FEBTA PRATAMA,M.Pd.
ISLAM DARI
SEMENANJUNG ISLAM DARI INDIA
ISLAM DARI CHINA
TANAH ARAB
ISLAM DARI SEMENANJUNG TANAH ARAB
KERAJAAN
ISLAM
PUSAT KEISTIMEWAAN
PERANAN AGAMA
KEBUDAYAAN
MUBALIGH ISLAM
Sifat Mahmudah
(sopan-santun, ikhlas & Dakwah disebarkan
lemah-lembut) oleh Pedagang Arab,
China & India
PERDAGANGAN
Semangat Dakwah
Islamiah Pedagang Kemurnian sikap &
(lembah-lembut tingkah laku
/berhemah) pedagang
Wujud perkampungan
Islam sebagai tempat
perbincangan ilmu
SIASAH ( Kerabat Raja )
cth : Puteri2 Sultan Mansor Syah,Sultan Muzaffar Syah + Raja
Siak,Kampar, Inderagiri dan Jambi
PERKAHWINAN
BIASA
( Pedagang/Ulama + Penduduk tempatan )
PENGISLAMAN RAJA
&
GOLONGAN BANGSAWAN
Kerajaan Perlak
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Melaka
Kerajaan Acheh
Kerajaan Demak
Kerajaan Mataram
Kerajaan Sulu
Kerajaan Mindanao
PERANAN
PUSAT KEBUDAYAAN
Acheh
* Banyak karya puisi (syair) terhasil & menarik perhatian
pembaca menghayati Islam.
Jawa
Cirebon, Demak, Surabaya (Ampel Denta), Banten, Mataram Kota Gede
Kalimantan
Pontianak, Banjarmasin
Sulawesi, Maluku
Makkasar, Ternate, tidore
PERANAN MUBALIGH
Syeikh Abd Aziz, Maulana Abu Bakar & Maulana Yusuf di Melaka.
Syamsudin As Sumatrani ( Sumatera- Malaysia)
Jawa
Wali Sembilan (Sanga)
Aceh
Abdul Rauf AS Sinkli, Nuruddin Ar Raniri, Hamzah Fansuri
Padang
Syek Jamil Jambek, Ahmad Khatib as Syambasi (Ahmad Khatib
Al Mingkabawi)
Awalnya, Ulama mengajar perkara asas secara tidak
formal .
Institusi
pendidikan agama :-
*Pondok (Tanah Melayu)
*Pesantren (Jawa)
*Dayah (Acheh)
KEISTIMEWAAN ISLAM
SISTEM EKONOMI
PEMERINTAHAN
PENGARUH ISLAM
DI ASIA TENGGARA
CARA HIDUP
KESENIAN
BAHASA DAN
KESUSASTERAAN
SISTEM PEMERINTAHAN
Islam masuk ke Patani diperkirakan sekitar abad ke 10-11 M dibawa oleh pedagang-pedagang Arab seperti
dari Yaman, yang sejak zaman Nabi Muhammad telah menjadi tempat persinggahan dagang. Mereka diberi
gelar ”Khaek” oleh penduduk Asli Thailand yang berarti pendatang atau orang yang datang menumpang.
Sementara itu, proses konversi agama penduduk Patani berlangsung sejak abad 12-15 M.
Masa Awal Pendirian
Setelah berkembangnya Islam di Patani maka Pelabuhan Patani mampu menarik perhatian saudagar-
saudagar dari timur seperti Jepang, China, Siam dan kepulauan Melayu. Pelabuhan Patani semakin maju
setelah pada tahun 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis. Sejak itu para pedagang dari Eropa mendatangi
Asia Tenggara terutama kepulauan Melayu termasuk Patani. Kondisi ini turut merangsang pertumbuhan
ekonomi penduduk Patani.
Pada tahun 1516, Patani menerima kunjungan kapal perniagaan Portugis yang pertama kali dengan seizin
sultan, hal ini menandai awal perniagaan bangsa Eropa di Patani
Masa Kejayaan
Kerajaan Patani mencapai puncak kegemilangannya saat dipimpin oleh raja-raja perempuan, salah satunya adalah Raja Ungu
(1624-1635).
Dimasa Raja Kuning (Sarekat Perdagangan Diraja Fatani), Banyak di bangun Masjid( ibadah dan Pendidikan), Pondok Pesantren
dan Masjid Gresik. Karena Intrik Politik di Istna Raja Kuning Mundur dan Mangkat. Hal ini Karena Juga Serangan dari Ayuthia
Kemudian di ganti dengan Sakti I Indera (Long Belong ) Raja Kesultanan Fatani dari Kelantan
Masa pemerintahan raja perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama dalam bidang ekonomi
dan politik. Hal ini berkat hubungan perdagangan dengan Portugis, Siam dan Jepang.
Pada masa Pemerintahan raja perempuan, Patani mulai bekerja sama dengan Belanda, Inggris dan Jepang
(pada pemerintahan Raja Hijau hubungan diplomatik diresmikan).
Pada tahun 1624, Raja Ungu naik tahta menggantikan Raja Hijau. Raja Ungu sebelumnya merupakan
Permaisuri Pahang, tetapi kembali ke Patani setelah suaminya meninggal.
Ia dianggap sebagai raja perempuan Patani yang paling handal dan ambisius. Masa pemerintahannya tidak
lama. Dalam masa pemerintahannya, Patani mengalami sebuah pertempuran besar dengan Siam pada
tahun 1632-1634.
Namun, pertahanan kota Patani saat diperintah oleh Raja Ungu sangat unggul karena dibuat benteng di
sekelilingnya, sehingga berhasil mempertahankan kedaulatannya.
Kebesaran Raja Ungu juga tidak dapat terlepas dari pengalamannya yang pernah hidup bersama sultan
Pahang. Usia Raja Ungu saat memerintah Patani tidak muda. Hal tersebut menandakan bahwa ia sudah
matang dalam menjalankan roda pemerintahan di Patani. Di bawah pemerintahannya, Patani mengalami
kemajuan di berbagai bidang.
Kondisi itu bertahan hingga masa pemerintahan Raja Kuning, sehingga dalam waktu yang relatif singkat
mampu menjelma sebagai kekuatan perdagangan yang disegani di daerah Semenanjung Melayu. Selain
Johor, tidak ada negeri lain di belahan Timur Semenanjung Melayu yang memiliki kemakmuran layaknya
Patani.
Masa kemunduran dan keruntuhan
Kerajaan Patani memasuki fase keruntuhannya pada akhir abad ke-17. Saat itu Raja Kuning yang telah
berusia lanjut memilih mundur dari pemerintahan dan berlindung di Kota Jimbal, yang saat itu dipimpin oleh
Sakti I Indera atau Long Betong seorang Raja Patani Lentang.
Di Kota tersebut Raja Kuning menghembuskan nafas terakhir, sekaligus menandai berakhirnya keturunan
Sari Wangsa dari pendiri Patani, Phaya Tu Nakpa.
Setelah kematian Ratu Kuning, pemerintahan Patani kemudian diteruskan oleh keturunan dari Raja-raja
Kelantan, sekaligus menandai dimulainya kepemimpinan Dinasti Kelantan.
Pada masa awal tiga Raja Kelantan—Raja Bakar, Raja Mas Kelantang, dan Sultan Muhammad—kondisi
Patani relatif aman, karena Kerajaan Siam Thai sedang disibukan oleh serangan Burma pada 1767-1776 M.
Akan tetapi , kerajaan mengalami kemunduran di bidang perdangangan karena hanya didominasi oleh
pedagang dari Asia.
Setelah periode perang antara Burma dan Siam berakhir, Raja Muda Siam mengutus utusan ke Patani.
Namun, Sultan Muhammad telah memutuskan untuk menolak segala usaha yang dilakukan oleh Siam.
Penolakan itu memancing peperangan langsung antara kedua kerajaan, namun karena persiapan kurang
matang dan persenjataan yang kurang baik, maka Patani pun berhasil dikalahkan pada 1789. Setelah itu,
Undang-Undang Kesultanan diganti dengan perundang-undangan Siam dan diangkat pula seorang sultan
bernama Tengku Lamidin menggantikkan Sultan Muhammad.
Meskipun telah menjadi Raja Patani, tetapi Sultan Lamidin tetap memiliki rasa nasionalisme terhadap tanah
kelahirannya. Oleh karena itu, ia mengirimkan utusan kepada Raja Annam (Vietnam) untuk bekerjasama
melawan Siam.
Sayangnya, surat yang seharusnya dikirimkan kepada Raja Annam, justru diberikan kepada Raja Siam. Tentu
saja hal ini memicu kemarahan Raja Siam. Akhirnya pada 1791, Kerajaan Siam menyerang kembali
Kerajaan Patani dan memilih Datuk Pangkalan sebagai pemimpin Patani.
Akan tetapi, Datuk Pangkalan juga pemberontakan. Namun, perlawanan Datuk Pangkalan berhasil
dipatahkan, sekaligus menandai berakhirnya kepemimpiinan bangsa Melayu atas Patani.
Untuk mencegah pemberontakan, Kerajaan Siam akhirnya menempatkan orang Siam bernama Nai Khuan
Sai sebagai pemimpin Patani. Tidak hanya itu, pada perkembangan selanjutnya Patani dipecah menjadi enam
wilayah yang masing-masing memiliki pemimpin. Ini adalah salah satu usaha Siam untuk memecah
persatuan Patani.
Sejak jatuhnya Kerajaan Patani, pemerintah Siam menerapkan beberapa kebijakan yang merugikan muslim
Patani. Pada dasarnya kebijakan-kebijakan itu bertujuan untuk menggantikan identitas kultural dan agama
orang melayu Patani dengan identitas kultural Siam yang berlandaskan Budhisme.
karena kebijakan siam itulah Masyarakat Melayu Patani Terus melakukan Pemberontakan
dan sampai saat ini Terus Mengalami Gejolak.
PENINGGALAN KESULTANAN PATANI
Pitsuwan, Surin. 1989. Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani. Jakarta: LP3ES
Kettani, M. Ali. 2006. Minoritas Muslim Di Dunia Dewasa Ini. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
KESULTANAN SULU
Masa Awal Berdiri
1400 datang seorang bangswan dari minang Rajo Bagindo Berdakwah di Sulu.
1450Datang seorang Arab dari Johor berdakwah di sulu dan menikahi putri Paramisuri (Anak Rajo
Bagindo).
1457 Mendirikan Kesultanan Sulu dengan Gelar Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hasyem Abu
Sabah sendiri merupakan wilayah strategis yang sebelumnya menjadi salah satu wilayah Kesultanan Brunei.
Akan tetapi, wilayah itu kemudian dihadiahkan ke Sultan Sulu, setelah Kesultanan Sulu berhasil membantu
memadamkan pemberontakan di wilayah Brunei pada 1704
Sultan Sulu Mohamet Jamal Al Alam yang menyewakan Sabah kepada British North Borneo
Satu abad kemudian, wilayah Sabah menjadi wilayah potensial yang diperebutkan oleh Inggris
dan Spanyol. Pada 22 Januari 1878, Sultan Sulu Mohamet Jamal Al Alam, menyewakan wilayah
sabah kepada Inggris yang diwakili oleh Alfred Dent dan Baron Overbeck, sebesar 5000 dollar
Malaysia pertahun yang kemudian ditingkatkan menjadi 5300 dollar setelah wilayah sewa
diperluas hingga ke pulau-pulau di sepanjang Kalimantan Utara. Setelah kesepakatan tercapai,
Inggris kemudian mendirikan British North Borneo Company di wilayah tersebut
Pada tahun 1851 wilayah Jolo dan Mindanao telah diakuisisi oleh Spanyol dan digabungkan dengan wilayah
Filipina (Saleeby, 1908: 209). Setelah itu, Spanyol menguasai Filipina lebih dari tiga abad, namun kekuasaan
itu akhirnya dikalahkan oleh kekuatan kolonial Amerika melalui strategi licik dan perang untuk menjajah
Filipina.
Kemenangan itu mengantarkan kepada kesepakatan antara dua kekuatan kolonial pada tahun 1898 yang dikenal
sebagai Perjanjian Paris. Melalui perjanjian ini Spanyol menyatakan menyerah dan menyerahkan seluruh
kekuasaan atas Filipina kepada Amerika Serikat. Namun, perjanjian itu tidak mempengaruhi kepemilikan dan
kedaulatan Inggris atas Sabah.
Di sisi lain, Sultan Sulu dan ahli warisnya meyakini bahwa mereka masih memiliki de jure (kedaulatan) atas
Sabah dan mereka percaya bahwa kepemilikan mereka atas Sabah tetap ada, meskipun mereka tidak memiliki
kendali yang efektif atas Sabah.
Masa Jaya dan Kemunduran
Status kepemilikan Kesultanan Sulu menjadi semakin rumit karena kegagalan Perusahaan Borneo
Utara untuk menemukan pewaris sah Sultan Sulu. Masalah tersebut terjadi setelah kematian
Sultan Sulu terakhir, Sultan Jamalul Kiram II pada 7 Juni 1936. Pada saat meninggal, ia tidak
meninggalkan keturunan untuk menggantikan tahta kerajaannya. Tanpa adanya keturunan dari
Sultan Jamalul Kiram II, perusahaan menghadapi kesulitan untuk memberikan pembayaran
tahunan $ 5300 sebagaimana disepakati dalam perjanjian 22 Juli 1878 (Treacher, 1891: 226).
Pembayaran tahunan harus dibayar terus menerus kepada penerus sah dan pewaris sah Sultan
Sulu.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan melalui L. H. Foulds, Konsul Jenderal Inggris di Manila
membuat pertanyaan kepada pemerintah Filipina terkait dengan penerus almarhum Sultan Jamalul
Kiram II. Pada 28 Juli 1936, Foulds memberitahu perusahaan bahwa pemerintah Filipina tidak
lagi mengakui Kesultanan Sulu atau orang lain yang telah ditunjuk sebagai penerus Sultan
Jamalul Kiram II.
Manuel L. Quezon sebagai Presiden pemerintah Filipina pada waktu itu,
menyatakan dengan jelas dalam memorandumnya pada 30 September 1937,
bahwa pemerintahannya tidak lagi mengakui Kesultanan Sulu. Selanjutnya,
pembayaran pensiun kepada Sultan Jamalul Kiram II yang dibuat oleh Filipina
setiap tahun juga dihentikan setelah kematiannya. Selain itu, pemerintah Filipina
sama sekali tidak tertarik untuk mempelajari atau mencari ahli waris Sultan Sulu.
Namun, validitas laporan L. H. Foulds, dibantah oleh ahli waris Sultan Sulu
termasuk Dayang Dayang Hadji Piandao dan Putri Tarhata Kiram.
Kematian Sultan Jamalul Kiram II pada tahun 1936 dan penghapusan Kesultanan
Sulu juga menandai fase baru bagi gerakan Kesultanan Sulu melalui para pewaris
dan pengikutnya.
Pada titik ini, meskipun kesultanan tidak lagi diakui oleh pemerintah Filipina, ia
masih berhasil bertahan karena kesadaran ingatan kolektif, sejarah, dan rasa
memiliki. Memori yang berkaitan dengan Kesultanan Sulu di masa lalu tertanam
sangat dalam dalam pengertian “wilayah leluhur”, “tanah air”, dan “identitas
historis” yang disebarkan sebelum kemerdekaan Filipina.
.
Perjuangan berat Kesultanan Sulu dalam mempertahankan Sabah dan menentang pembentukan negara-
negara Malaysia dimulai ketika Tunku Abdul Rahman membuat pengumuman resmi pada 27 Mei 1961
mengenai rencana Malaysia yang melibatkan gabungan negara-negara yaitu Federasi Malaya, Sabah,
Sarawak., Singapura, dan Brunei.
Meskipun upaya untuk mengklaim Sabah oleh ahli waris Sultan Sulu sudah dimulai sejak kematian Sultan
Jamalul Kiram II, termasuk desakan terhadap pemerintah Inggris untuk meningkatkan pembayaran tahunan
mereka. Namun, karena mereka tidak memiliki kekuatan dan gengsi untuk mengejar klaim mereka di Sabah,
sementara rencana pembentukan Malaya Raya hampir terlaksana, mereka akhirnya menyadari bahwa mereka
harus berkompromi dengan pemerintah Filipina untuk menentang pembentukan Malaysia
Bibliografi
Saleeby, Najeb M. The History of Sulu. Manila: Bureau of Printing, 1908..
Scott, James C. Seeing Like a State. New Heaven: Yale University Press,
1998.
Scott,James C. The Art of Not Being Governed. New Heaven: Yale
University Press, 2009.
Sears, Laurie J. Knowing Southeast Asian Subject. Singapura: Nus Press,
2007.
Severino, Rodolfo. Where in the World is the Philippines?: Debating Its National Territory. Singapura:
Institute of Southeast Asian Studies, 2011.
Jurnal:
Majul, Cesar Adib. “Political and Historical Notes on the old Sulu Sultanate.” Journal of the Malaysian
Branch of the Royal Asiatic Society, 1965.
Kadir, Norizan dan Suffian Mansor. “Reviving the Sultanate of Sulu Through its Claim Over Sabah”, 1962-
1986”. Akademika 87(3), Oktober 2017.
Kahin, George McT.. “The State of North Borneo 1881-1946”. The Academy of Political Science, 1947.
KESULTANAN PONTIANAK
Seorang Arab pergi berlayar dari johor, ke batavia, semarang.
Disemarang bertemu seorang Syekh dan di sarankan berlayar ke
Sukadana. Saat itu dia tiba di Mempawah, Seorang Arab tadi Bernama
Habib Husein Abdulrahman Al Qadrie dan Mendirikan Kesultanan
Pontianak.
Masa Kejayaan dan Berakhirnya Kesultanan
Tidak Banyak yang diketahui tentang Kesultanan ini, Dari Sekian Sultan Yang bertahta
hanya 3 yang ketahui Besar namanya, Pendiri Raja Keenam, dan Raja Terakhir. Kalau di
lihat dari posisi, maka Kesultanan Pontianak merupakan Kerajaan Maritim.
Kraton Kadariah
.
Masjid Jami’ Abdurahman
Sultan Syarif Hamid II Al Qadrie bin Syarif
Muhammad Al Qadrie.
REFERENSI/ SUMBER ACUAN