Anda di halaman 1dari 51

FRAKTUR FEMUR

 
 
Oleh :
dr. Yolan Novia Ulfah

 
Pembimbing :
dr. Faisal Fachsan,M.Kes, MM, Sp.OT, FICS
2

PENGANTAR
3

○ Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga


PENGANTA di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke.
R
○ 60 juta penduduk Amerika Serikat mengalami trauma
dan 50% diantaranya memerlukan tindakan medis,
dimana 3,6 juta (12 %) diantaranya membutuhkan
perawatan di Rumah Sakit.
4
5
6

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang


DEFINISI rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat
total maupun parsial, yang umumnya disebabkan oleh
FRAKTUR ruda paksa
Fraktur patologik  sebelumnya telah mengalami proses paotologik,
misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista
tulang, osteomielitis, dan sebagainya

Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan


tetapi terus menerus

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki-laki dewasa

Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda (editor), FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31
7

ETIOLOGI
○ SIFAT TRAUMA
8
○ Trauma langsung ○ Trauma tidak langsung
○ Trauma langsung ○ trauma dihantarkan ke
menyebabkan daerah yang lebih jauh
tekanan langsung dari daerah fraktur
ETIOLOGI pada tulang dan
terjadi fraktur pada
daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat
komunitif dan
jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
○ BESAR ENERGI PENYEBAB TRAUMA
9
○ High energy trauma ○ Low energy trauma
○ trauma kecelakaan ○ tulang kehilangan
bermotor (kecelakaan kekuatannya terutama pada
sepeda motor, kecelakaan orang-orang yang
mobil, pesawat jatuh, dsb), mengalami penurunan
ETIOLOGI olahraga yang berkaitan densitas tulang karena
dengan kecepatan seperti osteoporosis; penderita
misalnya: ski, sepeda kanker metastasis tulang dan
balap, naik gunung; jatuh, orang yang mengkonsumsi
jatuh dari tempat tinggi; kortikosteroid jangka
serta luka tembak panjang juga beresiko tinggi
mengalami fraktur femur
karena kekuatan tulang akan
berkurang.
10

KLASIFIKASI
○ BERDASARKAN ETIOLOGI
11
○ Fraktur traumatik
○ Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

KLASIFIKASI ○ Fraktur patologis


FRAKTUR ○ Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang

○ Fraktur stres
○ Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada
suatu tempat tertentu.

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
○ BERDASARKAN KLINIS
12
○ Fraktur tertutup (simple fracture)
○ Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.

KLASIFIKASI
FRAKTUR ○ Fraktur terbuka (compound fracture)
○ Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melewati kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam) atau from without (dari luar)

○ Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)


○ Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya
malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
○ BERDASARKAN LOKALISASI
13

KLASIFIKASI
FRAKTUR

○ A. Fraktur diafisis c. Dislokasi dan fraktur


○ B. Fraktur metafisis d. Fraktur intra-artikule

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
○ BERDASARKAN KONFIGURASI
14

KLASIFIKASI
FRAKTUR

○ A) Transversal d) Kupu-kupu g) Depresi


○ B) Oblik e) Komunitif
○ C) Spiral f) Segmental

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
○ BERDASARKAN KONFIGURASI

15

KLASIFIKASI
FRAKTUR

○ A) Transversal d) Spiral dan segmental f) Depress


○ B) Oblik e) Komunitif
○ C) Segmental

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika

○ BERDASARKAN PERGESERAN

16

KLASIFIKASI
FRAKTUR

A) Tidak bergeser (undisplaced)


B) bergeser (displaced): Shifted Sideway, Angulasi, Rotasi, Distraksi , Over-riding, Impaksi

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
○ BERDASARKAN MEKANISME
17

KLASIFIKASI
FRAKTUR

○ 1. Rotasi / twisting  Fraktur spiral


○ 2. Compression  Fraktur oblik
○ 3. Bending  Fraktur butterfly
○ 4. Tension  fraktur transversal
FRAKTUR PROXIMAL FEMUR
18
Intracapsular fraktur
Ekstracapsular fraktur termasuk
termasuk femoral head
trochanters
dan collum femur

KLASIFIKASI
FRAKTUR
FEMUR

• Capital : uncommon • Intertrochanteric


Subcapital : common • Subtrochanteric
Transcervical: uncommon
Basicervical : uncommon

Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.
FRAKTUR COLLUM FEMUR
19
• Fraktur Collum femur dibagi
atas intra- (rusaknya suplai
darah ke head femur) dan
extra- (suplai darah intak)
KLASIFIKASI capsular. Diklasifikasikan
FRAKTUR berdasarkan anatominya.
Intracapsular dibagi kedalam
FEMUR subcapital, transcervical dan
basicervical. Extracapsular
tergantung dari fraktur
pertrochanteric
•Tingkat kejadiannya tinggi karena faktor usia yang merupakan akibat dari berkurangnya kepadatan tulang
 Biasanya pada wanita dewasa ; dibawah usia 60 tahun, laki-laki lebih sering terkena (biasanya
extrakapsular fraktur)
 Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam obat seperti corticosteroids,
thyroxine, phenytoin and furosemide
 Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil
Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.
FRAKTUR COLLUM FEMUR
20

KLASIFIKASI
FRAKTUR
FEMUR

Solomon, L dkk. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of Orthopaedic and Fractures, 8th Ed. Arnold, 2001.
Hal: 847-52.
Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden 21

KLASIFIKASI
FRAKTUR

1. Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.


2. Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.
3. Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.
4. Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.

James E Keany, MD. Femur Fracture. In site http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall


Klasifikasi fraktur collum femur menurut Pauwel 22

Pauwel juga membuat klasifikasi berdasarkan atas


sudut inklinasi collum femur seperti yang tertera

KLASIFIKASI
FRAKTUR

 Tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30.


 Tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50.
 Tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.

James E Keany, MD. Femur Fracture. In site http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall


FRAKTUR CORPUS FEMUR
23

KLASIFIKASI
FRAKTUR
FEMUR

Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture postinternal fixation.

• Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas dan besar
sehingga dapat menimbulkan syok.
• Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena
ketidakstabilan fraktur.
Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W. Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby
Elsevier. United States. 2007. Page 408-410
FRAKTUR DISTAL FEMUR 24

KLASIFIKASI 1. Supracondylar
Nondisplaced
FRAKTUR Displaced
FEMUR Impacted
Continuited

2. Condylar
3. Intercondylar

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
Supracondylar
25

KLASIFIKASI
FRAKTUR
FEMUR
A. Fraktur tidak bergeser C&D. Fraktur bergeser
B. Fraktur impaksi E. Fraktur komunitif

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas
metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai
kekuatan aksial dan putaran.

Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika
26

PROSES PENYEMBUHAN
FRAKTUR
27

PROSES
PENYEMBUHA
N FRAKTUR
28

DIAGNOSIS
29
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:


DIAGNOSIS 1.Syok, anemia atau pendarahan
2.Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum
tulang belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul
dan abdomen
3.Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278..
PEMERIKSAAN LOKAL  Inspeksi (Look) 30

• Bandingkan dengan bagian yang sehat


• Perhatikan posisi anggota gerak
• Keadaan umum penderita secara keseluruhan
• Ekspresi wajah karena nyeri
DIAGNOSIS • Lidah kering atau basah
• Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan
• Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau terbuka
• Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
• Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
• Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ
lain
• Perhatikan kondisi mental penderita
• Keadaan vaskularisasi.
PEMERIKSAAN LOKAL  Palpasi (Feel)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
31

 Temperatur setempat yang meningkat


 Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
DIAGNOSIS
 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna
kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit.
 Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai.
32
PEMERIKSAAN LOKAL  Pergerakan (Move)

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan


secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah
DIAGNOSIS yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur,
setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji
pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu
juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf.
PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi 33
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan
kelainan tulang dan sendi :
 
Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
DIAGNOSIS Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis :


Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi, konfirmasi adanya
fraktur, melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya, menentukan teknik pengobatan, menentukan apakah fraktur itu
baru atau tidak, menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler,
melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang, melihat adanya benda
asing, misalnya peluru
PENUNJANG
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua: 34
1. Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-
posterior dan lateral
2. Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah
sendi yang mengalami fraktur
3. Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua
DIAGNOSIS anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.
4. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua
daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu
dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang.
5. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid
foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya
10-14 hari kemudian.
PENUNJANG
35

Pemeriksaan radiologis lainnya :


CT-Scan : suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai
DIAGNOSIS bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis.
Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.

MRI : MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi,
dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon,
ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.
PENUNJANG
36

Arthografi : memasukkan kontras positif kedalam rongga sendi kemudian


membuat foto AP dan lateral. Kontras yang bisa dipakai urografin dan lain-lain.
DIAGNOSIS
37

TATALAKSAN 1. Atasi shock bila ada


A 2. Lakukan splinted (bidai) sebelum memindah penderita idealnya memakai
thomas splint untuk transportasi
3. Bila fraktur terbuka, maka harus segera dilakukan debridement dalam 6
jam sejak kejadian open fractured Grade I dan II
4. persiapan laboratorium/dll untuk terapi definitive
5. Evaluasi komplikasi-komplikasi dini yang mungkin timbul
38
Terapi KonservAtif

TATALAKSAN 1. Immobilisasi saja tanpa reposisi


A 2. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
3. Traksi : skin traksi, skeletal traksi
39
Terapi OPERATIF

intra modullary nailing


○ fraktur simple transverse/short oblique di 1/3 tengah
TATALAKSAN
○ Fraktur 1/3 proximal
A
Place
○ Untuk fraktur 1/3 proximal, 1/3 distal dan fraktur yang fragmental, long oblique
atau spinal.

External fixasi
○ Untuk open frakture grade III atau untuk fixasi emergenci pada multi trauma
○ Fraktur disertai dengan infeksi
40
Terapi OPERATIF

intra modullary nailing


○ fraktur simple transverse/short oblique di 1/3 tengah
TATALAKSAN
○ Fraktur 1/3 proximal
A
Place
○ Untuk fraktur 1/3 proximal, 1/3 distal dan fraktur yang fragmental, long oblique
atau spinal.

External fixasi
○ Untuk open frakture grade III atau untuk fixasi emergenci pada multi trauma
○ Fraktur disertai dengan infeksi
41
Terapi OPERATIF
Fraktur supracondilar femur
Konservatif:
TATALAKSAN
○ casts  Di pasang well-molded, long-leg sant atau spion sast anti rotasi
A ○ Traksi

Operatif
○ Medullary fixation : - rush pins
○ split nail
○ medullary nails
○ Blade place – Elliot, Jewett & AO
42
Terapi OPERATIF
Fraktur supra dan intercondylar femur (fraktur intra artikuler)
TATALAKSAN
A ○ Konservatif : sama dengan fraktur supracondylar

Operatif :
○ percutaneous pinning
○ blade place & compression screws
43
Terapi OPERATIF
Fraktur supra dan intercondylar femur (fraktur intra artikuler)
TATALAKSAN
A
○ Konservatif : sama dengan fraktur supracondylar

Operatif :
○ percutaneous pinning
○ blade place & compression screws
44
Terapi OPERATIF
Fraktur kondilus femur
TATALAKSAN
A ○ Kondservatif : sama dengan fraktur supracondylarfemur

Operatif :
○ Concellous scews/boits
○ Blade place
45
Terapi OPERATIF
Fraktur Intertrochanter
Non operatif :
TATALAKSAN
○ dianjurkan bila tidak dapat distabillisasi dengan adekuat dengan open
A
reduktion
○ skeletal traksi
operasi
○ Non displaced :nail plate (dynamic hip screws), jewett, Intramedullary
nail (ender nail, zickel)
○ Displaced : Nail plate, setelah direduksi
○ Osteoto,y (Dimon & Hunghston, Sarmiento velgus osteotomy)
○ Hemiarthroplasty pada orang tua
46
Terapi OPERATIF
Fraktur Intertrochanter
Non operatif :
TATALAKSAN
○ dianjurkan bila tidak dapat distabillisasi dengan adekuat dengan open
A
reduktion
○ skeletal traksi
operasi
○ Non displaced :nail plate (dynamic hip screws), jewett, Intramedullary
nail (ender nail, zickel)
○ Displaced : Nail plate, setelah direduksi
○ Osteoto,y (Dimon & Hunghston, Sarmiento velgus osteotomy)
○ Hemiarthroplasty pada orang tua
47

Awal (early)
○ Shock
KOMPLIKASI
○ Emboli lemak (fat embolisme) : sering pada penderita muda dengan
fraktur tertutup
○ Trauma vaskuler: yang sering adalah spasme atau laserasi a. poplitea/a.
femoralis
○ Trombo emboli: oleh karena traksi yang lama dan kurangnya latihan
○ Infeksi : sering setelah open fraktur dan setelah internal fixasi
48

Awal (early)
○ Shock
KOMPLIKASI
○ Emboli lemak (fat embolisme) : sering pada penderita muda dengan
fraktur tertutup
○ Trauma vaskuler: yang sering adalah spasme atau laserasi a. poplitea/a.
femoralis
○ Trombo emboli: oleh karena traksi yang lama dan kurangnya latihan
○ Infeksi : sering setelah open fraktur dan setelah internal fixasi
49

Late
○ Refraktur : sering karena terlalu cepat weight bearing dan
KOMPLIKASI
stabilisasi internal yang tidak adekuat
○ Delayed union
○ Non union : oleh karena fisxasi tidak stabil, imobilisasi, traksi
berlebihan dan infeksi.
○ Malunion : sering terjadi pada terapi konservatif disebabkan
tarikan-tarikan otot dan gravitasi.
50

○ Infeksi karena waktu operasi yang lama, soft-tissue


KOMPLIKASI handling yang jelek.
○ Atrofi otot.
○ Lesi nerves biasanya lesi n. peroneous akibat traksi yang
lama dengan posisi yang salah (ekternal rotasi), terkena
pin skeletal traksi (iatrogenic).
○  
51

THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai