur respirasi
adalah tekanan yang ditimbulkan oleh CO2
yang terlarut dalam darah.
Menunjukkan kecukupan ventilasi alveolar

pCO2 normal : ventilasi normal


pCO2 tinggi : hipoventilasi
pCO2 rendah : hiperventilasi
• Karena CO2 merupakan unsur respirasi,
maka nilai Pco2 akan menunjukkan
kelainan asam basa :

pCO2 tinggi : asidosis respiratori


pCO2 rendah : alkalosis respiratori
• HCO3 : bikarbonat = parameter metabolik
(non respirasi)
• BE : Base Excess = kelebihan basa
• HCO3 adalah : nilai bikarbonat yang
terkandung dalam darah arteri.
Digunakan sebagai pedoman adanya
kelainan asam basa yg disebabkan unsur
metabolik (bukan karena masalah
respirasi)
HCO3 ↑ atau BE ↑: Alkalosis metabolik
HCO3  atau BE: Asidosis metabolik
HUBUNGAN ANTARA pH, PaCO2 dan HCO3

Kompensasi pH PaCO2 HCO3-


sempurna
Asidosis respirasi Normal, <7,40 ↑ ↑

Alkalosis respirasi Normal, >7,40 ↓ ↓

Asidosis metabolic Normal, <7,40 ↓ ↓

Alkalosis metabolic Normal, >7,40 ↑ ↑

Kompensasi
sebagian
Asidosis respirasi ↓ ↑ ↑

Alkalosis respirasi ↑ ↓ ↓

Asidosis metabolic ↓ ↓ ↓

Alkalosis metabolic ↑ ↑ ↑
Wibisono Banteng H, 2007
KOMPENSASI
Kelainan Primer Mekanisme Kompensasi

Asidosis Metabolik Ventilasi meningkat

Alkalosis Metabolik Ventilasi menurun

Asidosis Reabsorbsi HCO3- di tubulus proksimal


Respiratorik meningkat
Ekskresi H+ di tubulus distal meningkat

Alkalosis Reabsorbsi HCO3- di tubulus proksimal menurun


Respiratorik Ekskresi H+ di tubulus distal menurun
Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Respiratorik Metabolik

Dasar : Dasar :
Nilai PaCO2 • Nilai HCO3
• Nilai BE atau SBE
• SID
KAUSA GANGGUAN
KESEIMBANGAN ASAM BASA

• Alkalosis respiratorik :
akibat pengeluaran CO2 berlebihan pada
hiperventilasi, pada keadaan :

- Gangguan emosional
- Demam
- Kelainan serebral
- pemakaian ventilator yang tidak adekuat
• Asidosis Respiratorik
Akibat penumpukan CO2 dalam darah
akan meningkatkan H2CO3, pada
keadaan :

- Emfiema
- asma (PPOK)
- Pneumonia
• Alkalosis metabolik
akibat kelebihan bikarbonat, pada
keadaan :

- Muntah
- Kelebihan pemberian Na-bikarbonat
• Asidosis metabolik
akibat kekurangan HCO3, pada keadaan :

- banyak penimbunan asam : DM tak


terkontrol
- penimbunan asam ionganik :pada CKD
- Penimbunan asam laktat
- Intoksikasi alkohol
- pemberian NaCl berlebihan
Pemeriksaan BGA
I. Persiapan pasien.
• Perhatikan diagnosis awal dan kondisi pasien
• Anamnesis penggunaan obat anti koagulan,
adanya kelainan pembekuan darah
• Pasien dalam keadaan tenang
• Temperatur dicatat  keperluan koreksi
• II. Persiapan Alat.
Lanjutan…….
• Spuit  1 ml
• Tabung dengan Heparin
• Penutup jarum (gabus atau karet)
• Kasa steril
• Kapas alkohol
• Plester dan gunting
• Sarung tangan sekali pakai
• Wadah berisi es
• Kertas label untuk nama
• Thermometer
• Bengkok
• Prosedur kerja
1.  Baca  status dan data klien untuk memastikan
pengambilan AGD
2.  Cek alat-alat yang akan digunakan
3.  Cuci tangan
4.  Beri salam
5.  Perkenalkan nama Phlebotomist
6.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
7.  Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8.  Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9.  Tanyakan keluhan klien saat ini
10.Jaga privasi klien
11.Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
12.Posisikan klien dengan nyaman
13.Pakai sarung tangan sekali pakai
14.Palpasi arteri radialis
15.  Lakukan allen’s test
16.  Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
17.  Desinfeksi area yang akan dipungsi dengan kapas alkohol
18.  Bilas spuit ukuran 1cc dengan heparin dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
19.  Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil
menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain
20.  Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila
darah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
21.  Ambil darah 1 cc
22.  Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa
5-10 menit
23.  Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus
atau karet
24.  Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
25.  Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
26.  Ukur suhu dan  pernafasan klien
27.  Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen
yang digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
28.  Kirim segera darah ke laboratorium
29.Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah
tidak mengeluarkan darah (untuk klien yang
mendapat terapi antikoagulan, penekanan
membutuhkan waktu yang lama)
30.Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung
tangan
31.Cuci tangan
32.Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
33.Berikan reinforcement positif pada klien
34.Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
35.Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
36.Dokumentasikan di dalam catatan waktu
pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil
dan respon klien
 
III. Pemilihan tempat pengambilan darah
arteri
MENGAPA HARUS DARAH
ARTERI ?
• Darah Arteri :
• Tempatnya aman dan mudah dicapai
• Sifatnya homogen secara sistemik
• Menggambarkan fungsi pertukaran gas di
paru
• Memberi keterangan kualitas darah yg
disuplai ke seluruh tubuh
Cara Pemeriksaan Tes Allen
Minta klien untuk mengepalkan tangan
dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada
arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan
tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah
dalam 15 detik, warna merah menunjukkan
test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s
negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan
tangan tersebut dan periksa tangan yang
lain.
 
Penusukan Arteri Radialis.
Pergelangan tangan diekstensikan 30 0
dengan palmaris menghadap ke atas.
Penusukan dibuat sudut 45 0 berlawanan
aliran darah dengan permukaan ujung
jarum yang menghadap ke atas
Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan BGA

 Gelembung Udara
 Anti Koagulan
 Metabolisme
 Suhu
Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan
-Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
-Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin
untuk mencegah darah membeku
-Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
-Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan
arteri
-Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri
-Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
-Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena)
-Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus
-Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
-Segera kirim ke laboratorium ( cito )
CARA PRAKTIS MEMBACA AGD

• 1.Lihat pH

Langkah pertama adalah lihat pH.


pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45.
Jika pH darah di bawah 7,35 berarti asidosis,
jika di atas 7,45 berarti alkalosis.
• 2.Lihat CO2

Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2.


Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg.
Di bawah 35 adalah alkalosis,
Di atas 45 asidosis.
• 3.Lihat HCO3

Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3.


Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L.
Di bawah 22 adalah asidosis,
Di atas 26 adalah alkalosis.
• 4.Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH

Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar


pCO2 atau HCO3 dengan pH untuk menentukan
jenis kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH
asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya
disebabkan oleh sistem pernapasan, sehingga
disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH
alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan
asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik
sehingga disebut metabolik alkalosis.
• 5.Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan
dengan pH

Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau


HCO3 berlawanan arah dengan pH. Apabila ada yang
berlawanan, maka terdapat kompensasi dari salah satu
sistem pernapasan atau metabolik. Contohnya jika pH
asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok
dengan pH sehingga kelainan primernya asidosis
respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH
menunjukkan adanya kompensasi dari sistem metabolik.
• 6.Lihat pO2 dan saturasi O2

Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2


dan O2 sat.
Jika di bawah normal maka menunjukkan
terjadinya hipoksemia.
• Untuk memudahkan mengingat mana
yang searah dengan pH dan mana yang
berlawanan, maka kita bisa menggunakan
akronim ROME.
• Respiratory Opposite : pCO2 di atas
normal berarti pH semakin rendah
(asidosis) dan sebaliknya.
• Metabolic Equal : HCO3 di atas normal
berarti pH semakin tinggi (alkalosis) dan
sebaliknya.
ALUR PENILAIAN STATUS ASAM-BASA
ALUR I. Bila PH abnormal

Lihat PH
ph <7,35 : asidosis, PH > 7,45 : alkalosis

Lihat abnormalitas HCO3 (dari ginjal) atau PaCO2(dari paru)


PCO2 >45 : asidosis, PCO2 < 35 : alkalosis
HCO3 > 26 : alkalosis, HCO3 < 22 : asidosis

Lihat kesesuaian komponen PCO2 dan HCO3 dengan PH


PH asidosis + HCO3 asidosis ASIDOSIS METABOLIK
PH alkalosis + HCO3 alkalosis ALKALOSIS METABOLIK
PH asidosis + PCO2 asidosis ASIDOSIS RESPIRATORIK
PH alkalosis + PCO2 alkalosis ALKALOSIS RESPIRATORIK
ALUR II. Bila PH normal dan terdapat 2 abnormalitas
yang berlawanan
Tentukan PH
Gunakan batasan PH normal 7,4
Lihat kesesuaian PH terhadap komponen PCO2 atau HCO3
Bila PH asidosis dan PCO2 asidosis ASIDOSIS RESPIRATORIK
Bila PH asidosis dan HCO3 asidosis ASIDOSIS METABOLIK

Tentukan jenis kompensasinya


Kompensasi sempurna : PH 7,35 – 7,45
Terkompensasi sebagian : PH di luar 7,35 – 7,45
Pendekatan Asam Basa Secara Umum
pH

Acidemia Normal Alkalemia


pH < 7.35 pH = 7.35 - 7.45 pH > 7.45

 [HCO3- ] ↑ pCO2 Normal or mixed ↑ [HCO3- ]  pCO2


Acid-base disorder

Asidosis Asidosis Alkalosis Alkalosis


Metabolik Respiratorik Metabolik Respiratorik
METABOLIK
ASIDOSIS METABOLIK ALKALOSIS METABOLIK
 Akibat adanya timbunan asam atau kehilangan  Akibat peningkatan primer bikarbonat dalam
basa arteri
 Etiologi :
 Produksi asam tubuh meningkat
 Etiologi :
 Kehilangan basa  Terbuangnya ion H dan ion H masuk
 Kemampuan ginjal mengeksresi ion hidrogen kedalam sel
turun (dRTA, hiperaldosteronisme, gagal  Terbuangnya cairan bebas bikarbonat
ginjal)
 Pemberian bikarbonat berlebihan
 Ketidakmampuan ginjal mendaur
ulangbikarbonat yang telah terfiltrasi (pRTA,  Hiperaldosteronisme primer
ureteral diversion

 Gejala :
 Gejala :
 Akut : napas kusmaull, penurunan resistensi
perifer  tensi rendah, kontraktilitas jantung  Tidak spesifik seperti kram otot,
turun, udem paru dan ventricular arrest. kelemahan, disritmia dan kejang
 Kronik : hiperkalsiuria, batu ginjal berulang,
buffering asam oleh tulang 
osteomalasia/osteoporosis dan peningkatan
K serum
 Terapi :
 Terapi :  Chloride responsive alkalosis : dengan
 RTA Tipe I : Sodium bicarbonat / sodium penggantian cairan, klorida dan
sitrat, hipokalemi koreksi, hiperkalemi
diuretk, Aldosteron jika ada defisiensi memperbaiki hemodinamik ginjal.
 RTA Tipe II : Sodium bikarbonat dan Koreksi hipokalemi
suplementasi kalium, vitamin D dan fosfat  Non-chloride responsive alkalosis :
 RTA tipe IV : Furosemide peroral, bikarbonat spironolakton atau amilorid, koreksi pH
pada asidosis refrakter dengan masker oksigen rebreathing
RESPIRATORIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK
 Gangguan ventilasi alveolar yang mengganggu
eliminasi CO2  terjadi peningkatan PCO2
Penyebab asidosis respiratorik
(hiperkapnia).
 Etiolgi :
 Kelainan SSP (pusat pengendalian
pernapasan), A. Sentral : D.
 Gangguan dinding dada dan otot respirasi,
kekuatan bernapas dan gangguan paru dan 1.Obat-obatan (anestesi, Neuromuskuler
saluran napas atas  penyakit paru morfin, sedatif) 1. Poliomielitis
instrinsik
 Overfeeding 2. Stroke 2. Kyphoscoliosis
 Gejala : 3. Infeksi 3. Miastenia
 Sistem paru : dispnea, distres respirasi, B. Saluran napas : 4. Distrofi
respirasi dangkal
 Sistem saraf : sakit kepala, lemah dan 1. Obstruksi muskuler
konfusi. CO2 ekstrim tinggi : mengantuk dan 2. Asma
tidak respon pada rangsangan
 Gejala Kardiovaskuler : takikardi, disritmia C. Parenkim : E. Lain-lain
 Meningkatnya ventilasi dapat mengoreksi 1. Emfisema 1. Obesitas
asidosis respiratorik
2. Pneumoconiosis 2. Hipoventilasi
 Terapi :
 Kondisi tidak stabil : Ventilasi manual 3. Bronkitis 3. Permissive
dengan bag valve mask  sampai masalah 4.Adult respiratory distress Hypercapnia
yang mendasari ditemukan
 Obati penyebab : Pneumothoraks, nyeri dan syndrome
depresi SSP 5. Barotrauma
 Ventilasi mekanik
RESPIRATORIK
ALKALOSIS RESPIRATORIK
 Menurunnya PCO2 dengan kompensasi Penyebab alkalosis respiratorik
pertama kali melalui buffer dengan protein
jaringan dan menurunnya ekskresi asam
melalui urin akibat meningkatnya ekskresi
A.Stimulasi SSP D. Stimulasi
bikarbonat melalui urin
1. Nyeri reseptor di
 Etiologi : 2. Cemas, psikosis dada
 Semua kondisi yang menyebabkan 3. Demam 1. Hemothorax
hiperventilasi  reaksi cemas sampai 4. Cerebrovaskuler accident 2. Flail chest
yang mengancam jiwa seperti sepsis
dan emboli paru 5. Meningitis, encephalitis 3. Gagal Jantung
6. Tumor 4. Emboli paru
 Gejala : 7. Trauma E. Lain-lain
 Berkaitan dengan kecemasan dan B. Hipoksemia 1. Septikemia
sistem kardiovaskuler 1. Tempat yang tinggi 2. Gagal hati
 Gangguan sistem saraf : sakit kepala
berat, rasa tebal, konfusi, sukar
2. Pneumonia, edema paru 3. Hiperventilasi
konsentrasi dan penglihatan kabur 3. Aspirasi mekanik
 Sistem kardiovaskuler : palpitasi dan 4. Anemia berat 4. Heart exposure
disritmia C. Obat atau hormon 5. Perbaikan dari
1. Kehamilan, progesteron asidosis
 Terapi :
2. Salisilat metabolik
 Langsung pada penyebab utamanya
3. Nikethamide

Anda mungkin juga menyukai